Menghidupkan yang mati

7 0 0
                                    

Pangeran Sanca memandu Raja ke tempat penyimpanan jasad adiknya, walaupun begitu Aksa tidak langsung dikeluarkan dari penjara. Pangeran Sanca tidak mau lengah, rasa bencinya ke manusia belum juga hilang sejak Ibunya mati dibunuh oleh manusia. Para pengawal membututi mereka, agar Raja tidak ada kesempatan untuk kabur.

"Apakah hari ini akan hujan lebat?" Raja membuka pembicaraan di tengah perjalanan.

"Iya, ketika malam tiba, hujan akan datang"

Kemampuan meramal cuaca adalah salah satu keahlian bangsa ular. Setiap 5 jam sebelum hujan, Bangsa ular bergotong royong untuk menutup pintu kerajaan dengan batu besar. Kerajaan mereka berada di lembah, maka akan ada ancaman banjir setiap hujan datang. Mereka menyukai lembab namun mereka tidak menyukai kubangan air yang melimpah kecuali untuk bertransmigrasi ke suatu tempat.

"Bisakah kita berlari agar cepat sampai?" Raja tidak sabar dengan gerakan bangsa ular yang lambat.

"Kau pikir kita tidak bisa berlari?"

"Justru karena kalian pandai berlari, aku mengajak kalian untu berlari agar segera sampai"

"Baiklah ikuti aku, jangan sampai ketinggalan!"

Mereka berlari kencang, Bangsa ular kini semakin lincah. Raja kagum dibuatnya. Sampailah mereka di tempat penyimpanan jasad adik Pangeran Sanca. Pintu berlahan dibuka, terlihat jasad seekor ular yang terbaring kaku. Kulitnya mengkilap tersorot cahaya api dari tiap sudut meja panjang yang ditidurinya. Raja mendekati jasad itu, melihatnya dengan seksama. Terdapat luka cakaran di leher, lukanya cukup dalam. Sebenarnya cakaran Raja tidak beracun, namun cukup sekali tebasan bisa menembus leher .

"Apakah adikku masih bisa diselamatkan?"

"Aku usahakan. Berapa jam lagi hujan akan turun?"

" 3 jam lagi"

"Apakah akan ada badai petir?"

Pangeran Sanca mengangguk dengan mantap. Kemudian Raja menyentuh luka adik Pangeran, diendusnya. Raja mencoba membau aliran darah yang tersisa, lalu Raja menghangatkan tubuh jasad itu. Ia menggesek-gesekkan kedua tangannya untuk menciptakan sentuhan hangat. Suara aliran darah mulai didengarnya, hanya Raja yang mampu mendengarnya. Pangeran Sanca melihat gerak-gerik Raja dengan seksama, ia tidak akan membiarkan Raja menyakiti adiknya untuk kedua kalinya. Kobra adalah nama adik Pangeran Sanca, adik perempuan satu-satunya.



Raja petirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang