Sepasang sepatu perempuan hitam lekat itu berjalan beriringan dengan sepatu pantofel milik Jimin di trotoar yang sedikit ramai. Jarum jam menunjukkan jam tiga sore, itulah mengapa banyak mahasiswa dan mahasiswi melewati trotoar tersebut. Ya, Jiyeon dan Jimin pergi ke luar untuk mencari makanan. Pertamanya, Jimin mengajak Jiyeon untuk makan di restoran, namun yeoja itu menolak dan memutuskan untuk membeli dua es krim vanilla di pinggir trotoar. Menurut Jimin, Jiyeon sangat berbeda dengan Irene, Jiyeon adalah wanita yang apa adanya, sementara Irene adalah kebalikannya. Irene selalu meminta makanan yang mewah, dan mahal tidak seperti Jiyeon.
"Kau ingin ke mana lagi?" tanya laki-laki itu sambil sesekali menjilat es krim miliknya.
"Sebenarnya aku ingin ke apartemenmu, tapi aku sedikit lelah. Bisakah kau mengantarku pulang?" jawab Jiyeon menatap kedua manik obsidian Jimin yang tanpa ia sadari sudah menatapnya dari tadi. Sungguh, kedua manik itu sangat indah.
"Baiklah," ucap Jimin kembali melangkahkan kakinya dengan pandangan ke depan menuju mobilnya yang ia parkirkan dekat halte kampus.
Ya, mereka baru saja membeli es krim dekat kampus mereka. Kedai es krim tersebut buka mulai pagi sampai malam. Jiyeon sangat menyukai es lrim vanilla milik mereka dari pada es krim lainnya, Jimin tentu mengetahui hal itu.
Sesampainya di mobil, keduanya langsung memasuki mobil Jimin yang serba hitam tersebut. Sangat manly menurut Jiyeon. Jimin melajukan mobilnya membelah jalanan kota Seoul yang agak ramai. Jarak rumah Jiyeon sedikit jauh atau lebih tepatnya⎯ kediaman Keluarga Choi lumayan jauh. Yang terdengar sekarang adalah suara lirih dari radio mobil. Kedua kelopak mata Jiyeon sudah tertutup rapat akibat suasana yang menenangkan di antara mereka berdua.
Dengkuran kecil milik Jiyeon menarik perhatian Jimin dari balik setir mobil. Mata laki-laki itu mendeteksi wajah damai Jiyeon. Sesekali ia mengelus rambut milik Jiyeon merasakan kelembutannya. Dari gambaran wajahnya, dapat dikatakan gadis itu sangat lelah hingga tertidur. Ia tertidur pulas begitu saja di depan Jimin. Saat mobil Jimin berhenti tepat di depan gerbang, Jimin membuka kacanya dan memencet salah satu tombol di monitor gerbang. Rumah itu dijaga oleh berbagai macam keamanan ketat. Bagaimana tidak? Hey! Keluarga Choi merupakan setengah persen penghasil uang untuk Korea Selatan dan juga donatur terbesar di Korea Selatan, itulah mengapa keluarga ini sangat kaya dan dijaga ketat.
"Aku ingin mengantar Choi Jiyeon, aku teman sekampusnya," ucap Jimin dengan suara yang sangat lembut di monitor gerbang. Tak lama, gerbang terbuka memperlihatkan jalanan menuju rumah. Jalanan itu dikelilingi oleh pohon-pohon besar dan juga bunga-bunga liar di pinggirnya⎯ sangat indah.
Sesampainya di rumah utama, Jimin disambut oleh pelayan yang berdiri di depan pintu utama. Saat Jimin ke luar mobil, ia berjalan ke pintu sebelah membukanya untuk membangunkan Jiyeon. "Jiyeon, hey, bangunlah. Kita sudah sampai," ucapnya berhasil menyadarkan Jiyeon. Dia lalu mengantarkan yeoja itu ke depan pintu. Yeoja itu disambut oleh pelayan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FILONISME | pjm
Fanfiction[ DISCONTINUED ] Hanya sebuah kisah yang mungkin tidak dapat memuaskan. Sebuah kisah yang menceritakan empat pasangan dengan jalannya masing-masing. Tunggu, mungkin ini adalah sebuah kisah yang bisa memuaskan pembaca. ...