Chapter 4.

75 13 5
                                    

Jiyeon seharusnya pergi ke kampus hari ini, hanya karena kepentingan keluarga dia harus izin satu hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiyeon seharusnya pergi ke kampus hari ini, hanya karena kepentingan keluarga dia harus izin satu hari. Sayang sekali. Yeoja itu terduduk diam di depan meja riasnya yang tak mungkin murah. Sambil menyisir rambut indahnya, dia menunggu panggilan Sang Ibu. Jujur saja, Jiyeon hari ini sangat cantik.

Tok! Tok!

"Cantik sekali anakku," ucap Ibu Jiyeon mengintipkan kepalanya di celah pintu kamar Jiyeon.

"Hanya untuk Hwang Jimin."

Hari ini, kedua pihak keluarga mengadakan pesta teh untuk membicarakan perjodohan kaget tersebut. Ya, Jiyeon menamainya perjodohan kaget. Yeoja itu berdiri dari bangku yang dia duduki untuk berdandan. Setelah keluar dari kamar, dia bergegas menuruni tangga bersama ibunya.

Aku hanya ingin jujur. Sebenarnya, Jiyeon sedikit senang dengan perjodohan kaget ini. Karena apa? Baiklah. Pertama, kau mempunyai keluarga kecil sendiri, kedua? Kau dapat bermesraan dengan suami mu, dan ketiga? Dia akan menikahi Hwang Jimin, yah walaupun awalnya pasti agak canggung. Itu lah yang ada di pikiran Jiyeon sekarang.

"Jiyeonku sudah siap?" tanya Tuan Choi daritadi menunggu di ruang tengah.

Jiyeon mengangguk.

"Ayo kita berangkat."

Sebenarnya, perjodohan ini sangat tidak disangka. Jimin dan Jiyeon yang saling mengenal tidak pernah diketahui orang tua mereka. Sekarang keduanya saling menatap. Tidak masalah bagi mereka jika tehnya sudah dingin akibat cangkir yang sama sekali disentuh oleh pemiliknya. Jiyeon memainkan jarinya di balik meja, dan Jimin yang mengusap-usap bulu lembut milik Hyoongi.

Yang sebenarnya sangat terkejut di sini bukanlah Jiyeon, tetapi Jimin. Mengapa bukan Jiyeon? Karena perempuan itu sudah diberitahu mulai awal, sementara Jimin tidak. Lelaki itu baru tahu kalau Jiyeon calon Istrinya.

"Jadi, kapan pernikahannya akan dilaksanakan?" tanya Nyonya Hwang menyadarkan anaknya.

"Bagaimana jika dua bulan mendatang?" susul Nyonya Choi. Wow. Bukankah itu sangat cepat?

"Baiklah, Jiyeon dan Jimin perlu mengenal dahulu." Oh, mereka saja yang tidak tahu kedekatan yang dimiliki anak mereka. Bahkan Jimin pernah membawa Jiyeon ke apartemennya. Dekat sekali, bukan? Tapi walaupun sudah dekat, yeoja dan namja itu harus memainkan peran saling tak mengenal.

Jika boleh jujur, Jiyeon sangat bosan sekarang. Orang tua kedua pihak terus membicarakan masa depan anak mereka masih-masing. Oh ayolah, Jiyeon masih sangat muda untuk perjodohan kaget ini, begitu juga dengan Jimin. Jiyeon pikir, hidupnya akan terasa nyaman dan dia akan mencapai cita-citanya. CEO. Tetapi, kenyataan menolak ekspektasi yeoja itu. Malang sekali. Dia harus tinggal di rumah menunggu Jimin pulang kerja atau pergi ke kampus disupirkan oleh Jimin.

FILONISME | pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang