1

2.9K 116 5
                                    

Kalian percaya mimpi?tidak?jika kalian bertanya padaku,apa aku mempercayainya,ya aku mempercayainya. Mungkin terdengar konyol,tapi inilah aku,seorang lelaki dewasa yang masih percaya dengan mimpi. Aku adalah Xiao Zhan,lelaki dewasa dengan karir sebagai seorang aktor. Kurasa cukup untuk perkenalanku,dan disini aku akan menceritakan kisahku yang bisa kalian anggap lucu. Ini berawal pada 3 tahun lalu.

"Halo,namaku Xiao Zhan,senang bertemu dengan anda semua." Aku tersenyum semanis yang aku bisa,mereka semua bersorak dan aku mendengar ada beberapa wanita disana berteriak girang karena aku mengedipkan sebelah mataku sembari mengucapkan kalimat itu,ya itu hanya gayaku,aku tidak bermaksud menggoda siapapun,lagipula aku hanya melakukannya atas dasar profesionalitas saja. Kejam? Tentu saja tidak. Di dunia hiburan jika kalian membangkang ketentuan maka dunia itu akan mengusirmu atau mungkin dapat membunuhmu.

"Wahh,kedipan itu! Apa kau melihatnya tadi? Haha,sangat manis." Aku mendengar pujian itu,dan aku hanya tersenyum,sudah banyak yang mengatakan bahwa aku cenderung manis untuk ukuran seorang laki-laki namun bukan berarti aku setuju dengan semua treatment diluaran sana yang mengatakan bahwa aku gay atau penyuka sesama jenis,hey! Aku masih menyukai gadis asal kau tau.

"Baiklah-baiklah mari kita tenang dan mulai permainannya,Yibo! Kau bisa menunjukkan caranya pada mereka?" Gege itu memanggil anak itu,ya anak,tentu saja! Dia lebih muda dariku,mungkin terpaut 6 tahun dan ya jika kalian ingin tau apa kesanku terhadapnya,singkat saja. Dia manis. Dia juga tergolong tampan diantara gege-gege itu,oh iya lupa,sekarang aku sedang disebuah studio tv untuk memenuhi panggilan sebagai bintang tamu diacara harian ini,aku bersama teman-temanku,ya kami adalah Xnine. Memang sebelum aku terjun kedunia aktor,aku adalah anggota boyband.

"Tentu." Dia tersenyum,aku bahkan belum tau namanya,ah baiklah mungkin aku akan mengajaknya berkenalan nanti. "Setiap orang akan melakukan permainan bambu ini dan bagi yang kakinya mengenai bambu ini maka dinyatakan kalah dan akan mendapat hukuman." Dia menjelaskan panjang lebar dan kami mendengarkan baik-baik. "Apa kalian mengerti?" Dia bertanya untuk menyakinkan dengan penjelasannya tadi,kami bersembilan mengangguk sebagai jawaban. "Baiklah,mari kita mulai." Dia dingin,aku baru menyadarinya,tatapan mata itu dingin meski nada bicaranya hangat. Padahal dia masih muda namun sepertinya dia sudah memiliki beban yang sangat besar di pundaknya,aku penasaran.

"Baiklah,permainan dimulai!" Gege itu berucap dan kami semua mulai bermain,bermain dan terus bermain hingga akhirnya kami kalah dari tim gege-gege itu dan tentu saja anak itu menang. "Apa hukumannya?" Aku bertanya dan salah satu dari gege-gege itu menjawab "battle Dance dengan Wang Yi Bo!" Oh ternyata namanya Wang,namanya singkat dan mudah,terdengar cocok dengan pribadinya. "Baiklah,apa kalian siap?" Gege itu bertanya pada kami sementara Wang sudah di tempatnya. "Ya tentu saja!" Temanku maju dan setelah itu musik terdengar dan mereka adu kemampuan dance mereka dan harus kuakui Wang itu lihai dalam hal ini dan gerakannya tergolong rapi meski mereka battle dance freestyle.

"Bagaimana?" Gege yang terlihat lebih tua itu bertanya pada penonton dan mereka bersorak kompak "Wang Yi Bo!" Dan itu menandakan bahwa temanku kalah dalam battle ini namun ini hanya permainan tidak ada dendam dan mereka justru berpelukan sejenak dan tersenyum bersama lantas kembali ketempat semula,temanku nampak masih terkagum dengan kemampuan Wang itu jelas sekali karna temanku tidak berhentinya mengatakan "dia benar-benar hebat!" Dan aku mengerti kenapa itu terjadi karna memang temanku tipe yang tidak bisa berbohong dengan apa yang dia rasakan atau yang dia pikirkan,jika memang orang itu hebat maka temanku akan mengakuinya. Huhft,namun melelahkan juga me dengarkannya berbicara hal itu terus hingga saat ini,ya kami sudah berada di dalam ruang make up dan sedang istirahat sebelum nanti kami tampil di bagian akhir acara.

Ah dia! Aku melihat sekelebat bayangan Wang tengah berjalan melewati pintu dan tubuhku reflek berdiri dari kursi dan segera menyusul Wang,temanku terdengar meneriakiku namun aku tidak menjawab,aku abaikan dan aku berusaha untuk tidak kehilangan jejak Wang,entahlah,ini seperti de javu. Aku rasa aku pernah melakukan ini,namun kapan dan dimana aku tidak mengingatnya. Aku melihatnya,aku melihat Wang,dia duduk dengan kedua tangan tertaut dan mata terpejam dengan kepala menunduk dalam, "hei!" Sapaku,dia menoleh dan mendongak menatapku,dia nampak tertekan. "Apa aku boleh duduk disampingmu?" Aku bertanya padanya,dan jika dia menolak aku akan pergi, "Ya." Singkat,dan aku pun duduk,aku tidak ingin berdebat dengan orang asing,meski sebenarnya aku tidak suka dengan orang dingin sepertinya.

"Namamu?" Aku bertanya,dan dia tanpa menoleh menjawabnya "sepertinya kau sudah tahu." Sial! Dia benar-benar dingin,tadi disaat di depan kamera dia nampak hangat namun disaat seperti ini dia dingin,sepertinya memang benar dia memiliki beban yang berat. "Wang Yi Bo?benar?" Aku bertanya memastikan dan dia hanya mengangguk. Dan dia tidak bertanya padaku,aku benci seperti ini,hey! Setidaknya bertanyalah padaku siapa namaku,kau kan belum kenal denganku,atau mungin dia sudah mengetahui namaku?ah iya,pasti sudah tau karna host disini pasti sudah diberi nama para bintang tamu yang akan datang,bodoh sekali aku! Baiklah,hawa disini berat dan sepertinya dia tidak tertarik aku akan pergi saja,aku sudah berdiri dan akan melangkah pergi namun dia tiba-tiba "Apa kau akan pergi?" Dia bertanya namun kali ini dia melihatku,aku diam dan menoleh padanya "kurasa kau tidak menginginkan aku disini,ya tentu saja aku akan pergi." Aku menjawab dan dia hanya menatapku. Namun tatapan itu,tatapan apa itu,tatapan itu seakan-akan menyampaikan ribuan tidak jutaan rasa sakit yang terpendam,bola mata itu bergetar,sedikit memerah,kelam. Hanya kesedihan,aku tau itu,aku tau dia kesakitan,namun dia hanya tidak mau membaginya dengan siapapun,aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Sial!

"Wang!" Reflek,aku reflek memeluknya,aku benamkan wajahnya di dadaku,aku memeluknya erat,aku ingin dia berbagi rasa sakitnya itu,karna dengan memendam rasa sakit itu hanya akan menambah rasa sakit, "keluarkan,jangan ditahan,aku tidak akan menceritakannya pada siapapun,tenanglah." Tak lama setelah itu dadaku terasa hangat,air hangat mengalir di bajuku dan aku tau pasti apa itu,dan aku hanya mengeratkan pelukanku sembari mengelus lembut punggungnya. Dia membalas memelukku,dia memeluk pinggangku,sangat erat. Untung saja tidak orang selain kami di tempat ini,jadi dia tidak perlu ragu untuk mengeluarkan semua beban itu meski hanya dengan menangis.

5 menit berlalu,dan akhirnya dia sudah tenang dan melepaskan pelukannya,aku duduk di sampingnya dan masih tetap mengelus lembut punggungnya, "apa kau sudah tenang?" Aku bertanya dan dia mengangguk, "jika kau ingin menceritakannya padaku,kau bisa melakukannya,aku akan mendengarkan." Aku berinisiatif dan dia hanya menoleh lalu menunduk. "Kenapa,kenapa kau peduli padaku?" Dia bertanya dengan suara lirih,seperti dia belum sepenuhnya tenang namun aku mengerti,aku akan membiarkannya dulu. "Entahlah,tubuhku selalu bergerak reflek jika melihat orang lain sedih tapi yang pasti,memendam rasa sakit akan membuat rasa sakit itu semakin sakit." Aku menjawab pertanyaannya dan dia nampak terkejut sesaat namun setelahnya dia hanya diam. "Baiklah,aku akan pergi,sebentar lagi aku harus tampil." Aku beranjak dan tiba-tiba dia menahanku dengan memegang pergelangan tanganku, "Terima kasih." Dia mengucapkan itu,aku reflek menoleh dan aku melihat dia tersenyum,meski sedikit. Aku yang melihat hal itu ikut tersenyum dan mengangguk,setelahnya dia melepaskanku dan aku pun pergi dari hadapannya, "Xiao Zhan!" Dia memanggilku dari kejauhan dan aku menoleh, "kau bisa memanggilku Yibo mulai sekarang." Lanjutnya dan aku mengerti,aku mengangguk dan dia pun mengangguk.

Itulah awal dimana aku mulai percaya dengan mimpi.

Mimpi Dan KenyataanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang