Karina membuka mata, lalu meringkuk saat menyadari ia kembali bermimpi tentang keluarganya. Terisak pelan, Karina mencoba memikirkan hal lain selain keluarga yang bisa membuatnya sedih berkepanjangan. Kala itulah ia teringat dengan tugas yang diberikan panitia ospek untuk dibawa esok hari.
"Sialan," gumamnya menyibak selimut dan turun dari ranjang. Karina buru-buru mengumpulkan barang apa saja yang kemarin pagi dikatakan sang senior. Ini semua memang salahnya, Renata dan Ara. Setelah pulang kuliah sore tadi, mereka malah bermain-main, parahnya setelah keluyuran seharian, begitu sampai rumah ia langsung terlelap damai. Jadilah sekarang ia repot sendiri.
"Aduh... di mana sih, pitanya?" ucap Karina membongkar laci meja rias. Kemarin sore, panitia ospek galak yang bernama Dami menyuruh mereka membawa pita berwarna kuning terang. Kalau Karin tak menemukan pita tersebut, bisa mampus ia di kerjai senior. "Yes ketemu." Karina bersorak gembira. Lalu ia berlari ke sudut ruangan, di mana barang lainya berkumpul.
"Akhirnya," ucap Karina setelah berkutat lebih dari dua jam dalam kamar. Karina tersenyum puas dengan tangan di pinggang. "Tinggal susun dan selesai."
"Ayo makan dulu, nanti dilanjutkan lagi." Karina menoleh ke arah pintu kala mendengar suara lelaki yang amat di kenalnya. Ia menyengitkan kening melihat Andra berdiri di sana.
"Karin kira Mas sudah pulang," kata Karina melangkah mendekati Andra. Biasanya di jam se gini Andra sudah kembali ke rumah sebelah. Apalagi lelaki itu sedang banyak kerjaan. "Kenapa masih di sini?"
"Mas menginap di sini," ucap Andra membuat Karina membulatkan mata terkejut untuk sesaat sebelum mengalum senyum bahagia yang tak bisa di tahan.
Bukan apa-apa, dulu memang Andra sering tidur di sini. Akan tetapi dua tahun terakhir Andra sudah jarang sekali menginap di rumahnya. Awalnya Karina sedih dan merasa kehilangan. Namun, karna Andra selalu mampir ke rumahnya ia jadi terbiasa. "Tumben Mas menginap," ucap Karina dengan senyum kecil. "Biasanya Karin ajak gak pernah mau."
"Buk Munah kan enggak ada. Jadi Mas yang temani kamu di sini." Andra menjawab sembari mengangkat tangan mengusap keringat di kening Karina dengan Lengan bajunya.
Karina mencibir mendengar alasan Andra. "Karin udah dewasa, sudah jadi mahasiswi juga."
Andra tersenyum kecil mendengar gerutuan Karina. "Kamu tetap anak kecil yang cengeng di mata Mas."
Karina menghentikan gerutuan. Hatinya sakit, mengetahui jika Andra masih menganggapnya anak kecil.
"Udah ayo jalan," ucap Andra membuat Karina mengangguk dengan jantung berdebar tak menentu saat sebelah tangannya di genggam oleh tangan besar nan hangat milik Andra.
'Mau Mas Andra apaan sih? udah buat Karin sedih dan sekarang malah buat Karin melayang di waktu yang hampir bersamaan.'
Karina melirik wajah Andra dan tangannya secara bergantian.
Andra malam ini seperti malam- malam yang lalu, luar biasa tampan menurutnya. Dengan Kaus putih lengan panjang dipadukan celana di bawah lutut membuat ketampanan Andra berkali-kali lipat.
"Mas masak?" tanya Karina begitu ia dan Andra tiba di ruang makan. Di atas meja terdapat hidangan ayam goreng, salah satu makanan favoritnya, dan ia yakin jika ini semua Andra yang memasak, karena beberapa jam yang lalu masakan ini belum ada. Andra juga bukan tipe lelaki yang suka membeli makan di luar selain di paksa seseorang.
"Hm. Kalau menunggu kamu yang masak, gak tahu kapan makanya." Karina memukul pundak Andra kuat, membuat lelaki itu mengaduh sebelum tertawa.
"Ish... siapa dulu ya, yang gak izini Karin masuk dapur?" cibir Karina melangkah ke kursi yang biasa ia duduki. Karin selalu kesal tiap kali di sindir soal memasak, dulu saja saat ia masih kanak-kanak dan sedang semangat-semangatnya ingin belajar memasak. Andra selalu melarangnya masuk dapur, takut terjadi apa-apa katanya. Sekarang saat ia sudah dewasa, malas masuk dapur, karna lebih memilih menghabiskan waktu di kamar atau ruang TV untuk bersantai, Andra malah merecokinya tentang memasak. Menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Husband
RomancePemerkosaan yang dialami Karina membuat hidupnya hancur dalam satu kedipan mata. Ia merasa ingin mati, hidupnya tak berarti lagi saat ada lelaki asing menodainya. Kini Karina merasa tak layak lagi untuk bahagia. Tetapi Andra, lelaki yang dicintainy...