Tubuh Andra bergetar. Matanya memerah melihat keadaan Karina. Gadisnya itu terluka, wajah dan tubuhnya penuh memar. Andra jatuh terduduk di lantai, Ia menangis, mengerang menyebut nama Karina berulang kali.
"Maaf. Maaf," gumam Andra dengan suara bergetar. Ia memukul lantai meluapkan emosi. Semakin kuat Andra memukul semakin besar rasa penyesalan di hatinya. "Maaf, Mas gak bisa jaga kamu."
"Maaf. Mas terlalu sibuk."
"Maafkan Mas, Karin." Mata Andra kian memerah, tetesan air mata mulai jatuh penuruni pipi. Tidak peduli ia lelaki, rasa sakit di hatinya tak sanggup lagi ditahankan.
"Andra... sudah Nak, sudah." Tante Poppy yang datang bersama Andra, langsung memeluk punggung keponakannya dengan erat. Tidak kuasa melihat dua orang yang paling di sayang menderita.
Faya yang juga berada di ruangan itu mendekat. Ia membekap mulut dengan kedua tangan, air mata mengalir deras dari mata indahnya. "Maaf," gumamnya pelan. Merasa gagal menjaga Karina.
Padahal Andra sudah memintanya memantau kegiatan Karina jika lelaki itu sibuk. "Maaf," gumamnya sekali lagi sebelum berlari, pergi meninggalkan ruangan tersebut. Faya sangat menyesal, ia gagal menjaga gadis yang paling di sayangi sahabatnya. Gadis yang membuat sahabatnya rela memohon padanya agar mau mengajar di kampus tempat Karina akan kuliah.
Ternyata bantingan pintu yang di lakukan Faya membuat tidur Karina terusik. Kepalanya bergerak, tak lama kemudian matanya terbuka. Karina terdiam beberapa detik kepalanya pusing, pandangannya kabur. Ia baru menoleh saat mendengar suara-suara di sampingnya.
Karina tercekat saat melihat siluet tubuh Andra yang menunduk sembari memukul-mukul lantai. Tante Poppy terlihat kewalahan menghadapi Andra.
"Mas." Karina memanggil Andra dengan suara serak dan bergetar. "Mas." Panggilnya sekali lagi saat tak mendapati sahutan dari Andra maupun Tante Poppy. Air mata Karina menetes saat mendengar gumaman Andra.
"Maaf. Maaf Mas gagal jaga kamu. Mas memang brengsek, gak bisa di andalkan."
Racauan Andra membuat air mata Karina semakin mengalir deras. "Mas!" Karina meninggikan suara.
Poppy yang mendengar suara Karina langsung mendongak. "Karin," panggilnya kaget. "Dra. Karin, Dra."
Andra mendongak dengan mata memerah. Ia mematung melihat air mata Karina yang mengalir deras.
Bangkit, Andra tertatih mendekati Karina. Ia menunduk di sisi ranjang dan memeluk tubuh Karina. "Sayang. Mas minta maaf," ucap Andra parau. "Maaf. Maaf. Maaf." Air matanya kembali mengalir membasahi rambut dan pundak Karina."Karin takut Mas." Andra semakin memeluk Karina erat saat mendengar bisikan gadis itu.
"Mas." Andra ingin mengatakan ia akan selalu di sini bersama Karina. Sekarang Karina aman bersamanya, tapi kata itu tak terucap dari bibirnya. Karena Andra sadar, ia sudah gagal menjaga Karina. "Menyayangimu, kamu jangan takut," ucapnya kemudian dengan memeluk gadis itu semakin erat.
Poppy yang menyaksikan kedua orang tersayangnya menangis, ikut mengalirkan air mata. Ia sedih melihat Karina dan Andra. Tante Poppy terus berada di ruangan itu sampai Karina kembali tidur dan Andra melepaskan dengan perlahan tubuh lemas Karina.
Andra menatap wajah Karina dengan mata memerah, ia mengelus pipi Karina yang memar, bibir gadis itu juga robek, membuat kemarahannya semakin berkobar. Menunduk, Andra mengecup kening Karina cukup lama. Setelahnya barulah ia menarik diri dan berjalan terhuyung ke luar ruangan. "Jaga Karin Tante."
"Kamu mau ke mana?" tanya Tante Poppy yang mendapat galengan. Poppy mengusap air mata, melihat kebingungan Andra.
Andra berjalan sempoyongan. Ia terus melangkah tanpa tahu tujuan. Ia berhenti beberapa detik di tengah-tengah koridor, menjadi pusat perhatian beberapa pasang mata. Lalu kembali melangkah saat satu dua orang mulai bertanya keadaannya. Seharusnya mereka semua tahu, ini rumah sakit, tempat segala kesedihan dan kebahagiaan berada. Andra terhuyung, hampir saja ia terjatuh jika tidak ada orang yang menahan bobot tubuhnya dari belakang.
Tubuh Andra di tarik dan didudukan di kursi-kursi yang tersedia di sisi tembok. "Kamu, perlu istirahat, Nak."
Andra mendongak dan menemukan Dokter Abraham. Dokter yang merawat Karina tengah memberi seulas senyum menenangkan.
"Tubuhmu sudah sangat kelelahan."
Kelelahan? Tentu saja Andra kelelahan. Berhari-hari ia tidak pernah tidur, sibuk ke sana-sini mencari keberadaan Karina. Andra sudah meminta bantuan polisi juga sahabat dan teman-teman kampus Karina. Tetapi tak ada yang memberinya kabar baik tentang keberadaan Karina. Tahu-tahu tadi Faya memberi tahu jika Karina di rawat di rumah sakit yang sama dengan Andre, sahabatnya. Andra kaget, bersama Tante Poppy ia langsung melarikan mobilnya ke rumah sakit ini. Ia sangat terpukul saat melihat keadaan Karina.
Gadis itu teluka parah.
"Terima kasih, Dok." Andra mengeleng, ia menepis tangan dokter tersebut. "Saya akan kembali ke kamar."
******
"Tidak. Tidak, jangan."
Andra dan Tante Popy langsung bangkit dari sofa mendengar racauan Karina, mereka segera berlari ke sisi ranjang.
"Kumohon hentikan." Mata Karina masih terpejam, tapi ada Air mata mengalir dari sudut matanya.
"Karin, Karin bangun." Andra mengguncang pelan lengan Karina. "Karin itu cuman mimpi, kamu aman sekarang sayang," kata Andra dengan suara seraknya. Matanya langsung memerah. Wajah Karina penuh keringat, suhu tubuhnya juga naik drastis. "Tante panggilkan Dokter!" Andra berteriak. Pandangnya tetap ke arah Karina, ia mengelus kening Karina, membersihkan keringat yang ada di sana.
"Bangun sayang, itu cuman mimpi." Andra menunduk memberi kecupan di kening Karina. Perlahan Karina mulai berhenti meracau, tak lama kemudian matanya terbuka memandang Andra dengan mata memerah.
"Mas Andra." Andai kondisinya normal, dapat di pastikan Karina akan sangat bahagia melihat posisinya sekarang. Wajah mereka sangat dekat bibir Andra berada di keningnya. Posisi sempurna di kondisi normal.
Karina bergerak hendak bangun, Andra dengan sigap langsung membantu.
Andra memundurkan tubuh dan kembali memeluk Karina saat di lihatnya mata gadis itu berkaca-kaca. "Sshhh... Mas di sini." Andra mengelus rambut Karina berulang kali. Ia memejamkan mata saat mendengar Karina mulai terisak.
"Karin kotor Mas, Mas pasti jijik lihat Karin," kata Karina terbata. Memorinya di paksa mengingat kejadian malam itu berulang-ulang. Tanpa di beri kesempatan untuk memikirkan hal lainya.
"Tidak. Kamu tidak pernah kotor dan Mas bersumpah tidak akan pernah jijik lihat kamu, karna kamu adalah Karina. Gadis yang paling Mas sayang," balas Andra mengeratkan pelukan.
Bukanya tenang, Karina malah menangis semakin histeris. Tanganny memukul-mukul punggunng Andra. "Karin kotor, dia... dia." Karina kehilangan suara untuk melanjutkan perkataannya. Air mata mengalir semakin deras.
"Karin. Mas mohon tenanglah." Andra melepaskan pelukan dan memegang tangan Karina. Tidak ingin gadis itu melukai tangannya yang terpasang infus.
"Karin kotor... Karin kotor!" Karina berteriak histeris di depan wajah Andra. Tangannya bergerak, mencoba melepaskan genggaman lelaki itu. Saat Andra lengah melihat darah di tangannya, ia mengambil kesempatan untuk menyentak tangan Andra hingga terlepas.
"Karin!" Andra memanggil Karina dengan nada tinggi saat gadis itu mulai menarik rambutnya. "Karin. Jangan seperti ini, Mas mohon." Andra menyusupkan kepala ke perpotongan leher Karina saat tubuh gadis itu melemah dan kembali tak sadarkan diri.
Gara-gara aku usil bilangin Andra tanggung jawab jadi pada salah paham ya 😂😂
Duhh maaf. Aku cuman main-main. Soalnya kemarin ada yang tanya Andra tanggung jawab apa✌✌✌
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Husband
RomancePemerkosaan yang dialami Karina membuat hidupnya hancur dalam satu kedipan mata. Ia merasa ingin mati, hidupnya tak berarti lagi saat ada lelaki asing menodainya. Kini Karina merasa tak layak lagi untuk bahagia. Tetapi Andra, lelaki yang dicintainy...