Sembilan

21.1K 1.1K 57
                                    

"Halo, kenapa pada ribut, nih?" Renata dan Ara terdiam, mereka sama-sama menoleh ke sumber suara. Renata tersenyum saat menemukan Kenzo dan Aris, berbeda dengan Ara yang langsung memasang wajah masam.

"Biasalah," kata Renata. "Sini duduk."

Kenzo langsung menurut, dia duduk sembari merangkul bahu Renata. Sedangkan Aris memilih duduk di sisi Ara. "Hai... Ra," sapa Aris yang tak mendapatkan tanggapan apa pun dari Ara. Aris tersenyum geli melihat Ara mengajak Karina berbicara tanpa memperdulikanya.

Sedang Karina melirik Ara dengan bingung, tampak jelas wajah gadis itu tak suka dengan suasana yang ada. Padahal menurutnya tidak ada yang berubah, hanya bertambah dua orang saja. Tak mungkin membuat mood Ara langsung terjun bebas.

Akan tetapi biar saja, lah. Toh sebentar lagi mereka juga akan masuk ke kelas masing-masing.

Dua minggu kemudian Karina menekuni buku dalam genggaman, membaca bagian belakang dan mengembalikannya lagi ke rak. Saat ini ia berada di toko buku, mencari dua buku yang di pinta dosen. tak ada teman yang menemani, Andra juga tak tahu ia ada di sini. Selesai jam kuliah tadi Karina langsung ke toko sini.

Ini juga bukan toko langganannya bersama Andra atau kedua sahabat. Toko buku ini baru saja di buka sekitar lima bulan yang lalu dan letaknya tak terlalu jauh dari universitas. Hanya saja ia harus putar balik jika ingin pulang.

"Bruk... Aw... aw."

Karina menoleh saat mendengar bunyi benturan dan jerit kesakitan dari seorang wanita. Ia menatap kasihan pada lelaki yang jatuh terduduk di dekat kaki wanita yang masih menampilkan wajah kesakitan.

"Maaf Mbak... maafkan saya."

Karina terus menatap lelaki tersebut yang memohon maaf sembari menatap khawatir pada kaki sang wanita.

Ia tebak pasti kaki Wanita tersebut tertimpa buku yang luar biasa tebal itu. Bukan hanya satu, tapi ada beberapa buku yang sudah di susun oleh lelaki tersebut.

"Hati-hati dong Mas. Kaki saya sakit nih!"

"Maaf Mbak saya enggak sengaja."

Karina menggerutu melihat wanita itu pergi begitu saja tanpa menjawab permintaan maaf dari lelaki yang saat ini tengah memberi tatapan menyesal ke arah hilangnya wanita tadi. Karina melangkah mendekat, untuk menanyakan keadaan lelaki tersebut. Namun, ia langsung menghentikan langkah saat melihat lelaki tersebut berbalik dan menoleh ke arahnya dengan tatapan aneh.

Mengerutkan kening, Karina menoleh ke belakang untuk mencari tahu apa ada orang lain atau tidak. Namun, tak ada siapa pun membuat Karina kembali menatap lelaki itu yang masih terus menatapnya intens.

Bergidik ngeri, Karina mundur beberapa langkah. Ia menjadi takut sendiri menatap lelaki itu. Apalagi saat lelaki aneh tersebut tersenyum kecil dan membuka mulut tanpa suara, Karina langsung membalikkan tubuh dan berjalan dengan cepat ke arah pintu keluar.

Karina takut, akhir-akhir ini banyak kejadian yang membuatnya takut dan cemas.

Mungkin ia akan pulang saja, entah apa yang akan terjadi besok dengan tugasnya. Ia tak peduli karna sekarang yang Karina butuh kan adalah berada di rumah, di tempat paling aman. Bisa jadi nanti ia meminta tolong pada Andra untuk mampir ke toko buku yang berada tak jauh dari kantor lelaki itu atau ia meminta Andra untuk menemaninya ke toko buku lain. Dua pilihan yang sangat menarik untuk saat ini.

Karina menunggu Taxi pesanannya dengan tak sabar. Matanya menjelajah menatap sekeliling. Jantung Karina memompa begitu cepat melihat lelaki itu berdiri tak jauh darinya masih dengan tatapan aneh.

'Hati-hati '

Lagi lelaki itu kembali mengucapkan kata itu tanpa suara. Takut Karina langsung memasuki mobil yang berhenti di depanya.

"Jalan pak," ucap Karina pada sang sopir Taxi.

Best Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang