Delapan Belas

19.7K 1K 20
                                    

Dering ponsel membuat Karina mengangkat kepala. Awalnya ia mengira itu Andra dan Karina terus mengabaikan karena malas berbicara. Namun, ponselnya kembali berdering. Mau tak mau ia bergerak mencari ponsel yang berada di dalam tasnya.

Karina buru-buru mengangkat saat tahu Lala, teman satu kelompoknya yang menelepon.

"Ya. La, Ada apa?" Kata Karina. "Loh... bukanya besok, ya? Kenapa jadi sekarang?"

"Ya udah deh, aku siap-siap dulu ya." Karina menutup panggilan dan langsung bergerak menyusun buku-buku yang di butuh kan.

Mereka ada tugas kelompok yang harus di kumpulkan dua hari lagi. Awalnya Mereka sepakat akan mengerjakan pagi nanti, tapi entah kenapa ke empat taman kelompok lainya mengatakan sekarang. Mau tak mau Karina dan Lala terpaksa setuju.

Selesai menyusun buku yang di butuh kan, Karina kembali duduk di sudut ranjang. Ia memainkan ponsel, sembari menunggu mobil jemputan. Karina membuka beberapa akun sosial media miliknya dan ia terteguh saat melihat postingan Andra di IG.

Postingan satu hari lalu. Karina tidak ingin menekan tanda hati, karna ia tidak menyukai postingan tersebut. Dengan iseng Karina membuka akun Andra. Ia melihat postingan lelaki itu yang hanya menambah satu sejak terakhir ia melihat. Andra memang bukan mengguna aktif sosial media, meski dia memiliki semua yang Karina juga miliki.

Karina menggulirkan tangan ke arah samping kanan, ia menekan layar tempat Andra biasanya di tandai oleh orang lain. Ia melihat beberapa foto yang sama yang di posting Andra.

Karina membuka acak gambar yang sama seperti milik Andra, ia membatu membaca caption yang di tulis.

*Cie... Cie... ada yang clbk nih.*

Karina mencibir membaca caption tersebut. Ia terus menggulirkan ke bawah membaca komentar dan Karina langsung melempar ponsel ke ranjang saat melihat komentar Andra. Meski hanya berupa emot tertawa, tapi di mata Karina Andra membenarkan ucapan tersebut.

"Brengsek," maki Karina memunguti barang bawaannya dan langsung ke luar kamar, meninggalkan ponsel yang tergeletak di atas ranjang.

Karina butuh hiburan, untuk mengalihkan pikiran dari Andra, Faya dan postingan sialan itu. Karina berakhir di ruang TV, ia menyetelnya dengan suara keras.

"Neng... Neng. Neng Karin ada temanya di depan," ucap Buk Munah, datang dari pintu depan.

Karina mengecilkan volume TV. "Udah datang ya, Buk? Karin berangkat Buk. Ibuk enggak perlu masak buat Karin, ya." pamit Karina, ia berjalan ke depan di bantu Buk Munah membawakan barangnya.

"Makasih Buk," seru Karina sebelum menutup pintu mobil. Buk Munah mengangguk dan mengatakan kata 'Ya dan Hati-hati Neng' sebelum kembali masuk ke dalam.

"Kita kerjai tugasnya di mana sih La?" tanya Karina pada Lala, teman yang menjemputnya.

"Di rumah Joan."

"Hah... Jauh banget," seru Karina kaget. Ia pernah sekali ke rumah Joan dan itu membutuhkan waktu empat jam dari kampus yang artinya akan membutuhkan lebih dari empat jam dari rumahnya.

Lala mengangkat bahu. "Enggak tahu Gue, kita di suruh kumpul di sana."

"Mau pulang jam berapa kita." Karina melirik jam di pergelangan tangan yang sudah menunjukkan pukul 04:05 sore.

"Lo bawa baju kan. Katanya kita yang cewek-cewek nginep aja di sana, takutnya bakal sampai malam."

"Memang bakal enggak keburu kali."

Lala terkekeh. "Tenang aja napa sih. Rumah Joan kan asyik."

"Asyik rumah sendiri," kata Karina. Lala membenarkan dalam hati. "Memangnya dia mau ke mana sih? Kenapa enggak besok aja gitu, sesuai kesepakatan."

"Enggak tahu gue, katanya ada acara keluarga, takutnya dia gak bisa ikut bantu kerjai kalau gak sekarang."

"Oh." Hanya itu tanggapan Karina. Selesai membahas masalah Joan, Mereka kembali membahas hal lainya.

Sepanjang perjalanan, tak ada kata sepi, dalam mobil Lala. Mereka terus mengobrol hal-hal remeh seputar berita Kampus, gosip artis hingga barang-barang tren yang di pakai senior mereka.

*****

Mudah berubah pikiran, itu sudah terbiasa di lakukan oleh manusia. Sama halnya seperti Joan, yang mengatakan akan mengerjakan di rumahnya tapi dalam sekejap langsung berubah dan pindah ke rumah Resa.

Karina dan yang lainya sih senang-senang saja. Rumah Resa berada di sekitar kampus, tidak akan membutuhkan waktu lama sampai di sana. Meskipun tidak dekat, tapi ia dan Resa sudah mengenal sejak lama. Karna mereka dari SMA yang sama.

Akan tetapi satu hal yang Karina tak sukai di rumah Resa, Resa memiliki satu Abang lelaki bernama Mario. Lelaki misterius yang pernah di temuinya di toko buku. Karina tidak nyaman, selama mereka mengerjakan tugas, beberapa kali Abang Resa tertangkap basah tengah menatap ke arahnya dengan pandangan aneh.

Karina sudah mencoba berpikir positif, tapi ia selalu gagal. Begitu pekerjaan mereka selesai Karina langsung pamit pulang. Saat itu Resa dan teman lain memang mengajaknya menginap. Tetapi tidak, terima kasih. Karina terlalu takut berhadapan dengan Abang Resa.

Sekarang Karina menyesal setengah mati, kenapa ia tidak menginap saja. Andai ia menginap pasti kejadian buruk ini tidak akan pernah terjadi.

Karina tahu bahkan sangat tahu, akan sangat berbahaya jika seorang gadis berjalan sendiri di tengah malam.

Akan tetapi ia tidak punya pilihan, Lala menginap di rumah Resa. Taxi yang di naikinya mogok di jalanan sepi. Dengan terpaksa Karina harus berjalan beberapa meter untuk mencari Taxi baru.

Namun, di tengah perjalanan Karina di kagetkan dengan kedatangan seseorang lelaki. Lelaki yang sangat mencurigakan dan langsung mengejarnya saat Karina berjalan lebih cepat. Itulah sebabnya Karina memilih berlari di tengah kegelapan.

Berlari kencang, memohon minta tolong, Karina lakukan sedari tadi. Tetapi tetap tak ada yang datang menolongnya.

Karina lelah berlari, setiap langkah yang di ambil ia berusaha agar semakin cepat dan dapat menghilang dari seseorang yang mengejarnya.

Kakinya sudah bergetar, Keringat mengucur deras dari wajah. Tas dan barang yang di bawanya tadi sudah di cempakanya sejak 15 menit lalu. Karina terus berlari, mencari tempat teraman yang bisa menyembunyikan tubuhnya.

"Tolong!"

Teriak Karina berharap ada satu dua orang yang mendengar suara lemahnya.

Air mata dan rasa lelah membuat lari Karina semakin lemah, namun ia selalu bangkit lagi dan lagi saat mengingat kecil kemungkinan ada orang yang menolongnya jika ia tak berusaha sendiri.

Ini sudah tengah malam, kebanyakan orang sudah terlelap di rumah masing-masing. Apalagi sedari tadi tempat yang di lewati Karina semakin ke dalam semakin sepi.

"MAS ANDRA!" Karina berteriak untuk terakhir kali sebelum tubuhnya di gulingkan dari belakang.

Di lain tempat, Andra terlihat gelisah. Ia sudah sedari tadi di jalanan mencari keberadaan Karina. Andra sudah mendatangi tempat-tempat yang buka 24jam. Tetapi tetap saja Karina tidak di temukannya.

Semakin malam, perasaannya semakin gelisah. Andra menghentikan mobilnya di pinggir jalan, ia memukul-mukul setir dengan kesal. Ia sudah menghubungi kedua sahabat Karina, tapi keduanya tidak tahu keberadaan gadis itu. Andra juga sudah menghubungi nomor yang terakhir menelepon Karina. Jawaban yang di terimanya membuat Andra semakin gelisah.

Orang yang mengaku bernama Lala itu mengatakan jika seharusnya Karina sudah sampai di rumah sejam yang lalu.

Lalu di mana Karina?






Ini aja deh ya. Versi barunya menghilang. Udah aku cari drafnya gak ada 😭😭

Best Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang