Karina menggeliat dan membuka mata, tersadar sudah berada di tempat tidur ia tersenyum. Tahu semalam pasti Andra yang mengangkatnya dari mobil kesini. Karina melirik jam, masih pukul tujuh pagi, ia memutuskan kembali memejamkan mata dengan senyum tipis.
Baru saja ia akan terlelap saat mendengar pintu kamarnya di ketuk dan tak lama terbuka. Karina mengintip dari posisi berbaringnya, dan langsung terduduk saat melihat Andra memperhatikannya. "Ngapain Mas?" tanya Karina dengan tangan sibuk merapikan helai rambut. Meski baru bangun tidur, ia tak mau terlihat berantakan di depan sang pacar.
"Jam berapa kamu kuliah?"
"Oh. Karin masuk jam dua Mas," kata Karina. Andra mengangguk beberapa kali. Kemudian ia maju menghampiri Karina yang tak bergerak dari ranjangnya.
"Jangan tidur lagi, udah siang." Andra mendaratkan tangannya di kepala Karina. Ikut membantu merapikan rambut gadis itu.
Karina melongo, ia salah tingkah atas perhatian yang di berikan Andra. Karina suka saat Andra seperti ini, tapi ia juga membenci diri sendiri karna tak tahu harus bersikap bagaimana. Malu, Rasa yang selalu sukses menghancurkan image siapa saja. Tak peduli itu orang terkenal ataupun orang biasa. Seperti yang Karina rasakan saat ini.
"Iya," kata dengan lirih. Andra mungkin tak akan mendengarnya jika saja posisi mereka tak sedekat ini.
"Siap-siap, gih. Mas tunggu sarapan." Setelah mengatakan itu Andra berbalik dan keluar dari kamar. Ia tak perlu menunggu jawaban Karina untuk pergi. Selalu saja begitu.
Karina turun dari ranjang. Ia memegang kepala, bekas usapan Andra tadi dengan senyum semringah. "Uhhh rasanya sampai hati." Karina berjalan ke arah kamar mandi. Ia harus cepat bersiap. Mungkin, ia bisa mencuci muka dam menyikat gigi dulu. Urusan mandi bisa belakangan.
Sepuluh menit kemudian, Karina keluar dari kamar dan langsung berjalan ke arah meja makan. Di sana sudah duduk Andra dengan teh hangat. Andra tersenyum kecil mendapati Karina sudah berdiri di hadapannya. "Ayo sarapan."
"Iya," ucap Karina duduk. "Makasih Mas." Karina menerima piring berisi nasi goreng sosis pemberian Andra. Seperti biasa mereka makan dalam diam, Karina juga sangat lahap menghabiskan nasi di piringnya.
"Kamu nanti pulang jam berapa?" Andra memulai pembicaraan saat Karina sedang menyusun piring bekas sarapan mereka berdua.
Karina menghentikan sesaat kegiatannya. "Karin gak tahu Mas," jawab Karina kembali ke pekerjaannya. "Karin juga mau minta anter Renata sama Ara cari buku," ucap Karina lagi melangkahkan ke dapur.
"Buku apa?" Andra ikut melangkah dan berdiri di samping Karina yang tengah mencuci piring.
"Enggak usah Mas. Udah rapi gitu." Karina mencegah Andra yang ingin membantunya membilas piring. Bisa-bisa nanti baju Andra basah.
Andra cuek, tak mengidahkan larangan Karina. Ia menggulung lengan bajunya sampai siku dan mulai membantu Karina membilas piring. "Kamu Mau cari buku apa?"
"Oh itu. Buku Bisnis Mas. Buat tugas besok. Kemarin Karin udah sempat cari tapi gak dapat," terang Karina dengan bersungut-sungut saat mengingat kejadian kemarin.
"Apa judulnya?"
Karina menyebut judul buku yang di carinya dengan kesal, mengingat betapa sulitnya mendapat buku tersebut.
"Coba kamu cari di rumah sebelah, lantai dua, kamar paling pojok, Mas punya buku itu."
"Serius Mas." Karina terlihat kegirangan mendengar ucapan Andra. "Yeee... hemat duit," teriaknya lagi saat Andra mengangguk.
Andra terkekeh melihat tingkah Karina.
"Tahu enggak Mas. Kalau di novel dan drama Korea yang Karin lihat seharusnya Mas peluk Karin dari belakang sekarang."
Andra menaikkan alis tak mengerti dengan maksud ucapan Karina. "Buat apa?"
"Supaya romantis dong." Karina terkekeh setelah mengatakan itu. Lalu ia melangkah ke sisi kiri Andra untuk membantu mengelap piring yang sudah di bilas lelaki itu.
Andra meletakan piring terakhir yang di bilasnya, sebelum menghadap ke arah Karina. "Kamu pilih mana? Lelaki romantis yang tahunya cuman mengganggu pasangan kerja atau lelaki yang mau turun tangan buat bantu pasangannya?" tanya Andra menatap mata Karina.
"Eh... itu... Karin." Karina terlihat kebingungan menjawab pertanyaan Andra. Ia mengaruk belakang telinganya salah tingkah. Apalagi Andra tak memalingkan wajahnya sedikit pun, membuatnya makin serba salah. "Karin pilih Mas aja, deh." Karina menyengir.
Andra mendengkus sebelum terkekeh. Ia kemudian melarikan jemarinya mengacak kepala Karina. "Kamu tuh, ya."
Karina tertawa sembari menikmati tangan Andra yang sekarang mengusap kepalanya dengan lembut. " Mas."
"Hem." Andra menyelipkan helai rambut Karina ke belakang telinga.
"Mas. Nikah, yuk." Karina tersentak kaget setelah selesai mengatakan itu.
Tidak jauh beda dengan Andra yang menghentikan pergerakan tangannya.
Ia menatap mata Karina yang tampak kebingungan. "Karin... itu."Panik, Karina menggeser posisinya. "Awas, Karin mau mandi dulu." Ia langsung kabur tanpa menunggu jawaban Andra. Bodoh... bodoh... bodoh. Rapal Karina dalam hati. Sudah tahu semalam ia ditertawakan Andra, sekarang malah di ulangi lagi perbuatan konyol tersebut.
"Karin bodoh!" teriak Karina begitu sampai di kamar. "Ngapain juga pakai ngomong gitu lagi." Karina memukul mulutnya beberapa kali. "Minta di jahit juga nih."
Karina membanting tubuhnya ke ranjang. Ia berguling ke kanan kiri dengan menggigiti selimut dengan gemas.
Bagaimana nanti ia menghadapi Andra. Uhhh... pasti malu sekali. "Aku ingin menghilang." Karina mengubur dirinya di dalam selimut. Belum sepenuhnya hilang rasa malu semalam, mulutnya sudah membuat ulah lagi.
Andra yang mengikuti ke kamar menatap geli tingkah aneh Karina. bergerak-gerak brutal, lalu mengerang seperti orang kesakitan di balik selimut. "Karin," panggil Andra dan ia terkekeh saat gerakan di balik selimut menghilang.
"Katanya mau mandi?" Tak ada sahutan dari Karina membuat Andra semakin tergelak. Andra melangkah mendekati, ia berdiri beberapa detik sebelum memilih duduk di sisi ranjang. Andra mencoba menyibak selimut yang menutupi tubuh Karina. Namun, Ia mengalami kesulitan karna ternyata Karina menahan selimutnya kuat. "Karina."
"Enggak mau. Karin gak mau mandi." Karina bersuara di balik selimut. Andra terkekeh pelan sebelum mengambil posisi berbaring di samping Karina. Tubuh Karina menegang.
Andra diam beberapa menit dan di menit lima, Ia baru membuka suaranya. "Nikahnya..."
Tubuh Karina kembali menegang, ia langsung memotong ucapan Andra saat berhasil menguasai diri. "Karin tahu Mas. Karin tahu!" Nikahnya nanti kan? Setelah Karin lulus!" jerit Karina dengan suara panik.
Andra terkekeh, lalu ia kembali duduk dengan mata memandang tubuh Karina yang masih tersembunyi di balik selimut. "Ya sudah Mas berangkat dulu, ya," ucapnya setelah menarik napas panjang.
Tidak ada sahutan dari Karina. Andra juga tak berharap banyak. Ia tahu Karina pasti sedang malu karna kejadian tadi. Menepuk bagian kepala Karina, ia pun bangun dan berjalan ke luar.
Mendengar suara pintu tertutup, Karina menyingkirkan selimut. Namun, Ia membatu beberapa detik sebelum menjerit dengan suara kuat. "MAS ANDRA!" Karina kembali menutup tubuhnya dengan selimut.
Andra tertawa melihat wajah Karina. Ia memang tak keluar, ia hanya menutup pintu dan Karina langsung mengira ia keluar.
"Keluar Mas, Aku mau sendiri!" raung Karina menendang-nendang selimut.
Andra semakin tertawa dan tanpa mengatakan apa pun ia kembali membuka pintu. Kali ini ia keluar sungguhan. Kalau di suruh memilih Andra akan tetap berada di dalam, melihat tingkah lucu Karina. Tetapi apa mau di kata, ia sibuk dan harus segera berangkat ke kantor agar tak perlu lembur lagi.
Kalau jadi Karina aku juga bakal malu banget 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Husband
DragostePemerkosaan yang dialami Karina membuat hidupnya hancur dalam satu kedipan mata. Ia merasa ingin mati, hidupnya tak berarti lagi saat ada lelaki asing menodainya. Kini Karina merasa tak layak lagi untuk bahagia. Tetapi Andra, lelaki yang dicintainy...