Dua

40.8K 1.8K 14
                                    


"Wahhh ada Mas-Mas ganteng." Karina memutar pandangannya, mencari tahu siapa yang di sebut Mas-Mas ganteng oleh Ara. Mereka sedang beristirahat di bawah pohon mangga setelah hampir seharian dikerjai habis-habisan oleh senior.

"Mana sih?" tanya Karina tak menemukan orang yang disebut Mas ganteng oleh Ara.

"Itu yang lagi diri sendiri."

"Oh itu," kata Karina setelah menemukan orangnya, ia memperhatikan lelaki tersebut dengan saksama.

"Lebih ganteng lagi Kenzo," ucap Renata yang mendapat cibiran Ara.
Orang itu cukup lumayan menurut Karina. Apalagi postur tubuhnya tinggi, kulit yang tak terlalu putih dan juga badan bagus.

Namun, sayangnya seperti kebanyakan orang keren lainya, lelaki itu terlihat banyak gaya dan Karina tak suka itu.

"Yang itu juga lucu." Setelah tadi Ara sekarang giliran Renata yang mengatakan lucu pada lalaki lain. "Lucu kan Kar-Ra?" tanya Renata pada kedua sahabatnya. Karina dan Ara menoleh ke arah tunjukan Renata, melihat dan menilai lelaki yang baru saja di sebut gadis itu.

"Tapi masih lebih manis Kenzo lagi, sih." Dengan kompak Karina dan Ara memutar mata bosan.
Meskipun itu benar adanya, tetap saja mereka berdua sudah bosan. Renata selalu mengatakan hal yang sama dari sebelum mereka lulus SMA sampai sekarang.

"Itu lebih keren," ucap Karina menatap ke arah koridor.
Karina tetap fokus menatap orang yang ditunjuknya tadi. Cukup jauh memang jaraknya tapi tetap terlihat jika orang itu memiliki wajah yang rupawan ditambah postur tubuh mendukung.

Akan tetapi lambat laun kening Karina menyengit saat orang yang di tunjuknya tadi semakin terlihat jelas.

"Itu kan Pak Andra," ucap Ara dan Renata berbarengan.
Karina tersenyum semringah saat mengetahui itu memang Andra. Akan tetapi untuk apa Andra ke kampusnya? Ada hubungan apa Andra dengan wanita cantik yang tengah berjalan disisinya tersebut.

"Mereka mau ke mana?"
Pertanyaan dari Renata yang di tuju entah pada siapa, Karina tak memedulikan lagi, karna sekarang pikirannya berkecamuk dengan berbagai macam pertanyaan. Apalagi saat Andra dan wanita itu memasuki ruangan khusus para Dosen di kampus ini.

"Mungkin Pak Andra mau jadi dosen di sini." Karina mencoba tersenyum pada Renata. Meski dalam hatinya ia tengah merasa cemas bukan main.

"Mungkin sih," ucap Ara dan mereka kembali mengobrol banyak hal.
Berbeda dengan Karina yang termenung, memandang bunga sepatu yang ada di depan. Pikirannya bertanya-tanya, tentang kehadiran Andra dan wanita cantik di sampingnya.

"Karin, kamu ikut, kan?" Mata Karina mengerjap beberapa kali, mendengar pertanyaan Renata dengan nada lumayan kuat. Ia menoleh sembari menggaruk tengkunya salah tingkah.

"Kalian ngomong apa?" tanyanya menampilkan senyum tak bersalah. Karina memalingkan pandangan saat mendapat pelototan dari Renata dan Ara. Ia masih memalingkan wajah, saat mendengar tarikan napas panjang Renata.

"Kamu masih sedih? Yang Sabar ya, Sayang," ucap Ara tiba-tiba menepuk pundak Karina pelan. "Kamu harus move-on deh mulai sekarang." Ara mengusap-usap pipi Karina, seolah-olah menghapus air mata. Padahal Karina sama sekali tak menangis.

"Saingan kamu buat dapati Pak Andra kelewat anggun, gak kayak kamu yang urakan." Renata menambahi ucapan Ara, membuat Karina langsung menatap keduanya dengan mencibir dan menepis tangan Ara yang masih asyik bertengger di pipinya. Tak lama kemudian Karina tersenyum dengan mengangkat kedua tangannya ke arah kepala Renata dan Ara.

"Aww sakit!" Kor Renata dan Ara cukup keras, saat Karina menjewer telinga mereka berdua.

"Kalian itu harusnya hibur aku, bukanya malah ngeledekin," ucap Karina melepas kedua tangannya dengan senyum puas.

"Jahat banget sih. Ini kita lagi menghibur kamu tahu." Renata mengusap-usap telinga, merasa sakit dan panas di sana, begitu juga dengan Ara. Namun, karna belum juga merasa lega Renata langsung menatap ke arah Karina yang masih terkekeh, dengan pandangan membunuh.

Best Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang