8. DE INSTRUCTIES (SANG PETUNJUK)

521 17 3
                                    

Ohhhh jadi begitu mas, aku akui memang mas Umar paling inovatif kalau cari solusi, Top dah mas ini....Kata Tono yang lagi senang hati.



"Mas bantuin aku mau ambil dan siapin konsumsi yak! " Pinta Tono.

"Karena sudah aku bawa jauh - jauh dari rumah mas ! barangnya masih didalem mobil kesayangan sejuta umat mas, hehehehe." Jelas dan tawa Tono sambil berdiri mengajakku ambil makanan dan minuman dimobil hitamnya.

"Ayok " Jawabku singkat

Setelah itu kami menurunkan barang bawaan Tono dari mobilnya, dan menyiapkan di teras rumah. Menunggu kedatangan para pemuja illahi datang, aku punya ide asik untuk sekalian usil sama Tono. Mumpung suasana lagi serius, pasti si "KECAP" ini mudah disuruh-suruh hohohoho. Selesai berberes semua, kami masih berdua diteras dengan si Tono.


"Ton kamu nanti pimpin tiap hari acara disini ya? Pintaku , lha mas umar mau kemana?" Jawabnya kaget.

"Gak kemana – mana sih Ton, Cuma sewaktu - waktu kalau aku keluar ada sesuatu kamu yang pimpin ya ?" Jelasku lagi.

"Siap mas" Jawab Tono.

Tapi tetap untuk hari pertama aku yang pimpin acara itu dibantu sama Tono

"Sama satu lagi Ton, ini acara aku buat sampe 40 hari nonstop! kamu  yang pimpin, jadi kamu harus puasa mutih 40 hari juga. Diakhiri sama telasan yang hari ke empat puluh" Pintaku lagi.

"Apa mas? gak salah ini mas" Jawab Tono setengah kaget.

"Iya sama puasa, kamu bantuin aku . Kalau gak gitu bisa mati kamu Ton !!! Terangku untuk meyakinkan Tono

'dalam hati mampus kamu Ton kapan lagi aku bisa kerjain! Itung itung aku juga mau bantu Tono biar bisa ngeredam napsunya yang kayak mbah Sugiono ' hahahahahha'

"Ok lah mas demi kebaikan kita bersama, tapi jangan lupa kalau berhasil mas 5 % buat kang Tono yah?" Minta sambil menggoda Tono.

"Beres Ton. Jawabku yang ikhlas.

Jam tangan Tono berjalan mengikuti putaran jalurnya, saat kumelirik sesekali ke tangan itemnya. Waktu sudah memperlihatkan Jam 22.00 wib, dari depan terlihat si Imron dahulu datang diikuti para pemuja sang ilahi mulai satu persatu datang. Ada yang sendiri dan ada yang datang bergerombol, ada yang membawa kuda besi dan sebagian berjalan kaki. Mereka memakai pakaian khas serba putih tapi tak seputih kulitnya semua 'maklum kulit eksotis warga pulau tropis' tanpa komando mereka langsung dengan cepat memenuhi ruang tamu dan terasku. Posisi mereka berjajar rapi duduk bersila saling berhadapan seakan sudah menjadi tradisi bagi sang pemuja ilahi.

Sesaat jumlah jamaah yang kuminta pada Imron sesuai setelah kuhitung sendiri dengan cara menyambut berjabat tangan satu persatu, pas sejumlah 40 ekor plus aku, Tono dan Imron. Kami melakukan ritual itu bersama-sama dengan khidmat, menjiwai ayat-ayat dalam hati masing-masing, diringi rebana mengalun menggugah jiwa kami akan kerinduan dan kebesarannya. Disertai bau harum khas para pemuja illahi semerbak memenuhi lokasi kami untuk ritual, dan belaian angin khas desa dimalam hari. Memang acara itu terlihat ramai tapi yang aku heran ada beberapa sosok yang tak kukenal padahal satu grup ini masih satu kampung, tapi biarlah yang penting acara tetap lancar, mungkin ada warga pendatang baru juga ingin ikut.

Jam 24.00 wib acara pun selesai, para pemuja illahi sebagian langsung berpamitan pulang karena sudah larut malam dan merawat keluarganya yang sakit. Seperempatnya masih tinggal dirumahku sambil menikmati sajian kopi dan makanan ringan yang Tono sediakan. Mereka para jamaah awalnya tidak ada yang mengetahui maksud dari acara ini, dan aku memang sengaja tidak memberi tahu, memberitahu sekarang sama saja dengan bunuh diri. Tapi nanti kalau sudah waktunya akan kujelaskan pada persatuan pemuja illahi ini.


Sampai akhirnya tinggalah kami bertiga, yaitu aku, Tono dan Imron yang masih menikmati hidangan yang tersaji.


"Mas, tadi sore ternyata ada warga gang 1 dan 4 yang kesurupan." Kata Imron

"Masak pron?" Tanyaku

"Iya mas aku sama mas Huda sempet nyamperin kerumah orang yang kesurupan itu." Jelas Imron lagi.

"Wah sampai segitunya ya mas, maaf saya jadi gak enak sama kalian!" Sahut Tono.

"Iya nih gara-gara kamu Ton, Jawab Imron yang kecewa! Sudah Pron ,,,,sudah, ini sudah terlanjur dan harus kita selesaikan dengan cepat" Jawabku.

"Iya mas maaf" Jawab Tono. "Besok dan seterusnya sampai 40 hari kedepan biar dipimpin sama Tono, Pron! sebagai tanggung jawabnya." Kataku.

"Ohhhh ya udah mas, bagus itu." Sahut Imron.

Suasana sedikit pertentangan antara mereka berdua sedikit bisa kuredam, karena keluarga Imron jadi korban juga termasuk Imron sendiri. dan aku sendiri usul malam itu untuk mengakhiri suasana malam yang hening dan sudah larut. Setelah Imron dan Tono kusuruh pulang. Aku melanjutkan ritual pribadi keruangan khususku, Ruangan yang gelap disiang dan malam hari, yang berada di salah satu kamar rumah kecilku. Tempat yang akan kupakai mencari jawaban akan kebingungan tentang mencari jalan keluar dalam masalah ini.  Saat aku didalam kamar Suasana hening dan tenang didalam kamar bahkan suara nyamukpun bisa terdengar dengan jelas diruangan ini.

Ku atur posisi dudukku untuk bersemedi, memejamkan mata, menyerahkan diri ini kepada pemiliknya. Rasa pasrah, ikhlas dan hanya meminta petunjuk dari sang maha kuasa agar diberi jalan yang diridhoinya. Malam pertama aku bersemedi, antara sadar dan tak sadar [atau setengah tidur] aku melihat didepan mataku ku terjadi bencana banjir bandang yang sangat besar dari arah utara menuju ke selatan.

Air bah yang besar menggulung semua benda didepannya, serbuan air yang besar itu berhenti mengerucut seolah tersedot di balik gunung. Saat kuamati dibalik gunung itu ada sebuah masjid, dan semua air bah itu berhenti terus masuk kedalamm tanah didepan masjid. Masjid besar itu terlihat bangunannya belum jadi, masjid itu juga dikelilingi pohon apel hijau yang ranum buahnya dan sebuah papan hijau didepan masjid sebagai identitasnya. Terlihat masjid itu terasa kering sekali bangunannya meski banyak pepohonan apel. Sejenak aku langsung terbangun dari keadaaan semediku dan keluar dari kamar, memikirkan apa yang terjadi tadi. Kudengar saat itu mushola didepan rumah sudah membacakan ayat-ayatnya, aku langkahkan kakiku kemushola untuk menjawab bacaan dan panggilannya dan mengakhiri hari itu dengan shalat subuh berjamaah.


Hari kedua aku masih dirumah sendirian, dan terus melakukan ritual pribadiku siang malam. Meminta jawaban apa yang menjadi misteri akan leak di tubuh Anne, sesekali aku telpon istri dan kedua anakku di rumah mertua hanya sekedar untuk menanyakan kabar dari mereka. Saat malam tiba, jadwal ritual dengan para pemuja sang ilahi pun aku jalani dengan lancar sama seperti dihari pertama. Petunjuk hari kedua adalah sama persis seperti hari yang pertama, yaitu banjir bandang menuju ke arah selatan.

Hari ketiga tak ada yang berubah, gambarannya masih tetap banjir bandang kearah selatan. Akhirnya kusimpulkan bahwa jawaban ritualku dan semua masalah ini adalah diselatan. Arah selatan dari tempat tinggalku adalah tempat kelahiran ken arok, tepatnya di bumi ongisnade. Disanalah nanti aku akan berburu mencari jawaban dari gambaran tiga hari yang aku dapat.

Fix!!! aku putuskan untuk mencari rekan yang biasa diajak mbolang tak jelas [inilah kesedihannku sebenarnya jikalau masuk sisi dunia lain, parti banyak teka-teki silang yang harus diungkap, tentunya dengan logika dan semua petunjuk. Secara harus rela untuk meninggalkan istri dan anak-anak untuk beberapa waktu]. Yang kupikir orang paling tepat adalah Imron teman seprofesiku dan tetangga karibku.

Siang yang terik itu aku mengunjungi Imron kerumahnya, dari samping rumahnya aku datang saat ia lagi rebahan sendiri diteras rumahnya. Karena aku juga tahu saat itu, sungai lagi kering jadi jadwal untuk cari ikan berhenti sejenak.


"Pron ...pronn...! " Suaraku mengagetkan dirinya yang lagi mager di kursi bambunya.

"Eh...mas Umar!!!!" Jawabnya seraya membangkitkan tubuhnya dan merapihkan baju serta rambutnya.

"Pron tar sore bisa ikut aku kagak?" Paksaku.

"Emang ada apaan mas?" Tanyanya dengan heran

Disitu aku sedikit ceritakan petunjuk yang telah aku dapat selama tiga hari terakhir, Imron mulai memahami apa yang kujelaskan, dan kuinginkan. Dan Imron pun mengiyakan permintaanku tanpa ada penolakan sama sekali. Saat itu juga dia minta waktu untuk berkemas dan berpamitan ke istrinya. Untungnya kondisi istri dan anaknya sudah sehat seperti sedia kala, akupun kembali kerumah untuk bersiap dan berkemas membawa bekal seperlunya. Kepada istri dan kedua anakku hanya kukabari saja bahwa aku akan bepergian beberapa hari ke selatan untuk memenuhi panggilan sang petunjuk, Karena untuk perjalan ke selatan aku tidak bisa menentukan kapan pulangnya.

Waktu menujukkan Jam 16.00 Wib, Imron sudah dirumahku membawa tas ransel sedang, sedang akupun sama. Kami membawa motor besutan jepang, bermerek seperti nama sirkuitnya. Kulajukan pelan motor jadulku dengan rasa penasaran akan jawaban itu, dan mengamati suasana sekitar menuju selatan. Kami memang sengaja berjalan pelan karena ingin mencari masjid yang sama dengan mimpiku sejak tiga hari yang lalu.

Pencarian ini membuat aku sendiri kayak orang gila, tanpa tujuan yang jelas. Selama tiga hari kami berjalan-jalan keselatan daerah pesisir mengunjungi dari desa ke desa, dari masjid ke masjid, Dan dari mushola ke mushola. Dari jalan ibukota sampai jalan desa, bahkan jalan setapak kulalui. sesekali kami tidur dan istirahat dimasjid dan mushola yang kami singgahi, sampai akhirnya kami menemukan gambaran masjid itu dari kejauhan, tempat yang sesuai gambaran yang kudapat saat ritual.

Kulalui jalan desa yang kanan kirinya sudah banyak rumahnya, waktu dihp ku menunjukkan jam 11.30. hari itu hari Jum'at, hari dimana aku akan melaksanakan kewajibanku sebagai muslim yang taat.


Semakin dekat dan mendekat Masjid itu tampak nyata dan pas sesuai sepeerti yang ada dalam mimpi 1000%, tapi dan anehnya ada aura negatif, kebencian dan persaingan yang membukus bangunan masjid itu. Aku sendiri heran kenapa ada masjid kok hawa serta suasananya begini.

HANTU 1 TRILIUN [BASED ON TRUE STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang