20. Alleen (UZLAH)

255 15 0
                                    

Setelah aku dari takziah di belakang rumah mertua Joko kami betiga menuju kerumah mbah Salman. Waktu kutempuh saat itu sekitar kurang lebih enam jam dari rumah Joko, sampai akhirnya kami sampai di rumah mbah salman.


Kami memacu kendaraan Tono dengan kecepatan sedang, dalam perjalalan itu kita hanya mampir sekali untuk mengisi bahan bakar mobil iritnya Tono. Sesampai di rumah mbah Salman mobil ku parkir tepat di depan rumah mbah Salman, waktu itu malam sudah mulai datang. Kami bertiga pun langsung turun dari mobil menuju ke rumah mbah Salman, saat ku hendak kuketuk rumah kayu sederhana itu terlihat lampu ruang tamunya dimatikan, tapi ku coba tetap mengetuk nya.

"TOK.. TOK.. TOK.."suara pintu yang ku ketuk.

Aku coba berulang kali tapi tiada jawaban, sedang Tono dan Imron menungguku dengan duduk di kursi bambu panjang diteras mbah Salman. Mereka dengan santai duduk diatas kursi Panjang dan mereka mulai membakar rokoknya bersama. Saat tidak ada jawaban dari dalam rumah akhirnya aku mengira bahwa mbah Salman tidak ada di rumah

"Ton, kamu tunggu aku sebentar disini" perintahku.

"Iya mas" Jawab Tono sambil menikmati ududnya

Aku pergi melangkahkan kakiku menuju sebelah rumah mbah Salman. Rumah yang kata mbah Salman dulu adalah rumah anak nya, disini aku memberanikan diri mengetuk rumah terbuat dari papan kayu itu.

"TOK.. TOK.. TOK.." assalamu'allaikum....

"Waallaikumsallam...." Jawab salam dari dalam rumah itu. Beberapa saat kemudian ada sosok perempuan membukakan pintu dari dalam rumah nya, terlihat perempuan itu masih muda dan berbusana muslim berwarna merah.

"Mbak, mbah Salman nya ada ?" Tanyaku dengan sopan.

"Ada perlu apa mas..?" Jawab perempuan itu.

"Ada perlu sedikit dengan mbah Salman mbak" jawabku.

"Loh memangnya di rumahnya tidak ada orang nya ?" tanya perempuan itu.

"Nggak ada mbak, saya sudah berulang kali mengetuk rumah nya tapi tidak ada jawaban" Jawabku.

"Ohh paling masih dirumahnya Mbak Rani keponakan nya itu mas, ayo aku antar ke rumah nya saja" jawabnya.

Malam itu, aku dan perempuan muda itu menuju kerumah keponakan mbah Salman yang bernama Rani, kami menyusuri jalan yang belum beraspal dan gelap, tapi masih terlihat samar-samar jalan itu.

Setelah aku berjalan beberapa saat ternyata rumah keponakannya ada di gang sebelah rumah mbah Salman, terlihat mbah Salman dari jauh duduk diteras. Mbah Salman disitu duduk ditemani satu orang laki-laki dan satu orang perempuan, aku dengan santai mendekat kerumah berwarna hijau dan berlantai keramik putih.

"Mas, bulu kudukku kok berdiri semua ya." Celetuk wanita yang mengantarku ke mbah salman

"Dingin mungkin mbak hawanya malam ini" jawabku untuk menenangkannya.

Waktu kami berjalan mendekat ada sesosok bayangan hitam besar seperti raksasa sedang duduk dirumah itu, waktu itu aku sengaja tak menghiraukannya. Aku tetap melangkah menuju ketempat mbah Salman berada, meski aku merasa diawasi oleh bayangan hitam itu. Karena tujuanku sama mbah salman untuk membereskan masalah Anne.

"Assalam'uallaikum Mbahh.." salamku dari jauh dan berjalan menuju ke mbah Salman.

"Waallaikumsalam, Ehh nak Umar dari mana?" tanya mbah Salman.

"Dari rumah mbah" Jawabku dengan berjabat tangan sama kedua orang dikanan kirinya mbah Salman.

"Silahkan mari duduk sinih mas" kata mbah Salman.

Aku langsung duduk di kursi kayu yang disediakan oleh mbah salman. Seketika itu juga perempuan muda yang mengantarku langsung pamit kembali kerumahnya. Selang beberapa menit ada sosok gadis yang pernah kulihat minggu lalu, dia keluar membawa minuman kepada kami yang berada di teras, seakan dia tahu akan kedatanganku.

"Loh mas sampean ini yang menolongku waktu dihalaman masjid itu ta ?" tanya gadis tadi.

"Iya mbak, sampean ini rani keponakan nya mbah Salman?"yang menabrak aku dan mbah Salman dihalaman masjid."

"Iya mas" Jawab wanita cantik itu.

"Iya nak Umar, ini rani yang aku ceritakan kepada sampean itu" sahut mbah Salman.

"Ohh iyaa iyaa..." Jawabku.

Setelah menikmati hidangan minuman hangat aku diajak mbah Salman kerumahnya, karena tidak enak berbicara masalahku dirumah orang lain tepanya di rumah keponakan nya. Sampai di terasnya mbah Salman, Imron dan Tono langsung menjabat tangan mbah Salman. Malam itu kami bertiga dipersilahkan masuk ke ruang tamu mbah salman, disitu kita duduk berempat diruang tamunya yang masih ditemani dengan kitab-kitab tua khas mbah salman.

"Sebenarnya ada apa mas Umar kerumah mbah lagi" tanya mbah salman penasaran.

"Aku masih bingung mbah mencari teka-teki penjelasan mbah Salman minggu kemarin" Jawabku.

"kalau mencari jawaban, aku sudah bilang tidak bisa memberi jawaban nak, karena mbah hanya memberi penjelasan saja" Jawab mbah Salman.

Setelah itu mbah Salman masuk kedalam rumahnya mengambil kendi air putih (teko terbuat dari tanah liat yang di bakar) dan empat gelas dari bambu, dan mbah Salman kembali duduk bersam kami di ruang tamunya.

"kalau mencari jawaban nak, lebih baik kamu menyendiri jika menghadapi masalah besar! contohnya saja nabi kita pada waktu beliau kebingungan atas masalah umatnya. Waktu itu kan beliau beruzlah untuk mencari jawaban atas masalah yang dihadapinya" kata mbah Salman.

"Maksudnya aku harus menyendiri di gua gitu ta mbah ?" tanyaku.

"Kira-kira begitu nak." Jawab mbah Salman

"kan nak Umar mau mencari jawaban atas masalah besar yang dihadapi?" lanjut mbah Salman.

"Lah kalo berudzdlah disini dimana mbah ?" tanyaku polos ke mbah Salman.

"Ada sebuah gua kecil nak dibukit. Tepannya di selatan desa ini, kira-kira sepuluh kilometeran lah dari desa ini" Jelas mbah Salman

"Ohh ya sudah, besok saya akan memulai mencari jawaban dengan cara petunjuk mbah salman" jawabku

Akhirnya malam itu kami bertiga bermalam dirumah mbah Salman. Malam itu Tono dan Imron tidur di kamar tamunya mbah Salman, sedang aku tidur di ruang tamu sendirian.
Keesok harinya setelah kami melakukan ritual wajib kami, kami kembali berkumpul diteras mbah Salman.

"Mbah kira-kira siapa yang tau tempat itu?" tanyaku.

"kamu nanti pasti tahu nak". Jawab singkat mbah salman

Sejenak mbah salman memberi penjelasan dan gambaran tentang tempat tujuanku tersebut. Pagi itu aku memutuskan langsung berangkat menuju tempat yang dideskripsikan oleh mbah Salman, aku di antar oleh Tono dan Imron sampai di lereng gunung. aku sendiri membawa beberapa baju dan bekal, untuk beberapa hari tinggal di gua tersebut.

"Ton lu pantau Anne, jika ada apa-apa cepat jemput aku disini?"pintaku

"Ya mas, beres. Tadi aku telp mas andi katanya masih aman kondisi mbak anne! Jawab Tono

"sip, aku berangkat dulu semoga dapat jawaban. Do'akan ya? Pamitku

"Ya mas, hati-hati." Jawab Tono dan Imron.

aku berjalan melewati jalan setapak yang disebut oleh mbah Salman sesuai ciri-cirinya, perjalanan yang kutempuh dengan jalan kaki itu memakan waktu sekitar empat jam, bukit itu terlihat jarang ditumbuhi pepohonan, tapi masih mengungkapkan identitasnya sebagai hutan, aku berjalan diatas jalan setengah berbatu yang licin.

Setelah sekian lama aku berjalan akhirnya aku sampai pada tempat yang sesuai gambaran mbah Salman, mulut gua itu kecil hanya berbentuk setengah lingkaran kira-kira berdiameter 150 cm. Setelah itu aku masuk kedalam gua dan membersihkannya, gua itu tidak panjang juga sebenarnya, panjangnya sekitar dua meteran. Seperti cekungan kecil berbatu dan cukup untuk berteduh beberapa orang, disiang itu aku membersihkan dulu tempatnya sebelum aku tinggali untuk sementara waktu. Karena dalam gua terdapat beberapa kotoran hewan dan tumbuhan yang kering.

HARI PERTAMA,
Selama sehari semalam aku hanya duduk berdiam diri didalam gua itu, tentunya aku pasrahkan jiwa raga ini kepada pemiliknya. Aku bermunajat dan beribadah sepanjang waktu dalam tempat itu disertai puasa. Saat malam hanya suara-suara hewan yang saling bersahutan memainkan lagunya dimalam hari, diiringi dinginnya malam yang menusuk kulit. Disiang hari kondisi didalam gua sedikit serasa pengap, karena gua itu sedikit lembab dan tidak ada ventilasi udara satupun kecuali mulut gua satu-satunya pintu untuk keluar.

HARI KEDUA,
Hari itu sama dengan hari pertama kondisinya. Selama sehari semalam aku juga belum mendapat jawaban apapun dari sang Pencipta.

HARI KETIGA,
Saat siang hari aku dikagetkan ada beberapa orang yang datang, mereka memakai jubah putih dan memakai ikat kepala surban putih, mereka berjumlah tiga orang berwajah cerah dan rupawan , dua orang berumur sekitar 30 tahunan, sedang yang satunya sosok ini pernah aku kenal, tapi aku lupa siapa sebenarnya mereka.

"Assalamuallaikum." Salam dari pimpinan rombongan ini disertai bau harumnya yang cepat memenuhi gua kecil ini.

"Waallaikumsalam." Jawabku, disertai tanganku menjabat tangan mereka bertiga.

Setelah itu aku mempersilahkan mereka masuk kedalam gua yang hanya untuk kita berempat, kupersilahkan mereka duduk diatas sajadah dan sarungku sebagai alasnya. aku sendiri duduk ditanah berbatu didalam gua itu, sampai tiga hari itu aku masih melakukan ritual puasa sebagai caraku berserah diri ke padaNya dan memohon jawaban atas masalah besarku.

"Ada apa kok bisa sampai disini bapak – bapak ini?" Tanya ku yang heran kepada mereka.

"Aku tahu apa yang sedang kamu hadapi Mar" Jawab pimpinan rombongan ini.

"gimana maksudnya pak?" Tanyaku heran.

"Iya kamu sedang menghadapi masalah dengan raja Leak besutan calonarang." Jawabnya.

"Iya betul, jawabku"

Setelah itu pimpinan rombongan ini mengeluarkan benda berupa benda yang tampak usang, benda itu tanpa selongsong dan pegangan tangan nya terbuat dari besi hitam pangkalnya sedikit berbengkok untuk penahan pegangan sedang ujungnya bercabang.

"Inilah sebagai jawaban atas permintaanmu selama ini, panggil saja dia sebagai "cahaya". Tancapkanlah benda itu dahulu ketanah yang suci,
karena semua makhluk hidup pasti akan mati. Tanah pasti akan kembali ke tanah, karena leak itu asalnya juga dari manusia, dan manusia itu asalnya dari tanah" Jelasnya.

"Terimakasih pak atas semuanya" Jawabku.

"Cahaya itu akan menyatu dengan dirimu nantinya, dia akan bermanfaat saat kau membutuhkannya." Katanya.

Setelah kedua tanganku menerima benda itu, benda itu perlahan-lahan warnanya memudar ditanganku.

"Bertawasullah kepadaku, semua gurumu yang lain dan kepada penghulu umat terakhir ini jika engkau merasa dalam keadaan darurat" Jelas orang ini.

" Iya" jawabku dengan setengah menundukan kepala dihadapan mereka bertiga.

"Assallamualaikum" salamnya pimpinan rombongan ini.

Setelah itu mereka berdiri berbalik badan berjalan keluar dari gua kecil ini, mereka bertiga berjalan ke arah kanan dari pintu gua. Aku yang sedikit melirik dari tubuhku yang sudah setengah menunduk, kakiku berjalan mengikuti mereka untuk mengantar sampai didepan gua.
Sesampainya aku diluar pintu gua, kepalaku menoleh kekanan tapi pemandangan yang terlihat mereka bertiga sudah tidak ada. saat itu aku bingung, padahal jalan setapak ini berbelok dan bisa dilihat dari atas bukit serta sangat jauh dari perkampungan. Seumpama laripun mereka masih terlihat tapi tapi tiba-tiba mereka sudah menghilang.

Ahh biarin saja, toh ini juga masih siang. Mana mungkin ada setan disiang hari, saat itu aku langsung kembali kedalam gua kecil membereskan semua barang-barangku seakan sudah menerima jawaban yang aku minta dari yang kuasa. Siang itu juga aku putuskan kembali kerumah mbah Salman dengan berjalan kaki.

Memang waktu pencairan jawaban itu aku tidak membawa alat komunikasi apapun karena biar tidak ada yang menggangu, serta berniat pasrah, berserah diri kedepannya secara total. Sesampainya dirumah mbah Salman waktu sudah malam, disini aku melihat Tono dan Imron sedang menunggui Rani yang sedang takut dan nangis diruang tamu mbah Salman. Sedang ibunya memeluk Rani, bapaknya dan mbah salman juga mencoba menenangkannya, aku yang berdiri didepan pintu bingung ada kejadian apa yang sebenarnya malam ini.

"Assalamu'allaikum" salamku.

"Waallaikumsalam" jawab semua orang yang ada di ruang tamu, termasuk Rani yang masih menangis tersendu-sedu.

"Loh mas Umar kok sudah pulang?" tanya mbah Salman.

"Gimana mas, sudah dapat jawaban ?" sahut Imron.

"Iya sudah" Jawabku kepada Imron dan mbah Salman.

Aku yang berdiri didepan pintu langsung mengambil tempat duduk disamping mbah Salman, rencanaku saat itu juga aku mau kembali pulang untuk menyelesaikan urusan dengan sang Leak, tapi rencana itu tidak sesuai dengan harapanku.

"Nak, coba nak Umar tolong mbah, bantu mbah menyelesaikan apa yang terjadi kepada keponakanku Rani ini," pinta mbah Salman.

"Iya mbah." Jawabku

"memang apa yang habis terjadi mbah? Tanyaku lagi.

"Rani habis dikejar pria besar berbulu, seperti waktu nak umar kemari dulu! Terang mbah salman.

Disini aku merasa tidak enak untuk menolak permintaan mbah Salman, karena dari beliau juga lah aku mendapat pencerahan dan jawaban dari masalah besarku. saat itu aku sudah mulai curiga akan dihadapkan dengan masalah Rani, karena kemarin pada waktu pertama kali datang, aku melihat sosok bayangan hitam duduk diatas rumah Rani.

Malam itu aku mengajak semua yang berada diruang tamu mbah salman menuju kerumah Rani untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dirumahnya. Kami berjalan menuju rumahnya rani dan terlihat dari jauh sosok yang sama seperti waktu aku pertama kerumah rani.

"Hawanya kok gak enak mas ya! Bulu kudukku mulai berdiri mas." Celetuk Imron yang berjalan disampingku.

"iya pron, habis hujan disini"sahut Tono dibelakangnya Imron.

Sesampainya di rumah Rani, kami langsung menuju diruang tamu. Rani langsung duduk dikursi tengah dan orang tuanya mendampinginya, Imron yang penasaran tapi takut hanya berdiri dipintu ruang tamu. Aku duduk tepat didepan Rani didampingi mbah Salman dan Tono

"Sebenarnya awal kejadiannya kenapa mbak Rani ko bisa jadi seperti ini ?" tanyaku yang memulai pembicaraan diruang tamu.

"Awalnya dulu pak setelah saya lulus SMA saya kerja disebuah pabrik, waktu itu saya masih sangat muda, saya masih ingin membahagiakan orang tua. Di umur yang belia itu saya ditembak cowok dan langsung mau melamarku pak, tapi aku saat itu aku masih muda pak dan aku masih ingin bersenang-senang dahulu. Saat itu secara spontan saya menolak secara kasar dan memaki-maki dia dengan kata-kata yang tidak pantas didepan umum" cerita singkat Rani

"Ohh jadi begitu" sahutku.

"Setelah itu pak ini dimulai saya umur dua puluh dua, saya mulai pacaran sekitar tiga bulan dan mau menikah di bulan keempat. Karena waktu itu saya pikir sudah saatnya untuk menikah dan keinginan orang tua yang ingin memiliki cucu, tapi waktu itu tidak ada hujan tidak ada angina tiba-tiba acara pertunangan saya dibatalkan secara sepihak sama pacar saya dan keluarganya. Kejadian semacam ini sampai saya sekarang umur 39 tahun sudah sering terjadi kepadaku pak, aku sendiri sudah tidak bisa menghitung lagi berapa kali orang yang mau menikahi aku selalu gagal dan gagal" cerita Rani.

'Huuuu....huuuuu...huuuuu'

Saat itu Rani mulai sedih, dia menangis dibahu ibunya.

"Sudah mbak cukup-cukup"sahutku.

"kami sudah membawa ke orang pintar, kiai, termasuk ke mas salman ini tidak membuahkan hasil." Sahut bapaknya Rani.

"Oh jadi begitu ya pak, kebetulan saya masih bujang, saya yakin insyallah bisa menjadi imam mbak Rani."sahut Tono yang kepedean.

"Hee Ton, orang sedih malah bilang gitu!!!emangnya elu mau nikah sama genderuwo nya?" timpalku. gak sopan kamu Ton" ucapku lirih

"Maaf mas, maaf semuanya ...saya lancang!!!. Saya hanya berniat ingin membantu saja kok " Jawab Tono.

HANTU 1 TRILIUN [BASED ON TRUE STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang