22. EEN DONKERE NACHT (MALAM YANG KELAM)

281 15 1
                                    

Saat kami memasuki komplek perumahan mewah, aku memandangi rumah-rumah bergaya eropa dan modern dikanan kiri jalan. Rumah yang tak mungkin kumiliki saat itu, hanya angan dan lamunan sebagai manusia normal ingin hidup kaya dan sejahtera.

"Mana rumahnya Anne Ton ?" tanyaku.

"Itu mas, disebelahnya pertigaan, rumah berwarna cream." Jelas Tono, sambil menunjuk kerumah yang bergaya eropa.

setelah sampai dipertigaan dirumah Anne mobil secara tiba - tiba dihentikan Tono, kami melihat kabut hitam muncul sekitar satu meter dari tanah. Tono memarkirkan mobilnya didepan rumah tetangga anne yang agak jauh berjarak sekitar lima puluh meter dari rumah Anne, karena melihat kabut hitam itu yang mulai mengelilingi rumah anne.

"Ton, berhenti disini saja, sekalian parkir disini" kataku.

"Iya mas""jawab Tono

TAP...TAP...TAP...TAP......[lampu mulai dari pintu masuk sampai seluruh perumahan itu padam secara berurutan]

DUAAARRRRRRR...........NGUNGGGGGGGGG [suara ledakan keras dirumah ane dan terlihat cahaya merah terpancar dari atap rumahnya]

"Mas, itu kabut hitamnya dan prajurit-prajurit yang pernah aku lihat didepan rumah mas umar dulu" sahut Imron, yang masih dikursi tengah mobil disertai tangannya menunjuk ke kabut hitam itu.

"Tenang Pron, santai saja" kataku menenangkan Imron.

"Kalau gini terus, aku nggak mau kayak dirumah sakit kemarin mas, mending aku lari. aku paling takut sama suasana yang begini. lagian anakku juga masih kecil-kecil mas aku juga ingin hidup mas," Jawab Imron.

"Ealah Pron jadi laki-laki kok cemen" sahut Tono.

"Biarin" jawab Imron.

"Ya sudah lu sembunyi dimobilku saja, tapi awas jangan kencing didalam mobil!!! Perintah tono cepat

Aku memandang ke langit ,malam itu memang malam bulan purnama yang sempurna. Saat bulan itu memancarkan seluruh cahayanya ke bumi suasana perumahan Anne tetap terlihat meski remang-remang. Setelah itu aku turun dari mobil sejuta umatnya Tono, mataku mengamati dari samping mobilnya Tono. Pemandangan kabut hitam meliuk-liuk pekat itu semakin menyebar merambat perlahan di area rumah Anne, dan bau amis darah mengikuti kabut berjalan. Prajurit-prajurit dari jaman dahulu mulai bermunculan perlahan merambat mengikuti kabutnya ke seluruh area perumahan.

Seluruh prajurit itu terlihat sudah telanjang bulat, mereka memainkan tarian khasnya. Dengan menghentakkan salah satu kakinya secara bergantian, sedang kedua tangannya serentak diangkat diatas kepala mereka dengan melambai lambai memainkan jarinya. Tarian itu persis yang diceritakan mbah salman waktu dirumahnya. Hanya kabut hitam berkelok kelok setinggi setengah meter yang menutupi pusar sampai betisnya.

Ditengah kerumunan tarian itu ada dua orang bertubuh sedang membawa senjatanya, dan itulah panglimanya sang raja leak waktu muncul dirumahku dulu.

Bibir kedua panglima itu terlihat bercak darah yang menetes disisi kanan kirinya, perkiraanku para panglima itu selesai minum acara perjamuan darahnya. Mereka menjabat sebagai panglima komando dalam acara ritual itu, bahkan semua prajurit-prajurit itu juga sama ada bercak darah yang sudah mengering dikanan kiri bibirnya. Mereka berdiri melingkar rapi, untuk memulai acara ini.

"Ton, ayo ikut aku sekarang..!!" dengan tanganku melambai ke arah Tono yang sudah selesai memarkir mobilnya.

"Iya mas" jawab Tono, diikuti dengan jalan menuju kearah ku.

"Mas itu kan pasukan yang waktu itu dirumah sampean kan, terus leak nya nanti muncul juga mas ?" tanya Tono.

"Kelihatannya begitu Ton" jawabku.

"Waduh, bisa mati mas kalo aku lihat leak itu lagi"kata Tono

"Ahh elu Ton, gitu tadi ngatain Imron cemen, sekarang lu sendiri juga ngga berani" jawabku.

"Bukan begitu mas, kan aku juga mau melamar si Rani, masak belum merasakan surga dunia udah mati" jawab polos Tono.

"Halahh Ton, kalau udah waktunya mati ya mati Ton" Jawabku ketus.

Aku Bersama Tono berjalan pelan-pelan mengendap-endap dan mengucapkan do'a agar kami tak terlihat oleh mereka, dan berharap juga pasukan ghaib itu dan para jendralnya tidak mengetahui akan kedatangan kami.

BRRUUAAKKK.....!!!!! ( Suara pintu yang dibanting keras dari rumah Anne).

Terlihat sosok laki-laki tinggi besar berambut cepak yang berlari keluar dari rumah Anne, seketika dia sampai teras, pria itu langsung ditangkap oleh prajurit yang mulai mewujudkan bentuknya kedalam dunia nyata.

TOLOONNNG.....!!! TOLOONNNG.....!!!! TOLOONNNG.....!!!!!!!!

Teriak pria berambut cepak itu yang ketakutan dan kaget atas perlakuan prajurit yang tak diundang itu. Dia meronta-ronta ingin lepas dari pegangan kuat para dua prajurit leak. Terlihat beberapa mayat manusia yang sudah ditumpuk ditengah lingkaran mereka, mayat – mayat itu belum dimakan para prajurit sang raja leak, seakan pria berambut cepak itu akan dijadikan mayat terakhir diacara ritual perjamuan itu. Mereka mulai melepaskan baju pria itu bersamaan dengan menyeret pria berambut cepak itu untuk acara ritual pemujaan mereka. Salah satu prajurit yang menunggu di dekat tumpukan mayat sudah bersiap dengan pedangnya akan memotong leher pria berambut cepak itu.

TOOOOLLOOONG !!!! jangan bunuh aku.....[teriak dan tangis histeris pria berambut cepak]

Kami berlari menembus kabut yang hitam pekat itu dan mencoba membenturkan tubuhku dengan badan pria berambut cepak yang tengah meminta tolong dan ketakutan. Malam itu aku sudah nekat dan tidak menghiraukan apa yang terjadi pada diriku nanti.

"BRUUKKK..,"

Kami berdua dan pria berambut cepak jatuh tersungkur dilantai marmer berwarna kuning tua, badanku saat itu separuh menindih pria itu, dengan cepat aku berganti posisi untuk berdiri. Sedang tono sudah berdiri dibelakangku.

"Ton bantuin bapaknya ini, cepat cari pertolongan" perintahku.

"Siap mas" jawab Tono.

Disini Tono yang kondisinya dari awal sudah tidak percaya diri dan mulai takut. Saat menolong pria berambut cepak dia panik dan bingung. Dia memegangi tangan pria ini dan hanya kepalanya yang menoleh kekanan dan kekiri, pada dasarnya Tono ini sebenarnya orang yang konyol...,pria berambut cepak itu diajak lari dan diseret tangannya untuk masuk kedalam rumah Anne.

"Ton, kamu mau kemana? gila kamu!!!" Tanyaku sambil berlari menuju anak tangga lantai dua, aku kelantai dua karena melihat cahaya merah yang terlihat dari bawah.

"Cari tempat sembunyi mas" Sambil berlari menuju kebelakang ruang dapur rumah Anne.

Semua prajurit yang telah melepaskan pria berambut cepak tampak kaget, secara spontan mereka mengejar Tono dan pria berambut cepak itu. dari atas anak tangga lantai dua terlihat Andi jatuh dari tangga, saat itu juga aku berlari naik untuk menolong nya.

"Ayo mas, mas ngga apa-apa kan?" tanyaku cepat kepada Andi.

"iya mas," Jawab andi yang sudah lemas

Disaat panik aku langsung membopong Andi kelantai dua rumah Anne, karena dilantai satu banyak pasukan ghaib yang mengancam. Disaat aku masih berdiri belum menurunkan Andi dari gendonganku, aku melihat satu orang bodyguardnya yang pernah kerumah ku sudah pingsan didepan pintu kamar yang terbuka, melihat pemandangan itu dengan cepat turunkan Andi disofa lantai dua. Aku segera berjalan kedepan kamar yang terbuka mencoba mencari tau apa yang terjadi saat itu.

HANTU 1 TRILIUN [BASED ON TRUE STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang