Rasa heran menyambut So Eun ketika dirinya baru membuka mata karena seingatnya ia sedang membaca buku lalu istirahat sejenak dengan meletakkan buku itu diwajahnya. Tapi, tak ada buku diwajahnya bahkan tubuhnya pun kini terbalut selimut. Tapi tak lama keheranannya terjawab ketika menoleh ke samping kanan dan mendapati Myung Soo di sana, tampak damai dalam tidurnya. Namun keheranan lain menyergapnya terkait kehadiran Myung Soo, kenapa pria itu sampai bermalam di sini bahkan tidur di sampingnya.
So Eun menyibak rambut yang menutupi dahi Myung Soo lalu ditatapnya lekat-lekat pria yang disebut sebagai antagonis menyedihkan itu. Julukan antagonis sebenarnya diberikan oleh Joo Chan karena Myung Soo merupakan sosok yang dingin, arogan, galak, kasar dan empatinya sangat minim. So Eun tak menampik penilaian pria yang merupakan adik sepupunya itu karena begitulah adanya Myung Soo bahkan mungkin hampir semua musisi serta staf manajemen Pine Orchestra menilai Myung Soo demikian. Tapi, So Eun menambahkan kata menyedihkan karena itulah yang dilihatnya ketika Myung Soo meracau tentang keluarganya.
Suara bel memaksa So Eun menyibak selimut hangatnya untuk kemudian turun dari tempat tidur dan menyeret langkah membukakan pintu.
"Pagi, Noona." tamu yang ternyata Joo Chan menyapa So Eun dengan riang.
So Eun tertawa kecil. "Masuklah."
"Aku disuruh mampir untuk mengantarkan sarapan."
"Simpan saja dimeja, aku mau cuci muka dulu."
Tapi Joo Chan tak sekedar menyimpan, ia langsung menyiapkan makanan untuk kakak sepupunya itu.
Tak lama So Eun bergabung di meja makan. "Katakan pada Imo tak perlu repot mengirimkan makanan untukku."
"Tidak setiap hari juga. Aku menceritakan kejadian kemarin, Eomma cemas kau terpuruk lagi. Bagaimana jika kembali tinggal bersama kami seperti saat baru keluar dari rumah sakit?"
"Aku tak apa-apa sekarang, sudah cukup aku merepotkan kalian."
"Repot apanya, kita ini kan keluarga. Ah, aku lupa menyiapkan gelas.
"Biar aku saja."
"Sudah, Noona duduk saja." Joo Chan cepat-cepat ke dapur dan sekembalinya dari sana, ia menganga karena melihat Myung Soo yang keluar dari kamar So Eun.
"Kenapa memandangiku seperti itu, huh? Ada yang aneh?"
Joo Chan tak menjawab pertanyaan Myung Soo, ia segera kembali ke meja makan, menyimpan gelas dengan keras hingga mengejutkan So Eun. "Noona masih berhubungan dengan si antagonis berengsek itu?"
"Panggilan macam apa itu?" Myung Soo sudah ada di belakang Joo Chan, menjewer telinga lelaki yang berposisi sebagai obois di Pine Orchestra itu.
"Aaa..." Joo Chan mengusap telinganya. "Apa namanya kalau bukan antagonis? Mau kukatakan Psycho saja? Galak dan kasar sekali."
"Bicara informal, padahal kau lebih muda dariku dan kau juga mengataiku, haruskah aku diam? Kupecat baru tahu rasa."
"Jangan menyebut soal pekerjaan. Aku tadi bicara sebagai adik dari So Eun Noona."
"Kau terlalu berani pada tunangan kakakmu."
"Tunangan apa? Kau menyematkan cincin pertunangan saat kakakku sedang koma."
Joo Chan menyambung kalimatnya, kali ini ditujukan pada So Eun. "Noona, untuk apa masih bersama orang yang bahkan sama sekali tidak mendukungmu untuk kembali ke Pine Orchestra."
"Bicara seolah bukan bagian dari orkestra. Dipikirnya Pine Orchestra itu penampungan? Kalau dibawah standar jelas saja tak bisa bergabung walau sebelumnya merupakan musisi andalan." Myung Soo menimpali sambil beranjak menuju kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Myung&Sso Short-chapters Stories
Fanfiction1. A Story in Autumn 2. It Started With a Scandal 3. First Love's Charm 4. Interlude 5. Shattered, Not Broken