Twenty Third Sound

1.1K 163 20
                                    


Long time no see. Enjoy ~

(Voice)

Jimin mengeraskan rahangnya, fokus pada game yang ia mainkan dari ponsel ayahnya. Begitu pula dengan Jungkook yang juga sedang berkompetisi dengan Jimin.

"Aku akan mengalahkanmu! Lihat saja!" ujar Jimin dengan mata yang tidak lepas dari layar ponsel.

"Tidak usah banyak bicara, Jimin!"

Hoseok hanya mengembuskan napas pasrah. Menunggui anaknya yang mengambil alih ponsel setelah ditantang oleh Jungkook untuk memainkan game ponsel yang sedang tren.

"Jimin-ah ... Kau sudah bermain selama dua jam. Sepertinya banyak notifikasi yang masuk, Nak. Biar Ayah lihat dulu."

"Tidak! Sebentar, Ayah. Aku harus mengalahkan si kakak satu ini." Ujar Jimin tanpa menoleh.

Hoseok hanya bisa menggeleng pelan mendapatkan respon seperti itu dari anaknya. Ia membayangkan sudah berapa banyak panggilan tak terjawab dari Seokjin. Ia juga sudah membayangkan omelan apa yang akan Seokjin lontarkan saat mereka pulang.

###

Namjoon menyodorkan segelas kopi kepada Seokjin yang duduk di hadapannya dengan dokumen-dokumen yang ada.

"Kau bisa mencari bukti yang lain, Namjoon?"

"Bisa saja. Tapi, kasusnya sudah ditutup bahkan baru setahun setelah kejadian itu. Seperti ada yang membayar jaksa atau bagian hukum lainnya untuk tidak melanjutkan penyelidikan. Jika sudah ditutup begitu, sulit bagi kita untuk mengorek informasi."

"Setidaknya kita bisa mengusahakannya. Iya kan?"

Namjoon menghela napas panjang. Tidak mengiyakan, juga tidak tega untuk mengatakan tidak.

"Seokjin, aku tahu kau tidak terlibat dalam kasus itu. Maafkan aku yang sempat mengira bahwa kau adalah salah satu yang harus diwaspadai karena memiliki hubungan dengan pemilik rencana jahat untuk menghancurkan keluarga Han. Tapi, tidakkah menurutmu pencarian ini akan sia-sia? Tuan Lee itu adalah kakekmu. Dia bisa melakukan apa saja untuk menghancurkan apapun yang menurutnya membahayakan. Jika kita terus melakukan ini ..."

"Maka kita yang harus mencegahnya untuk menghancurkan apapun yang tidak pantas dia hancurkan."

Namjoon terdiam. Seokjin keras kepala. Jika sudah bertekad, takkan ada yang bisa menghentikannya.

"Aku tidak ingin kehidupan Jimin kembali dihadapkan pada kehilangan atau bahkan..." Seokjin memandang Namjoon dengan tatapan sendu. "... hidupnya yang hilang. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi, Namjoon."

Namjoon tidak bisa berkomentar banyak jika Seokjin sudah menyebut Jimin dalam setiap argumen. Seokjin tidak akan membiarkan siapapun menyentuh atau menyakiti Jimin.

Namjoon kembali duduk di depan komputernya. Memandangi kaca yang sudah penuh dengan coretan spidol dan tempelan foto, serta sticky note. Lalu, ia kembali mengarahkan kepalanya pada layar computer. "Jadi, kau ingin aku mencari tentang apa?"

###

"Kak Seokjin!!" Jimin berteriak saat sudah memasuki rumah. "Kakak!" Jimin berlari kecil, mencari kakaknya di seluruh ruangan. Hoseok mengikuti dengan langkah santai.

Seokjin berjalan keluar dari kamarnya. Mengernyit heran melihat sang adik yang merengut saat mendekatinya.

Jimin menggembungkan pipinya. Matanya menatap Seokjin dengan tajam. "Kenapa aku tidak diperbolehkan memegang ponsel?" tanyanya, menghentak kesal. Seokjin mengangkat alis, memandang pada Hoseok dengan bingung.

VOICE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang