Lean On

666 115 12
                                    


Suzy berjalan bersama Myungsoo dijalan setapak yang menanjak menuju panti asuhan itu sambil sesekali merapatkan selimutnya karena semakin hari udara semakin dingin. Myungsoo menganggukkan kepalanya pada eommeonim yang sedang menyapu dihalaman diikuti Suzy dibelakangnya.

"Oh, hari ini kau tak sendirian. Myungsoo-ssi juga bangun pagi?. Kalian sudah berkenalan?." Tanya eommeonim tampak terkejut karena Suzy biasanya kembali saat pagi buta sendirian, berbeda dengan hari ini.

"Hakyeo hoobae." Ucap Suzy yang bersamaan dengan Myungsoo yang mengatakan bahwa mereka bekerja di tempat yang sama.

------------.

"Jadi kalian satu universitas dan sekarang satu tempat pekerjaan." Ucap Eommeonim berbicara pada Myungsoo sambil menerima mangkuk yang di sodorkan Suzy kepadanya.

"Nde, ceritanya sangat menarik wonjangnim." Balas Myungsoo meraih mangkuknya dari Suzy yang ikut duduk didepannya.

"Berarti ini takdir." Ucap Eommeonim santai yang membuat Suzy menghentikan gerak sumpitnya.

"Hanya kebetulan eommeonim, kebetulan." Ucap Suzy menekankan kalimatnya.

"Sudahlah. Ah, maaf karena kemarin aku tak menyambutmu. Kemarin aku harus pergi karena ada urusan yang mendesak dan saat aku kembali Son ahjumma mengatakan bahwa kau sudah tidur. Dan terima kasih untuk sumbangan selimut dan tissue nya." Ucap Eommeonim panjang lebar.

"Nde, tidak perlu sungkan. Keluarga kami akan selalu menjadi donatur teratur disini." Balas Myungsoo tersenyum dengan lebar.

"Ah, kau pasti pernah bertemu dengan orang tua Myungsoo, keluarganya donatur disini sudah lama sekali." Ucap Eommenim pada Suzy yang tak peduli dengan pembicaraan mereka itu.

"Aku tidak tertarik dengan itu eommeonim." Tegas Suzy ucap Suzy memasukkan telur dadar ke mulutnya.

"Ouh, wanita ini." Desisnya melirik Suzy yang membuat Myungsoo tersenyum kecil itu.

-------.

Myungsoo bermain bola dengan anak-anak di lapangan yang basah itu. Sesekali ia tertawa dan terjungkal ke tanah yang berlumpur itu. Membuatnya merasa bahagia dengan kebahagiaan kecil itu. Namun lagi-lagi matanya menangkap sosok Suzy yang duduk di bangku halaman sambil merangkul lututnya. Menatap kekejauhan dengan tatapan kosongnya.

"Memasang wajah butuh pertolongan, tapi ekspresinya seakan mengatakan, orang lain merasakan hal yang sama dan mereka menahannya. Kenapa aku tak bisa. Sungguh bodoh." Gumam Myungsoo berhenti sejenak dan menatap Suzy yang sepertinya tak memikirkan apapun itu.

Ia tersentak ketika Suzy tiba-tiba menoleh kearahnya dan membuka mulutnya seakan bertanya ada apa. Sementara Myungsoo hanya tertawa bodoh kearahnya. Suzy tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya pelan dan beranjak dari tempatnya. Meninggalkan Myungsoo yang perlahan kehilangan senyumnya.

-------.

Suzy berjalan menuruni jalan tanah menurun itu sambil sesekali menggumamkan lagu yang selalu ia nyanyikan itu. Ia juga beberapa kali melompati genangan air hujan seperti ia kembali ke masa kecilnya di kampung halamannya itu. Ia tersenyum lebar ketika melihat pohon bunga camelia yang mulai berbunga yang dipenuhi pita itu kemudian berjalan mendekatinya.

"Aku juga datang hari ini." Ucap Suzy dengan senyum lebarnya kemudian duduk dibawah pohon besar dekatnya. Ia tersenyum kecil kemudian menaruh kaleng cola disampingnya. Seperti menyuruh seseorang yang tak ada disana itu untuk meminumnya.

"Disini indah sekali kan. Kau bisa melihat laut dengan jelas dari sini. Meskipun kau sendirian disini, tak masalah. Karena laut akan menyimpan semua rahasia kita." Ucap Suzy menyandarkan kepalanya dilututnya.

Slow Moving HourglassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang