Without Wings - 23

439 52 6
                                    

Dalam heningnya malam. Dia disana, duduk dengan tatapan nanar entah kemana lagi. Semuanya menjadi kelabu. Tak pernah dipikirkannya bahwa takdir akan mempermainkannya.

Seharusnya pertemuan mereka kali ini berakhir happy ending. Bahkan ia telah mengorbankan segalanya. Seharusnya seperti itu.

Ia telah membalaskan segala rasa sakit itu. Memberi pelajaran pada rasa sakit itu. Lalu kemana kebahagiaan yang sudah ditunggunya itu?

Hilang sudah. Tak berbekas.

.

.

.

Katakan padanya. Katakan padanya apa yang telah di lewatkannya. Katakan padanya apa yang tidak ia ketahui itu.

Manik jati itu sudah tak ingin menangisi keadaannya lagi. Sudah cukup. Ia ingin sekali saja kebohongan datang menjemputnya. Karena semuanya terlalu menyakitkan untuk dilewatinya.

Dia tak pernah tidur di malam hari. Begitupun saat pagi menjelang. Saat matahari di atas kepala maupun saat sang surya itu kembali terbenam.

Mimpi buruk itu masih saja menghantuinya. Kenyataan bahwa sang kekasih tak juga terbangun dari tidurnya.

"Bohong."

"Mikha bilang kita akan selalu bersama-sama. Lalu ini apa?"

.

.

.

Malam pergantian musim datang. Sepucuk surat di selipkannya kepada Tuhan. Mengharapkan adanya keajaiban baru di pergantian musim.

"Apa Mikha percaya pada kekuatan cinta? Ah- konyol bukan. Tapi ini sungguh..."

"... berjanjilah bahwa Mikha akan kembali."

"Janji bahwa Mikha akan membuka mata dan mengatakan bahwa kita akan bersama-sama lagi."

"Janji bahwa semuanya akan kembali seperti yang diinginkan Mikha."

"Daniel sayang Mikha."

Bisikan itu semakin mengecil di setiap kalimat yang terlontar.

"Mama juga disini, menunggu Mikha buat kembali lagi,"

Kecupan di penghujung pergantian musim. Memanjatkan doa serta permohonan pada si mungil Angello.

"Kembalilah..."



*****









With love,
Khey NocQend

[1] Without WINGS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang