Without Wings - 16

548 58 8
                                    

Si mungil itu baru saja menyusuri trotoar menuju gubuk kecilnya. Mikha selalu menamai rumahnya dengan sebutan–gubuk kecil– pikirnya karena hanya ia seorang yang tinggal di sana.

Surai si Angello muda itu telah kembali menjadi pirang. Netranya yang kelam kembali menjadi sebiru samudra. Pemuda itu melangkah menikmati sorenya.

Jalanan itu hanya di penuhi dengan pohon-pohon tinggi dengan warna daun yang terlihat menarik. Si manik shappire itu begitu terbius dengan suasana sore itu tanpa menyadari bahwa seseorang telah menunggunya di ujung jalan sana.

Ketika manik itu bergulir ke depan barulah ia sadar bahwa pemuda yang selalu di hindarinya itu berdiri di sana. Senyum pemuda itu tak pernah berubah setelah perpisahan mereka.

Si mungil Angello itu kehilangan arahnya. Terlalu terkejut menemui satu-satunya orang yang masih membekas dalam hatinya. Senyuman pemuda itu hanya mengantarkannya pada perasaan yang sudah dikuburnya. Bukan, tapi sedang berusaha di kuburnya.

Kenyataan bahwa afeksi pemuda itu masih ada pada Mikhaela Angello membuatnya kalut.

.

.

.

Langkah pemuda itu membawa mereka pada jarak yang tak terlalu jauh. Sekitar 1 meter tatapan keduanya tak terelakkan.

"Hai,"

Sapaan itu membuat letupan mendebarkan pada jantung Mikhaela. Pikirannya tak fokus. Hanya dengan senyuman dan sapaan singkat itu dapat menjungkir balikkan perasaannya.

Belum sempat pemuda itu membuka suaranya manik shappire itu telah mengeluarkan liquid beningnya membuat sang pemuda yang sedari tadi menahan gejolak untuk mendekati malaikat kecil itu terkejut.

"Mikha, kamu–"

"Jangan mendekat!"

Segalanya tertahan disitu. Perasaan itu tiba-tiba membuat yang lebih kecil mengharu biru.

"Kenapa Niel kembali lagi? Apa Niel–"

"Sudah Niel bilang kalau semua itu gak sesuai pikiran, Mikha. Niel bisa jelasin semuanya dari awal."

Suara itu hanya menelan sisa perkataan Mikha yang belum selesai. Pemuda itu terlihat telah menahan sedari tadi.

"Kumohon. Sekali saja..."

"Sekali aja dengarin penjelasan Niel, ya."

Keduanya terdiam. Tak ada lagi yang membuka suara. Senja itu hampir tenggelam. Dalam keheningan itu keduanya berusaha menahan diri. Berusaha menurunkan ego masing-masing.

"Baiklah."

Seruan si Angello muda itu hanya membuat pemuda tinggi itu berangsur lega. Bahunya yang terlihat tegang tadi telah mengendur.

Langkahnya mendekati si mungil bermanik shappire itu. Menggenggam jemari mungil itu dan membawanya ke tempat yang seharusnya.

Tempat dimana mereka akan menyelesaikan permasalahan mereka.

*****







With love,
Khey NocQend

[1] Without WINGS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang