13 - Jungkook's Story (Part 1)

4.5K 353 1
                                    

Flashback

Jungkook Pov

Sore ini aku meninggalkan Lisa sendiri di apartemen, karena ada beberapa pekerjaan yang harus aku kerjakan. Baru perpisah beberapa jam saja aku sudah sangat merindukannya. Tanpa disadari aku tersenyum lebar, mungkin jika orang lain lihat mereka akan berfikir jika aku sudah gila. Aku rasa aku memang sudah gila, karena Lisa. Aku memarkirkan mobilku di parkiran basemen apartemen, ketika aku menarik rem tangan aku melihat mobil yang tak asing untuk ku, mobil Chaeng. Aku melihat ke arah pintu masuk lift, benar saja, Chaeng ada disini. Ini tidak bisa dibiarkan, Chaeng dan Lisa tidak boleh bertemu. Setidaknya untuk saat ini.

Akhirnya aku menekan nomor Chaeng di handphone ku. "Chaeng kau dimana?" Aku langsung saja ke intinya.

"Aku sedang di depan unit apartemenmu Kook, kita harus bicara." Jawab Chaeng.

"Aku sedang dalam perjalanan menuju rumah. Cepatlah kembali." Aku berbohong kepada Chaeng. Agar dia cepat pergidari sini.

" Baiklah." Chaeng menutup telpon nya.

Aku menunggu di luar gedung apartemen dan memastikan Chaeng telah pergi dari sini. Lalu aku menyusulnya ke rumah.

Nampaknya Chaeng lebih dulu tiba di rumah. "Kau sudah datang." Katanya. "Hemm..." Jawabku singkat.

"Apa kau sudah makan? Mari kita makan malam bersama." Kata Chaeng.

"Kapan kau pulang dari Australia?" Tanyaku. Orang tua Chaeng pindah ke Australia tiga tahun yang lalu, dan menetap hingga saat ini.

"Well, dari hari Jumat kemarin. Tapi suamiku tidak di rumah." Chaeng tersenyum tipis.

"Kau tahu kondisi kita Chaeng. jadi apa yang ingin kau bicarakan?"

"Bisakah kita selesaikan dulu makan malamnya Kook?" Jawab Chaeng kesal.

Setelah makan malam, kami melanjutkan pembicaraan yang belum selesai tadi.

"Sekarang bicaralah Chaeng, aku tidak ingin berlama-lama disini." Kataku.

"Kenapa Kook, apa karena ada seseorang yang menunggumu?"

Aku sedikit terkejut dengan pertanyaan Chaeng ini. Apakah tadi dia sempat bertemu Lisa? "Apa maksudmu Chaeng?"

"Sudahlah Kook, walaupun beberapa bulan terakhir aku menetap di Australia, aku tahu semuanya." Jawab Chaeng, ekspresi wajahnya tidak dapat diartikan. Oh jadi ada mata-mata disini?

"Aku yakin bukan ini yang ingin kau bicarakan. Katakanlah." Aku bertanya kembali.

"Aku ingin kau membatalkan perceraian kita Kook."

"Apa yang kau katakan Chaeng? Kita sudah membicarakan ini sejak enam bulan yang lalu. Lagipula bukankah ini adalah idemu?" Aku sedikit membentak Chaeng.

"Aku, aku belum siap Kook. Lagi pula ini bukan murni keinginanku. Kau yang memulainya. Kau, kau tidak pernah menyentuhku selama setahun terakhir. Tidak bisakah kau memaafkan aku? Kita mulai semuanya dari awal hemm?" Chaeng mulai meneteskan air matanya.

Bagaimana bisa aku memaafkanmu Chaeng. Aku dan Chaeng menikah sekitar tiga tahun yang lalu. Bukan karena cinta tapi kami dijodohkan. Tepatnya, karena sebuah perjanjian dan kesepakatan, aku terpaksa menikahinya. tujuh tahun yang lalu ayahku berhutang kepada orang tua Chaenyong untuk menghidupkan kembali bisnisnya yang hampir bangkrut, dengan perjanjian tidak hanya melunasi uang pinjamannya tetapi juga harus menikahkan aku dan putrinya. Di tengah desakan keadaan, ayahku menyetujuinya. Saat itu aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku masih kuliah. Dua tahun setelahnya aku mulai menggantikan posisi ayah di perusahaan, aku berhasil memajukan perusahaan ini sedikit demi sedikit. Satu tahun kemudian aku bisa membayar hutang ayah. Tapi janji tetaplah janji, aku tidak bisa menolak. Walaupun sebenarnya pada saat itu ada seorang gadis yang sedang ingin aku dekati sejak lama...

"Kenapa kau diam Kook? Apakah sangat sulit untuk memaafkanku?" Chaeng menyadarkanku dari lamunan.

"Jika kau menjadi diriku, apakah kau bisa dengan mudah memaafkan aku Chaeng?"

Meskipun aku menikahinya karena sebuah perjanjian dan kesepakatan, sejak awal aku sudah berjanji akan memperlakukannya layaknya seorang istri. Kami hidup normal layaknya suami-istri pada umumnya. Dua tahun sejak kami menikah kami belum juga dikaruniai keturunan. Hingga penyebar gossip di perusahaan bahwa aku seorang lelaki yang mandul. Banyak orang meremehkan 'keperkasaan' seorang Jeon Jungkook. Pun begitu aku tidak mau ambil pusing. Biarlah mereka berkata apa...

Suatu hari aku menemukan Chaeng sedang meminum pill. Ternyata itu adalah pill pencegah kehamilan. Jadi selama ini Chaeng tidak meminginkan seorang anak. Dia beralasan masih ingin bebas, belum siap mengurus anak. Setelah kejadian itu aku tak pernah lagi menyentuhnya. Dua bulan kemudian, dia terjatuh saat di kamar mandi. Dia, berlumuran darah, dengan panik aku membawanya ke rumah sakit. Beberapa jam kemudian aku diberitahu bahwa Chaeng mengalami keguguran. Bagaimana bisa, Chaeng merahasiakan ini dariku? Dan dia tidak menjaga buah hati kami? Karena selama ini dia masih aktif pergike club bersama teman-temannya. Padahal dari catatan dokter, dia berkonsultasi ke dokter kandungan satu buln yang lalu. Artinya, dia memang mengetahui perihal kehamilannya ini.

"Kita akan tetap bercerai Chaeng, tolong jangan tahan aku." Sebenarnya selain dua kejadian ini, masih ada hal besar yang membuatku tidak bisa kembali dengan Chaeng. Hal besar yang baru aku ketahui dua bulan yang lalu.

Aku bangun dari tempat duduk hendak pergi, pulang ke apartemen ku. Tapi Chaeng menahanku.

"Tidurlah disini Kook, hujannya deras sekali. Jalanannya pasti sangat licin."

Walau tinggal di rumah yang sama, selama satu tahun terakhir kami tidur di kamar terpisah. Sesekali aku menginap di apartemen yang ku beli jauh sebelum kami menikah. Terlebih setelah aku bersama Lisa, aku lebih sering menghabiskan waktuku di apartemen bersamanya. Sebagai seorang lelaki normal aku tidak bisa menahan kebutuhan biologisku. Tidak tidak, tentu saja itu bukan alasanku bersama Lisa.

Handsome Rich & His Manager ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang