Enam - Cinta Tak Sedarah

2.2K 203 25
                                    

Tidak ada pilihan lain untuk mengalihkan rasa sesaknya selain bekerja. Daffa memutuskan untuk mengedit video, namun ternyata videonya sudah selesai dan bahkan sudah tayang kemarin sore. Berarti, kali ini, Daffa harus membuat video baru lagi. Ia membuka aplikasi Instagram serta YouTube untuk membaca pesan-pesan yang masuk, komentar-komentar para netizen tersayang, serta masukan-masukan dari mereka untuk video selanjutnya. Sambil menyentuh touchpad membaca komentar, ia juga sembari mencari pembahasan apa yang akan ia angkat untuk videonya nanti.

Baru saja Daffa menyentuh touchpad laptopnya beberapa kali, ponselnya itu berdering menandakan panggilan masuk. Lebih tepatnya video call. Dari sahabatnya, Zidan.

"WEH, GILEEEE!!! Pengantin baru niiih..." goda Zidan begitu Daffa menjawab video callnya.

Daffa berdecak, kebiasaan Zidan ketika berkomunikasi selalu langsung ke inti, tanpa ada kata salam terlebih dulu. "Ente kalau mau ngomong hal pertama yang harus dilakuin tuh salam dulu, baru ngegoda ane,"

"Iya iya Papa muda. Assalamua'alaikum..." kata Zidan pada akhirnya.

"Wa'alaikumsalam... Dih, apaan manggil Papa muda segala? Jijik, Zid, jijik," cela Daffa sembari terkekeh. Mungkin panggilan itu akan terdengar biasa saja jika orang lain yang mengucapkannya, tapi jika Zidan yang mengucapkannya maka terdengarnya itu tidak enak.

"Ente kan emang Papa muda, Fa. Ente udah punya anak ini. Kalau ane bilang ente Papa muda terus ente belum punya anak, itu baru salah. Ini kan ane ngomong bener, Fa."

"Kita itu seumuran, Zid. Ente juga udah punya anak, udah 2, lagi,"

"Enak aja 2. Ya mau jalan 3 lah," elak Zidan. "Iya kan, yang?" tanyanya pada perempuan di luar layar. Terdengar jawaban 'apa?' dari perempuan itu meski tidak masuk layar ponsel. Perempuan itu ya pasti istri Zidan.

"Oh ya? Istri ente lagi ngisi lagi?"

"Eh, oh, Daffa?" Istri Zidan muncul di layar ponsel Daffa, ikut nimbrung acara ngobrol mereka. "Enggak, Fa. Nggak usah di dengerin Zidan tuh, ngaco. Pengennya aja punya anak lagi, punya 2 anak aja jarang banget ngurusnya dia mah,"

Daffa terkekeh saat mendengar curhatan dari istrinya Zidan itu.

"Jangan buka aib gitu dong yang, di depan Daffa. Aku tuh udah cerita sama dia kalau aku selalu ngurus anak, tahu. Malu kan ketahuan bohongnya,"

Lalu, Zidan menarik istrinya lebih dekat lantas mengecupnya singkat. "Ente juga udah bisa kan kayak gitu tadi, Fa? Hahahaha..."

Reaksi Daffa hanya geleng-geleng masih dengan ketawa kecilnya. Kebiasaan dia ketika sedang video call ya seperti itu, selalu menunjukkan kemesraannya dengan sang istri. Dulu sewaktu Daffa masih belum menikah, Zidan selalu bertanya, "Ente nggak kepengen apa praktekin yang tadi, ke perempuan yang emang udah halal buat ente? Makanya halalin anak orang dong, Fa. Jangan jomblo terus, inget umur. Nanti kalau ketuaan anak ente di kira cucuk, bukannya anak."

"Pengantin baru wajahnya bening gitu, dari rautnya aja kayak seneng-seneng gimana... gitu..." goda istri Daffa bergantian.

"Kalian tuh yaa.... kompak banget kalau ngegoda orang mah," tak bohong jika pipi Daffa terlihat memerah merona. Sementara mereka hanya terkekeh, menertawakan Daffa yang sedang salah tingkah.

"Eh, mana pengantin perempuannya, nih? Dari tadi kok nggak muncul-muncul," tanya Zidan dengan alis yang dikerungkan, mencari-cari sosok istri Daffa di depan kamera. Hal yang unfaedah sekali jika dilakukan.

"Iya nih, mana istri kamu, Fa? Kita kan nggak sempet kenalan," ujar istri Zidan kemudian.

"Ada, kok. Istri ane lagi bantu siap-siap anak ane yang mau sekolah," jawab Daffa meski Daffa tidak tahu posisi istrinya sekarang sedang apa. Karena yang terakhir Daffa lihat, istrinya itu sedang memandang dan mengelus foto suaminya dulu.

Bidadarinya BidadarikuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon