"Aku pernah ketemuan berduaan sama Rafardhan,"
Daffa membuka ceritanya, ia masih ingat betul ketika waktu itu Rafardhan memintanya bertemu karena menyangkut dengan perempuan dihadapannya ini. Dengan kepala pelontosnya yang ditutupi topi, wajahnya yang tidak lagi segar, serta tubuhnya yang kurus.
"Kapan?" kerutan di dahi Shafiyah tergambar begitu jelas. "Cuman berduaan?" tanyanya pada Daffa, lalu Shafiyah terdiam seketika, seperti sedang mengingat-ngingat.
"Waktu itu—"
"Tunggu," Shafiyah menahannya untuk bercerita. "Seinget aku, Mas Rafardhan nggak pernah bilang ataupun cerita ke aku kalau dia ketemuan sama kamu. Apalagi cuman berduaan." Shafiyah begitu yakin dengan ingatannya itu.
"Kamu bohong, ya?" tuduh Shafiyah. Kali ini Daffa yang mengerutkan keningnya. Dirinya di tuduh pembohong oleh orang yang begitu ia sayangi. Sadis sekali.
"Buat apa aku bohong? Buat apa aku ngada-ngada cerita sama Rafardhan ke kamu?"
"Fa, seingat aku, Mas Rafardhan ketemu kamu itu untuk pertama dan terakhir kalinya saat kamu dateng ke rumah. Udah."
Daffa berpikir sejenak. Mengingat permintaan Rafardhan yang cukup gila, mungkin saja Rafardhan sengaja tidak bercerita pada Shafiyah. "Mungkin aja Rafardhan sengaja nggak cerita ke kamu,"
"Maksudnya? Mas Rafardhan ketemuan sama kamu tanpa sepengetahuan aku, gitu? Nggak mungkin, Fa. Aku tuh tahu banget Mas Rafardhan kayak gimana. Mas Rafardhan suka bilang ke aku kalau dia mau kemana-mana. Mau ketemu sama siapa, di mana, berapa lama, entah itu sama laki-laki atau bahkan perempuan, Mas Rafardhan selalu bilang ke aku tanpa ditanya. Kayaknya nggak mungkin aja kalau—"
"Sebegitu percaya nya, ya, kamu sama Rafardhan?" potong Daffa dengan senyum getirnya.
"Ya aku percaya karena dia suami aku,"
"Rafardhan kanker otak glioma. Right?" ujar Daffa, Shafiyah terlihat begitu kaget. Selama mereka menikah, Shafiyah memang tidak pernah bercerita tentang penyebab Rafardhan meninggal.
"Kamu tahu dari mana?"
"Kan aku udah bilang kalau aku pernah ketemuan sama Rafardhan,"
"Ngapain?"
Daffa menghembuskan napas sebelum berujar, "Nanti kalau aku cerita kamu nggak percaya dan malah nuduh aku pembohong,"
"Aku minta maaf,"
Secara sengaja atau tidak, Shafiyah memegang tangannya, mengelusnya sejenak dengan tatapan mata meminta maaf. Siapa yang tidak akan meleleh diperlakukan seperti itu oleh perempuan yang begitu disayangi? Daffa pun mematung selama beberapa detik. Kaget, deg-degan, namun senang.
Rasanya ingin sekali menimpa tangan Shafiyah dengan tangannya lagi, namun hal sekecil itu begitu sulit dilakukan Daffa. Daffa merasa tangan Daffa begitu sulit untuk sekedar digerakkan. Layaknya mengangkat beban-beban berat di area gym.
Hanya dengan sebuah sentuhan tangan saja bisa membuat Daffa sebegininya. Padahal tadi Daffa merasa tersinggung karena di tuduh pembohong oleh Shafiyah, namun rasa tersinggung itu lenyap seketika hanya dengan sentuhan tangannya yang begitu lembut.
Pantas saja Rafardhan begitu cemburu saat waktu dirinya datang ke rumah mereka, sampai membuat insta story rasa kecemburuan padanya. Daffa tahu jika Rafardhan bersikap seperti itu karena dia begitu sayang dengan Shafiyah.
Dirinya saja yang tidak dicintai Shafiyah bisa dibuat selalu jatuh cinta, apalagi Rafradhan yang dicintai Shafiyah?
Kemudian Daffa bercerita semuanya kepada Shafiyah. Tentang Rafardhan yang tiba-tiba memintanya untuk bertemu lalu meminta Daffa untuk menikahi Shafiyah setelah masa 'iddahnya selesai. Tentang keikhlasan Rafardhan merelakan Shafiyah menikah lagi setelah kepergiannya. Semuanya. Semuanya Daffa ceritakan kepada Shafiyah.
BINABASA MO ANG
Bidadarinya Bidadariku
SpiritualSequel of Kekasih Until Jannah. Kamu adalah kepingan puzzle yang akan kulengkapi.