Lima Belas - Usaha Menjadi Sempurna

1.5K 190 31
                                    

Sejak waktu dini hari tadi, sebelum Bapak Daffa berangkat ke luar jawa, Shafiyah sudah bekerja. Ia bangun lebih awal dari biasanya, menyiapkan masakan untuk Bapak Daffa sebelum berangkat dan untuk di perjalanan nanti. Setelah itu Shafiyah menyambung kegiatannya dengan shalat malam sampai waktu subuh. Sehabis shalat subuh Shafiyah langsung menyiapkan segala kebutuhan Daffa dan juga Ilham. Kebetulan hari ini Daffa ada jadwal mengisi acara pagi, jadi ia berangkat barengan dengan Ilham yang berangkat sekolah.

Mungkin ibu rumah tangga akan merasakan yang sama seperti yang dirasakan Shafiyah. Setelah suami dan anak berangkat, ia akan merasa tenang. Ia bisa mengerjakan pekerjaan rumah tanpa harus di buru waktu. Namun untuk kali ini, ketenangan Shafiyah tidak sampai saat Daffa dan juga Ilham berangkat, karena ada Ibu Daffa yang harus diurusinya.

Shafiyah sudah menyiapkan bubur untuk Ibu Daffa. Sudah Shafiyah simpan di meja yang ada di kamar Ibu supaya ketika bangun nanti, Ibu langsung makan. Setelahnya, Shafiyah memulai pekerjaan rumahnya.

Ketika Shafiyah sedang menyapu, Ibu Daffa ke luar kamar dengan wajah yang masih pucat. Dengan cekatan Shafiyah langsung menghampiri Ibu dan bertanya, "Ibu mau ke mana?"

"Ibu mau ke kamar mandi," ujarnya lemas, Shafiyah menangkap tubuh Ibu, takutnya Ibu masih pusing.

"Ibu mau mandi sekarang? Tapi air angetnya belum aku siapin, Bu. Ibu duduk dulu aja, ya, Shafiyah nyiapin air angetnya dulu,"

"Ibu cuma pengen buang air kecil doang, kok, Neng,"

"Oh... ya udah Shafiyah anter," lalu, Shafiyah menuntun Ibu ke kamar mandi belakang. Memang, di rumah Daffa ini hanya ada satu kamar yang menyediakan kamar mandi di dalam, dan itu pun ditempati oleh Daffa serta Shafiyah.

Pekerjaan menyapu Shafiyah tertunda karena Shafiyah memilih untuk mengurus Ibu terlebih dulu dibandingkan pekerjaan rumah. Shafiyah menyuapi Ibu, memberikannya obat, menyediakan air hangat untuk Ibu mandi. Tadinya Shafiyah berniat untuk me lap Ibu, karena Daffa berpesan Ibu tidak boleh mandi dulu. Tapi karena Ibu yang memaksa ingin mandi, Shafiyah tidak bisa apa-apa selain menyediakan air hangat untuknya.

Setelah mengurus Ibu, Shafiyah kembali melanjutkan pekerjaan rumahnya. Shafiyah juga sudah berpesan pada Ibu jika Ibu membutuhkan apa-apa tinggal panggil saja namanya, nanti Shafiyah akan menghampiri, dan Ibu mengangguk dengan senyum tipisnya.

***

Mengisi waktu karena menunggu gerobak, Shafiyah pakai waktu luangnya itu untuk mengangkat jemuran di belakang. Belakangan ini cuacanya begitu labil. Bisa panas namun juga bisa hujan seketika. Shafiyah takut jika saat dirinya menjemput Ilham, hujan turun yang akan membuat jemurannya basah lagi.

Gedebugh!

Shafiyah melirik ke sekitar saat ia mendengar suara dentuman yang jatuh. Tidak apa-apa. Sempat mengerutkan kening namun ia memilih berlalu begitu saja, tidak terlalu memikirkan. Setelah menjemput Ilham nanti, Shafiyah tinggal melicin pakaian.

Memasuki area dapur, Shafiyah mengedarkan pandangan dengan membawa rijen berisi puluhan jemuran. Saat langkahnya membawa Shafiyah semakin memasuki dapur, Shafiyah di buat terkejut. "Astaghfirullahaladzim! Bu!"

Saking terkejutnya ia melihat Ibu Daffa terduduk di teras, secara refleks ia menjatuhkan rijen ke lantai. Dengan keadaan begitu panik dan juga cemas, Shafiyah mendekati Ibu dan membawa Ibu dengan segera ke kamarnya.

"Ibu mau ngapain? Kenapa nggak manggil aku aja, Bu?" tanya Shafiyah dengan khawatir. "Mana yang sakit, Bu? Biar Shafiyah usapin,"

"Ini Nak," Ibu Daffa menunjuk kaki kanannya, dengan segera Shafiyah mengusapnya pelan-pelan. "Ibu mau apa sampai ke luar kamar segala? Makan sama minumnya kan udah Shafiyah siapin, Bu."

Bidadarinya BidadarikuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon