Sebelas - Dua Raga Yang Terikat Namun Tidak Dengan Hati

1.7K 173 37
                                    

"Yuk, yuk, makan, yuk!!!" Interupsi salah satu tim Daffa saat mesin mobil tepat dimatikan. Semua orang turun dari mobil, tidak sabar memenuhi perutnya dengan makanan. Begitupun Daffa. Namun sebelum turun ia membalas pesan dari istrinya itu terlebih dulu.

Setelah mengirim pesan Daffa turun dari mobi menyusul yang lain karena sudah masuk lebih awal

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Setelah mengirim pesan Daffa turun dari mobi menyusul yang lain karena sudah masuk lebih awal. Meskipun sedang berjalan Daffa masih anteng pada ponselnya, melihat layar ponsel dengan senyum yang tidak bisa disembunyikan. Terlebih lagi saat centang biru berubah menjadi typing membuat fokus Daffa hanya tertuju pada ponsel.

"Eh! Daffa?"

Sontak Daffa mendongak. Dilihatnya seorang perempuan dihadapannya dengan senyum lebarnya. Senyuman yang dulu selalu menenangkan Daffa karena dengan senyuman itu bisa memaafkan kesalahan-kesalahannya.

Ya, dia Tasya.

"Eh Sya," balas Daffa akan sapaan Tasya.

"Kamu makan di sini juga? Sendirian?"

"Enggak Sya, tuh, sama yang lainnya juga," tunjuk Daffa pada salah satu meja dimana timnya sudah duduk manis di sana.

"O-ooh gitu,"

"Ya udah Sya—"

"Fa!" panggilan Tasya membuat Daffa membatalkan untuk melangkah kaki.

"Ya Sya?"

"Boleh kita ngobrol?" ajaknya, kening Daffa langsung berkerut heran.

"Untuk?"

"Untuuuuuk..." Entah Tasya sengaja menggantungkan kalimatnya ataukah ia sedang mencari alasan, yang jelas Daffa menunggu penjelasannya. "Eumm... nggak jadi,"

"Oh, oke." Daffa tidak ambil pusing apa yang akan dibicarakan oleh Tasya padanya. Daffa tidak peduli. Yang Daffa peduli adalah balasan pesan dari istrinya.

Daffa menunduk lagi, membaca pesan jawaban dari istrinya yang membuat Daffa terkekeh pelan sambil berjalan, meninggalkan Tasya, menuju meja makan.

Tanpa Daffa sadari, sedari tadi Tasya memperhatikan tingkahnya.

***

Daffa baru bisa menghembuskan napas lega saat ia memasuki kamar hotel. Melepaskan jam tangan, ia mengucapkan hamdalah karena acaranya berjalan lancar meski di awal mereka mendapatkan beberapa kendala. Menjadi orang yang tipikal rapi, Daffa membawa handuk serta alat mandi dari dalam koper, hendak membersihkan diri. Tidak peduli sudah jam berapa dan secape apapun, ia akan tetap mandi sebelum tidur.

Tadi saat di jalan Daffa sudah berkomunikasi dengan istri tercintanya. Sedari tadi mereka memang sudah tidak berkomunikasi lagi karena Shafiyah pamit tidur. Istrinya itu kan memang tidak biasa tidur larut malam.

"Fa, dari tadi ponsel ente bunyi terus tuh," ujar Radit, tim Daffa memberitahu ketika Daffa baru saja keluar dari kamar mandi, tangannya pun masih menggosok-gosok rambutnya dengan handuk.

Bidadarinya BidadarikuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon