Sembilan Belas - Benarkah Kisah Mereka Berakhir?

1.8K 207 21
                                    

Layaknya seorang tamu, Shafiyah meng-iyakan ajakan perempuan yang tidak dikenalinya itu untuk berbincang. Menyuruhnya masuk ke rumah setelah mendapat izin dari Daffa dan duduk di kursi yang tersedia, serta menyediakan minuman untuknya.

Perempuan berhijab yang diikat ke belakang berwarna biru muda itu sama sekali tidak Shafiyah kenali. Shafiyah sendiri kebingungan kenapa perempuan itu bisa mengenalinya dan berkunjung ke rumahnya. Oh iya, lupa. Berhubung Shafiyah menjadi istri Daffa, sudah pasti banyak yang mengenalinya. Tapi, kenapa perempuan ini bisa tahu alamat rumah yang sedang ditinggali? Daffa sendiri pun sangat amat merahasiakan alamat rumahnya dari orang-orang yang tidak berkepentingan. Namun dilihat dari raut wajahnya perempuan itu seperti ingin berkata sesuatu yang penting.

"Kamu Shafiyah? Istrinya Daffa?" tanya perempuan itu setelah menyeruput teh manis panas yang dibuatkan oleh Shafiyah. Mendapat pertanyaan seperti itu, Shafiyah menganggukkan kepala.

"Kamu cantik," puji perempuan itu dengan tangan yang menyimpan gelas di meja. Setelah itu dia menatap Shafiyah secara menyeluruh. Shafiyah hanya bisa tersenyum tipis menimpali.

"Aku mau minta satu hal sama kamu,"

Dia menghembuskan napas lantas tersenyum singkat. Dia memberi jeda untuk memulai pembicaraan. "Maaf kalau aku lancang, tapi aku harus banget bilang hal ini ke kamu,"

"Tolong ijinin Daffa buat nikah lagi ya?"

Deg! Bugh!

Shafiyah dibuat terhenyak, jantungnya seakan berhenti mendadak meski wajahnya hanya memberikan reaksi datar dan menatap perempuan itu dengan tatapan tidak menyangka apa yang baru saja didengar.

"Ma-maksudnya?" tanya Shafiyah ambigu, mencoba untuk memperjelas apa yang diinginkan oleh perempuan disampingnya itu.

"Iya, kamu ijinin Daffa untuk poligami. Mudah banget, kan? Dengan begitu, aku sama Daffa bakalan nikah. Aku siap kok untuk jadi istri ke dua,"

Shafiyah tidak bisa bereaksi apa-apa selain diam. Sangat sulit membuat dirinya sendiri untuk sepenuhnya sadar akan peristiwa yang sedang terjadi. Detak jantungnya memburu, rasa sakit menjalar di dadanya sejak tadi.

Kenapa dengan perempuan ini? Adakah kisah diantara mereka sehingga perempuan ini begitu nekat serta berani meminta ijin padanya? Kenapa? Kenapa setelah Shafiyah mulai membuka hati untuk Daffa rumah tangganya semakin rumit?

Benarkah Daffa ingin menikah lagi dengan perempuan lain yang dihadapannya ini? Bukankah Daffa akan menunggunya sampai Shafiyah benar-benar siap? Bukankah Daffa tidak ingin menikah lagi setelah dengannya? Lalu, kenapa hal ini terjadi?

"Astaghfirullahaladzim... Astaghfirullahaladzim... Astaghfirullahaladzim..."

Sebelum Shafiyah menjatuhkan hatinya pada Daffa lebih dalam lagi, jika keinginan Daffa menikah lagi dengan perempuan lain, Shafiyah akan menyetujuinya diiringi dengan syarat;

Bercerai dengannya.

***

Keadaan yang semula tercipta begitu menyesakkan kini berubah menjadi penuh emosi. Saat Daffa pulang, kedua bola matanya terbelalak saat mengetahui bahwa tamu perempuan itu adalah Tasya. Ada rasa penyesalan dalam dirinya karena telah mengijinkan tamu itu masuk ke istananya.

Tasya, perempuan nekat itu benar-benar nekat. Perempuan yang pernah Daffa sukai itu telah membuat hubungannya bersama istri yang begitu disayangnya kembali di ujung tanduk. Daffa benar-benar tidak habis pikir kenapa di bumi ini ada seorang perempuan senekat Tasya. Sudah jelas hubungan mereka berakhir setelah Tasya sendiri yang memilih pria lain. Dan sekarang, dia kembali dengan seribu cara hanya agar dia bisa bersatu lagi dengannya. Terlebih lagi, Tasya sudah berani membuat perempuan yang begitu disayangnya itu menangis.

"Demi Allah! Aku nggak pernah ada niatan sedikitpun untuk poligami! Sya, aku udah punya istri dan keluarga kita bahagia tanpa harus adanya orang lain. Aku menikahi istri aku dan aku ngejadiin dia satu-satunya bagi aku, bukan yang ke-satu!"

"Bahagia? Meskipun kamu belum di kasih hak kamu sebagai suami dari istri kamu, kamu bilang itu bahagia? Iya? Wow, good job, Daffa. Kamu bisa nipu orang lain, tapi kamu nggak bisa nipu aku. Aku tau semuanya."

"Kalau kamu nikah sama aku, kamu mungkin udah punya anak, Fa. Dan kita akan jadi keluarga bahagia yang sesungguhnya."

"Kalau kamu nggak mau nikah sama aku karena status aku yang udah janda, terus apa bedanya sama istri kamu? Istri kamu bahkan udah punya satu anak!"

"Dengar baik-baik! Aku. Udah. Punya. Istri!" ujar Daffa penuh tekanan dalam setiap katanya.

"Sekarang kamu pergi dari sini!"

"Jangan pernah ganggu keluargaku lagi. Aku lebih dari kata bahagia dengan apa yang aku punya, termasuk punya istri aku!"

Tanpa memperdulikan Tasya, Daffa menghampiri Shafiyah yang sedang duduk di kursi yang tengah menangis. Secara spontan Daffa melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Shafiyah, membawa tubuh istrinya itu ke dekapannya sembari berujar, "Aku akan tetap mencintai kamu."

Lalu, Shafiyah memeluk balik tubuh Daffa.

Pelukan yang sedikit erat seolah itu adalah bentuk Shafiyah yang tidak ingin kehilangan, lagi.

〰〰〰

Allahumma salli 'ala Muhammad wa'ala ali Muhammad.

[Ucapkanlan sholawat kepada Nabi meski sholawat pendek satu kali dalam sehari.]

Bidadarinya BidadarikuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon