Menikah dengan Daffa tentu membuat kehidupan Shafiyah jauh berbeda dari kehidupan sebelumnya. Hidupnya yang tenang kini menjadi ricuh isi kepala berkat omongan orang-orang. Padahal lima bulan telah berlalu. Perihal para penggemar Daffa yang tidak menyukai jika sang idola menikah dengan perempuan berstatus janda, mereka masih memaki-maki Shafiyah. Apa yang Shafiyah lakukan terlihat salah di mata mereka. Bahkan, berpose senyum di samping Daffa saja masih menjadi bahan perbincangan di kolom komentar. Shafiyah tahu dirinya tidak sempurna, banyak kekurangannya, juga kesalahannya.
Teruntuk kasus mereka-mereka yang menyebutkan kekurangan fisik Shafiyah seperti terlalu kurus, hidungnya yang beginilah, mata yang itulah, bibirnya yang begitulah, bahkan mengomentari paduan warna make-up Shafiyah. Bukannya Shafiyah tidak suka dinasehati ataupun di kasih kritik dan saran, tapi Shafiyah sendiri menyukai paduan warna make-up yang tidak terlalu mencolok. Lagipula, semua orang yang ada di dunia ini mempunyai seleranya masing-masing. Meskipun sesama perempuan, tetap tidak bisa disamaratakan, bukan?
Shafiyah melipat sajadah meski pikirannya kalut. Orang yang tidak biasa dengan kehidupan di dunia maya tentu saja membuat hal itu menjadi beban pikiran.
Satu-satunya kekuatan yang ia berpegang teguh padanya adalah dengan sering-seringnya berdzikir, Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil 'aliyyil adzim. [Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.]
***
"Iman itu ada tiga jenis, Nak."
Sudah menjadi kebiasaan bagi Shafiyah untuk mendidik anaknya tentang agama. Hal yang begitu penting dalam kehidupan. Agar nanti, Ilham tumbuh dengan rasa keimanan, supaya tidak salah langkah.
"Pertama, iman para Nabi. Imannya para Nabi tidak akan berkurang, hanya akan bertambah.
"Kedua, iman para malaikat. Tidak berkurang juga tidak bertambah.
"Ketiga, iman manusia dan jin. Bisa bertambah dan bisa berkurang. Imannya itu bergantung kepada amal manusia itu sendiri. Jika banyak amal shalih, maka imannya akan bertambah. Dan jika banyak melakukan maksiat, iman itu akan berkurang.
"Ilham mau imannya bertambah atau berkurang?" tanya Shafiyah.
"Ber—tambah!" jawabnya dengan seruan semangat.
"Kalau mau bertambah, Umi kasih vitamin iman ke Ilham supaya iman Ilham nggak berkurang. Mau?" tentu saja Ilham langsung menganggukkan kepalanya.
"Umi kasih tahu vitamin untuk menambah atau memperbarui iman. Yaitu dengan memperbanyak dzikir La Ilaha Illallah."
"Tiga kali kan, Mi?" ujarnya polos. Shafiyah tersenyum tipis. Ia memang selalu mengajarkan Ilham berdzikir di mulai dari tiga kali, lalu naik lagi perlahan-lahan.
"Sebanyak-banyaknya, Nak. Biar iman Ilham bertambah banyak juga,"
"Nanti iman Ilham banyak, Mi?" tanya Ilham, Shafiyah mengangguk. "Satu truk mobil, Mi?" tanyanya lagi, Shafiyah langsung tertawa mendengarnya.
Memang, mobil truk itu adalah sebutan mobil besar untuk Ilham. Jika Shafiyah sedang menerangkan yang besar-besar, Ilham pasti akan meng-analogikannya dengan mobil truk. Padahal masih ada lagi mobil yang jauh lebih besar dari truk. Mungkin Ilham belum menemuinya.
Shafiyah tertawa sembari memeluk Ilham, pun dengan Ilham yang ikut tertawa.
Tak bohong meski ada sepotong hatinya yang hilang, Shafiyah masih bisa merasakan tertawa tanpa beban hanya dengan anaknya ini. Lalu, Ilham bercerita tentang temannya yang melihat singa. Sesaat kemudian, Ilham pun ingin melihat singa. Ilham bercerita jika dirinya ingin memberi makan hewan-hewan seperti temannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/210285055-288-k104523.jpg)
BINABASA MO ANG
Bidadarinya Bidadariku
DuchoweSequel of Kekasih Until Jannah. Kamu adalah kepingan puzzle yang akan kulengkapi.