#01

1.4K 61 2
                                    

SMA Paskita adalah SMA favorit di Jakarta. Selain terkenal karena siswanya yang memiliki nilai tinggi di akademik maupun non akademik, pemimpin SMA itu pun menjadi pujaan setiap wanita.

Christoper Lubudha, seorang laki-laki berusia 22 tahun yang tampan dan juga memiliki sifat tegas menjadi dambaan setiap wanita.

"Hah?! Lu dijodohin sama kepsek?!" seru Tata, Mitha, dan Rian.

"Ssstt... Pelan-pelan dong!" bisik Rahayu.

Sri Chartata, Paramitha Yulyan, dan Steven Febrian adalah sahabat Rahayu sejak kecil. Kemana-mana selalu bersama, karena sering bersama dan melewati banyak hal, mereka tumbuh menjadi anak yang sangat nakal.

Saking nakalnya, ortu mereka sampai pusing ngurusin mereka. Kalo gak inget mereka titipan Tuhan, udah dibuang kali tuh anak-anak bandel. Wkwkwkwk.

"Kapan nikahnya?" bisik Tata.

"Sabtu, kalian datang ya?" ucap Rahayu.

"Tenang aja, Yu... Kita bakalan datang, dimana ada makanan gratis, di situ kita ada." ucap Rian.

"Oh ya! Kalian tau, ternyata panggilan pak Christoper itu... Ucok!" bisik Rahayu.

"Hah?" Tata, Mitha, dan Rian membeo mendengar ucapan Rahayu.

"Rahayu, dipanggil kepsek di ruangannya tuh." ucap ketua kelasnya.

"Ck! Ngapain sih?!" keluh Rahayu.

"Ekhm! Hati-hati ya sama doi, nanti udah... Ah! Sana lah pokoknya." ucap Mitha.

"Ngomong apa sih, Mit?" tanya Rahayu bingung.

Mitha hanya tersenyum jahil pada Rahayu. Rahayu pun mau tak mau segera ke ruang kepala sekolah.

***

Dengan langkah gontai, Rahayu berjalan ke ruang kepala sekolah. Tanpa rasa dosa dan rasa sopan, Rahayu main masuk aja ke dalam ruangan kepsek, duduk di hadapan kepala sekolah itu.

"Ada apaan?" tanya Rahayu.

"Ambil tas kamu, kita ke butik." ucap Ucok.

"Ngapain sih?" tanya Rahayu malas.

"Lupa ya? Kita mau cek baju pengantin, buruan! Saya tunggu di parkiran." jawab Ucok meninggalkan Rahayu sendirian.

"Dia manggil gw cuma buat ngomong itu? Kenapa gak di chat aja? Dasar kepsek pe'a." gumam Rahayu kesal.

Jika bukan karena ayahnya, Rahayu enggan sekali menikah dengan Ucok. Baginya menikah itu tak penting jika suatu hari seseorang kehilangan pasangannya. Dan Rahayu tak mau mengalami hal itu.

Rahayu pun segera mengambil tas nya dan pergi ke parkiran. Di mobil ternyata Ucok sudah menunggu.

"Lama." ucap Ucok menyalakan mesin mobilnya.

"Yaelah, 15 menit doang... Gak sabaran banget!" ucap Rahayu.

Selama perjalanan ke butik, tak ada yang membuka percakapan di sana. Hanya kesunyian bagaikan di hutan pinus pada malam hari yang tercipta.

"Ck! Ngomong kek, diem-diem aja kayak perang dunia kedua." ucap Rahayu kesal.

"Perang dunia kedua kan gak ada yang diam." ucap Ucok.

"Tau ah! Kenapa gw mau dijodohin sama kepsek kayak lu?!" tanya Rahayu penuh kekesalan.

"Kenapa kamu mau?" tanya Ucok tak kalah.

"Sabar, Rahayu... Ini kepsek sekaligus calon suami lu." batin Rahayu.

Rahayu diam karena kesal dengan Ucok, memang dia kepsek sekaligus calon suaminya, tapi itu semua kan terpaksa. Apalagi setiap bersama Ucok, Rahayu selalu merasa kesal.

Sekitar satu jam mereka melakukan perjalanan, akhirnya mereka sampai di butik milik keluarga Ucok.

TRING

"Oh? Datang calon pengantin kita." ucap Iren.

"Maaf telat." ucap Ucok.

"Rahayu, ayo pilih beberapa kebayanya dan coba pakai." ucap Iren lembut.

"Iya, tan... Mama." ucap Rahayu.

"Ucok, pilih dan pakai kemeja yang kamu pilih." ucap Risto.

Ucok menganggukkan kepalanya, dia mengambil beberapa kemeja dan mulai ke ruang ganti.

"Kita tunggu loh." ucap Jaya.

"Iya ayah."

Entah itu disebut kompak atau kebetulan, tapi Ucok dan Rahayu menyahut dengan bersamaan.

TIK TOK TIK TOK

"Ganti."

Baru saja Rahayu dan Ucok keluar memakai kebaya dan kemeja, Iren, Risto, dan Jaya langsung menyuruhkan mengganti pakaian mereka dengan kompak.

Begitu keduanya keluar dengan pakaian yang berbeda...

"Ganti." ucap Jaya.

"Warnanya gak sama." ucap Risto.

"Kebayanya kebesaran." ucap Iren.

"Pengen pulang." batin Rahayu.

"Inget mereka orangtua, Ucok." batin Ucok.

Sudah setengah jam berlalu dan kedua orangtua mereka selalu menyuruh mereka untuk ganti. Karena kebesaran lah, warnanya gak sama lah, kekecilan, atau karena motifnya kurang bagus. Hal itu membuat keduanya jengkel dan mulai memasang wajah datar.

"Ck! Capek tau! Pengen main nih!" omel Rahayu.

"Ucok ada kerjaan." ucap Ucok.

"Oke, pilihan kalian berdua sama-sama jelek... Jadi mama udah pilihin." ucap Iren.

"Cepat pakai." ucap Jaya.

Dengan rasa malas yang sudah mengerubuni diri mereka, keduanya langsung masuk ke ruang ganti.

"Nih... Gimana?" tanya Rahayu.

"Nah! Ini baru bener!" ucap Risto.

"Ukurannya pas." ucap Jaya.

"Warna dan motif pas juga." ucap Iren.

"Bodo amat" batin Rahayu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Catatan:
- Sri Rahayu (Rahayu)
- Christoper Lubudha (Ucok)
- Sri Chartata (Tata)
- Paramitha Yulyan (Mitha)
-Steven Febrian (Rian)

💜💜💜💜
Eka Puspita
Rabu, 29 - Januari - 2020

My Wife is Bad Girl (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang