Murid-murid kelas itu masih saja tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi sekarang. Kenapa Bu Dewi si guru BK jadi wali kelas mereka?
Memang kelas mereka tidak ada yang kelihatan sering buat masalah, tetapi tetap saja mereka takut jika di hadapan Bu Dewi.
Bu Dewi tiba-tiba merasa canggung, wanita itu kemudian beranjak menuju ke meja guru untuk mencari spidol.
"Baik, untuk permulaan kita buat struktur kelas aja dulu, ya," kata Bu Dewi melihat ke seluruh penjuru kelas. "Jadi, siapa yang mau mengajukan diri untuk menjadi ketua kelas?" tanya Bu Dewi menatap seisi kelas.
Tidak ada yang menjawab atau pun mengangkat tangan, sampai-sampai wanita itu harus bertanya kedua kalinya supaya ada yang menjawab.
Akhirnya Mosa mengangkat tangannya, tapi ternyata pemuda itu hanya ingin izin ke toilet saja. Bu Dewi hampir saja berseru kecewa di hadapan murid-muridnya.
"Oke, silakan, jangan lama-lama," ujar Bu Dewi sambil memperbaiki rambutnya sekejap. Mosa pun berdiri lalu berjalan keluar dengan santai.
**
Mosa membuka keran air dan mencuci tangan ketika sudah menuntaskan panggilan alamnya. Pemuda itu beberapa kali menguap, masih mengantuk.
Sebelum Mosa benar-benar selesai mencuci tangannya, masuklah seorang pemuda yang terkejut melihat Mosa.
Pemuda itu adalah Juna, teman Jefri dari kelas IPS. Mosa hanya menatapnya sekilas dari cermin, lalu segera berbalik ingin keluar dari toilet.
Namun, tanpa disangka Juna menghentikan langkah pemuda itu. Mosa sudah menebak, ada hal yang ingin disampaikan pemuda itu kepadanya.
"Gue Juna, kalau lo belum tau, gue temennya Jefri," kata Juna memperkenalkan diri.
"Gue Mosa, anak IPA 2," kata Mosa dengan singkat.
"Maaf, gue jadi nahan lo di sini, gue mau minta tolong sama lo."
**
Mosa dengan setengah berlari menuju kelasnya. Namun, entah mengapa ia merasa firasatnya tidak enak.
Mosa mengecek sekelilingnya, berharap tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Untungnya, itu cuma perasaannya sesaat, Mosa menghela nafasnya panjang, lalu memegang gagang pintu kelasnya.
Ketika ia membuka pintu, semua perhatian tertuju padanya. Tidak aneh, tapi pemuda itu risih.
Mosa melirik ketiga temannya yang berdiri di depan kelas dengan alis terangkat. Geraldo, Queen, dan Sarah hampir tersenyum ketika Mosa belum sadar dengan keadaan kelas.
Tanpa kata pemuda itu pun berjalan pelan ke arah tempat duduknya.
"Emos, kamu bisa ke depan sebentar?" ujar Bu Dewi saat Mosa belum benar-benar sampai di tempat duduk.
Mosa menelan ludahnya pelan, ia berbalik dan menemukan namanya tertulis di papan.
Ya, pemuda itu dipilih menjadi ketua kelas.
Mosa meruntuk dalam hati. Hari ini benar-benar bukan hari baiknya.
Mosa berjalan ke depan dengan lesu, ia berdiri di samping Geraldo yang terpilih menjadi wakil ketua.
Benar-benar tidak beruntung.
**
"ARGH, gue kesel!" teriak Geraldo saat jam istirahat dimulai.
Terlihat dari wajahnya, ia sudah benar-benar kesal. Dari tadi dia sudah uring-uringan ditempatnya sambil misuh-misuh sendiri.
"Lu kenapa sih, kayak dikasih beban hidup berlimpah aja," ujar Pandu yang tak jauh darinya.
"Jadi wakil ketua juga beban hidup, kenapa sih harus gue," kata Geraldo sambil teriak-teriak marah.
"Ge, udah deh. Berisik tau nggak," tegur Jojo sudah kesal.
Mosa melirik Geraldo sebentar, lalu berdiri dari tempatnya. "Jangan terlalu dipikirin, gue aja jadi ketua kelas harus pasrah," kata Mosa santai.
"Intinya jalanin aja, Ge. Kan, yang jadi ketua gue, jadi jangan panik," lanjut Mosa tenang.
Geraldo tertegun, ia menatap Mosa dengan pandangan tidak bisa dijelaskan.
Mosa tersenyum simpul, ia berjalan hendak keluar kelas. Namun tak sampai sedetik kemudian berbalik lagi menatap Jefri.
"Jef, gue mau ngomong, ikut ke kantin sini," ajak pemuda itu. Ia selalu tenang dalam hal apa pun, membuat orang-orang tidak akan tau apa yang berada di dalam kepalanya.
Jefri menghela nafasnya, merasa kalau ada sesuatu yang harus dia selesaikan. Pemuda itu berdiri lalu mengikuti Mosa keluar dari kelas itu.
••
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 2: Weird Class
Novela Juvenil[Garuda Senior High School series] PARA ORANG ORANG ANEH TAPI UNIK BERKUMPUL DISINI. Kelas yang isinya anak pintar? Sudah biasa. Yang isinya anak ganteng/cantik? Sudah biasa. Yang isinya anak kreatif? Hmmm biasa aja. Yang isinya anak-anak aneh yang...