24. Tujuh Belasan

391 40 3
                                    

Puncak dari latihan-latihan paskibraka, marching band, paduan suara, dan beberapa murid yang terpilih akhirnya tiba juga.

Pagi itu lapangan sudah ramai dengan beberapa anak yang menggunakan blazer sekolah berwarna abu-abu. Para pengguna blazer putih sendiri belum kelihatan, padahal mereka seharusnya sudah ada 5 menit sebelum lapangan ramai.

Di beberapa sudut lapangan terlihat segerombolan murid-murid yang sedang berbicara satu sama lain, termasuk ada gerombolan murid-murid kelas 11 IPA 2 yang memang sudah berkumpul dari tadi.

"Gimana? Gue udah ganteng, belom?" tanya Dyu yang berpose layaknya model majalah sekolah.

Beberapa ada yang mendecih, dan beberapa hanya menatap pemuda itu malas.

"Eits, gantengan gue kali," balas Jojo tidak mau kalah.

Dyu memicingkan matanya, memandang Jojo dari atas hingga bawah.

"Nggak, sih, masih gantengan gue," balas Dyu kemudian.

Tak lama bel masuk berbunyi, sontak para murid berhamburan berbaris di tengah lapangan.

"Yang tenang, ya, barisnya. Jojo, Ara, Revan, jangan berantem dulu," kata Mosa yang sedang memeriksa barisan kelasnya.

Setelah dirasa sudah rapi, pemuda itu kembali ke tempatnya. Ia berdiri di hadapan Revan, membuat pemuda mungil yang berdiri di belakangnya tersenyum penuh kemenangan. Ia tidak akan merasa kepanasan untuk beberapa menit ke depan.

"Ck, Revan curang banget, sih," gerutu Ara sambil membuang muka ke arah lain.

Reren yang berada di belakang Ara hanya bisa menahan tawanya, ia tidak ingin ditegur lagi.




**



Setelah mendengar ocehan kepala sekolah mereka selama kurang lebih setengah jam, murid-murid SMA Garuda akhirnya dibubarkan juga. Namun bukannya pulang mereka malah memilih untuk menghabiskan waktu lebih lama di sekolah, seperti murid-murid 11 IPA 2 contohnya.

Bukan tanpa alasan mereka masih tinggal lebih lama di sekolah. Alasannya tak lain karena ingin berfoto bersama.

"Bentaran dulu, Ge. Jangan lepas atribut dulu," protes Queen yang sedang memasang jepitan pada rambut Kiya yang berantakan.

Geraldo yang ditegur langsung melepaskan tangannya dari baju paskibranya yang belum ia lepas dari tadi.

"Tuh, makanya, sibuk sih lo," ujar Elia yang berdiri di samping Geraldo. Gadis itu dari tadi juga sibuk sendiri dengan seragamnya, mati-matian ia menahan rasa mengacak baju seragamnya.

"El, kerah baju lo dirapiin dul,  sini. Nggak enak banget dilihat," kata Reren berjalan mendekat ke arah Elia.

"Tuh, denger, El. Jangan tegur gue, lihat aja seragam lo." Elia langsung melemparkan tatapan tajam kepada Geraldo, menyiratkan pemuda itu untuk diam saja.

Geraldo menurut, pemuda itu sontak langsung mengatupkan bibirnya rapat.

"Mampus,"lirih Kiyo yang berdiri di samping Geraldo dari tadi.

"Mampu-mampus apaan?" tanya Elia tajam.

"Anjir, kedengeran," gumam Kiyo langsung gugup.

11 IPA 2: Weird ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang