Part 3 Kelembutan Hati Seorang Nabila

6.1K 264 6
                                    


💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

“Tapi… aku malu, Oma.”

“Mengapa harus malu, Sayang? Kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri,” jawab Oma.

Belum sempat Nabila ingin bersuara, tiba-tiba pintu ruang kerja bosnya sudah diketuk seseorang.

Tok… tok… tok…!
Benar saja tidak berselang lama wajah jutek bosnya sudah ada di ambang pintu.

“Oma, sudah selesai ngobrolnya? Boleh aku masuk?” tanya Ravael.

“Kemarilah cucu Oma yang tampan,” balas Oma.

Nabila melihat suaminya berjalan masuk. Dia tergagap dengan hadiah dari Oma yang dipegangnya. Secepat kilat tangannya menyembunyikan benda seksi itu di balik punggung.

Tatapan mata mereka sempat bertemu, mampu menimbulkan sedikit getaran yang menghangat di hati Nabila. Tidak ingin bermain sendiri dengan hatinya, segera dialihkan netranya memandang  ke sudut kamar.

“Oma, jika obrolan kalian sudah selesai, aku akan membawa Nabila fiting gaun pengantin,” ucap Ravael kemudian sambil menghempaskan pantatnya di sofa sebelah Omanya duduk.

“Itu ide yang bagus, Sayang. Berangkatlah kalian,” ucap Oma.

“Bagaimana kamu siap, Sayang?” tanya Ravael sambil melirik ke arah Nabila.

Di dalam hati Nabila bersungut kesal, pandai sekali bosnya memainkan peran. Andai ada drama teater, bosnya pantas memerankan aktor dengan dua kepribadian sekaligus. Tetapi apa daya, hanya anggukan sebagai isyarat dia setuju.

“Aku mandi dulu ya, Mas. Badanku terasa lengket semua dan gerah,” kata Nabila. Hingga saat itu dia bahkan masih memakai baju kerja. Mendengar permintaan istrinya, Ravael segera bangkit dan mendekat.

“Baiklah, Sayang.  Kau bisa mandi dulu. Bajumu di rumah paman biar diambilkan oleh Mang Dirman,” ucap Ravael sambil berbalik arah. Lelaki tampan itu kini mendekat  kepada Omanya.

“Mari Vael antar Oma istirahat di kamar.”

Oma hanya tersenyum dan mengangguk tanda setuju.

Tidak membuang waktu, Nabila berjalan menuruni anak tangga menuju lantai dua. Dia akan kembali ke kamar bosnya. Ya, kamar bosnya! Karena dia seakan tidak punya hak di kamar itu. Ravael bahkan melarangnya tidur di bed.

Membayangkan malam-malam selanjutnya dia harus tidur di sofa pasti pinggangnya akan terasa sakit. Nasib memang, bersuamikan orang tampan dan kaya raya tetapi songong seperti Ravael. Dia hanya dapat mengumpat dalam hati.

Sudah hampir sepuluh menit dia berada di kamar, tetapi belum ada tanda-tanda Mang Dirman mengetuk pintu membawakan baju ganti.

Nabila mulai gelisah, akhirnya dia hanya mondar-mandir di kamar bosnya. Mengamati setiap inci kamar super mewah itu. Sedangkan lingerie hadiah dari Oma, dia sembunyikan di dalam tas kerjanya.

“Katanya mau mandi, kenapa masih mondar-mandir? Bagus bukan kamarku? Kamu boleh tidur di sofa itu hanya untuk 100 hari . Kau masih ingat bukan?” ucapan Ravael tiba-tiba membuat Nabila kaget.

Lelaki angkuh itu tiba-tiba sudah ada di belakangnya. Kapan dia datang, pikir Nabila dalam hati. Hatinya terlalu kalut hingga tidak menyadari kedatangan suaminya.

“Aku masih menunggu Mang Dirman membawakan baju ganti,” jawab Nabila serba salah. Buru-buru dia menuju sofa, wilayah yang hanya diperbolehkan untuk Nabila beristirahat.

“Ya sudah, aku mandi dulu. Tapi ingat jangan ngintip, nanti kau ngiler,” cicit Ravael sambil tersenyum miring. Menyambar handuk dan baju ganti lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Deadline Cinta NabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang