Part 6 Runtuhnya Tembok Pertahanan Ravael

5.7K 281 19
                                    


💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

Acara resepsi telah usai, Oma sudah kembali ke rumah bersama Mbok Nah dan Mang Dirman. Sedangkan Ravael dan Nabila terjebak rencana Oma.

Mereka mendapat hadiah berupa menginap dua malam di hotel. Sebuah kamar spesial paket honeymoon sudah dipesan oleh Oma. Kamar dengan double bed yang muat dua orang, dengan seprai bertabur kelopak melati yang harum mampu memanjakan mata yang memandangnya.

Oma juga memberikan hadiah tambahan berupa lingerie berwarna hitam. Sangat pas dipakai oleh Nabila yang memiliki kulit putih bersih.

Ravael sejak tadi sibuk dengan gawainya, sedangkan Nabila telah selesai melaksanakan salat Isya.

Tentu Nabila masih melaksanakannya seorang diri, Ravael masih enggan diajak salat berjamaah. Tiba-tiba gawai Ravael bergetar, dia memandangnya dengan senyum yang mengembang.

Ada nama Amera di sana memanggil. Dengan terburu dia menerima panggilan itu. Terjadilah percakapan yang membuat mata Nabila memanas karena sakit hati.

Sayup suara itu meminta Ravael menemuinya di kamar 502. Setelah itu panggilan terhenti. Nabila membeku, berpura-pura tidak mendengar percakapan mereka. Meskipun sudut hatinya bagai diremas. Perasaannya sebagai seorang istri terlukai.

Tanpa memandang ke arah Nabila, Ravael beranjak membuka pintu. Meninggalkan Nabila yang sudah berlinang air mata.

Hampir setengah jam Ravael tidak kembali, Nabila mulai gelisah. Mondar-mandir berjalan di kamar pengantin yang sepi. Tiba-tiba keberaniannya muncul. Nuraninya sebagai istri sah memberontak. Dia tidak ingin suaminya terjerat dalam dosa.

Bergegas dia memakai kerudungnya dan melangkah keluar. Setengah berlari dia mencari kamar 502.

Akhirnya netranya melihat nomer yang dicari. Segera diketuk pintu itu dengan keras. Hingga berkali-kali tidak juga ada tanda-tanda pintu akan dibuka, hingga dia terus saja mengetuk. Sampai akhirnya pintu dibuka orang dengan kasar.

Wajah kesal Ravael terlihat di hadapannya. Beberapa kancing kemeja lelakinya sudah terbuka.

Ravael terperangah melihat Nabila sudah ada di hadapannya. Tangan Ravael reflek mencekal lengan Nabila, menahan agar perempuan itu tidak masuk ke dalam.

Tetapi emosi sudah menguasai pikiran wanita sholehah itu. Semua demi kemuliaan suaminya, dia tidak ingin lelaki halalnya terjerumus dalam lembah dosa.

“Cukup, Nabila! Kembali ke kamarmu!” Bentak Ravael dengan delikkan tajam. Dia tidak suka kesenangannya bersama Amera terganggu.

“Tidak akan, kecuali bersamamu. Aku istri sahmu, Mas. Tidak akan kubiarkan kau berbuat dosa!” jawab Nabila tak kalah sengit.

Ditepisnya tangan Ravael, dia pun menerobos masuk. Dan pemandangan menjijikkan tersaji di hadapannya. Wanita itu tergesa memakai bajunya. Mata Nabila menatap nyalang pada perempuan itu.

“Aku minta kau melepaskan Ravael. Dia suamiku!”

Wanita itu ganti memandang tajam ke arah Nabila, seulas senyum meremehkan  terukir di wajahnya.

“Tidak bisa, kau yang merebutnya dariku. Akulah kekasih Ravael. Kau datang pada hubungan kami,” jawab Amera dengan tatapan tajam.

“Hubungan di luar pernikahan bukanlah suatu hal yang perlu dilanjutkan karena kalian hanya akan melanggar aturan agama. Kami sudah menikah secara sah, jadi kuharap kau mau melepaskan Ravael,” ucap Nabila dengan mantap.

Ravael tergagap mendengar penuturan Nabila. Bukannya marah dengan perkataan istrinya, Ravael justru menunduk penuh penyesalan. Dia hampir saja terseret dalam dosa besar bernama zina. Meskipun selama ini Ravael sangat mencintai Amera, tidak pernah sekalipun dia menyentuh wanita itu.

Malam ini benteng pertahanan Ravael  hampir bobol jika Nabila tidak datang. Semua karena bujuk rayuan seorang Amera.

Ravael mengusap wajahnya dengan kasar. Nabila tampak kecewa menatap Ravael, hingga dia menarik paksa lengan suaminya keluar kamar pacarnya.

Sedangkan Amera terlihat mendengkus kesal dan menjerit. Hampir tidak terdengar, Nabila berbisik di telinga suaminya dengan cemburu yang bergemuruh.

“Ayo kuajari kau cara mendapatkan pahala,” ucap Nabila.

Selanjutnya Nabila menarik lengan suaminya kembali ke kamar mereka.

Sesampainya di kamar, Nabila lantas mengunci pintu kamar dan memasang tulisan “Jangan diganggu” pada gantungan.

Dengan cepat dia mengeluarkan lingerie di dalam koper bag. Nabila memakainya tanpa menghiraukan tatapan Ravael yang entah bagaimana.

Tanpa memperdulikan sikap Ravael yang kaget, Nabila mendorong tubuh suaminya ke ranjang pengantin.

“Dasar laki-laki bodoh! Kau punya sesuatu yang halal, mengapa harus mengambil yang haram,” ucap Nabila.

Benteng pertahanan Ravael pun bobol, terjadilah sesuatu yang memang sudah seharusnya terjadi.

Setidaknya sikap tegas Nabila mampu mencegah suaminya berbuat maksiat, dan mengantinya dengan pahala. Mereka pun tertidur pulas karena kelelahan.

💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

.
.
.
Ehem-ehem, ane keselek biji kedondong. Eh, eaaak. Next part tambah seru ya sahabatku semua. Jangan lupa krisan, komen, like, dan share yang banyak ya.

Wah wah wah, apa setelah ini Bebeb Ravael jadi jatuh cinta kepada Nabilong? Eh, Nabila maksudnya. Tunggu ceritanya ya.
Selamat membaca, semoga terhibur.

💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

Deadline Cinta NabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang