Part 8 Laki-Laki Dari Masa Lalu

6.5K 312 13
                                    

#Istri 100 Hari ganti judul
#Deadline_Cinta_Nabila

💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

Part 8 Laki-Laki Dari Masa Lalu

Ravael membawa masuk Nabila ke kamar mereka. Setelah sampai di kamar, lelaki itu menatap tajam ke arah istrinya.

“Siapa laki-laki tadi? pacarmu, heh?” tanya Ravael sambil melepaskan cekalan tangannya pada lengan Nabila, membuat perempuan manis itu hampir tersungkur di kasur.

Tatapan mata Ravael nyalang laksana harimau yang murka karena mangsanya terlepas. Rahangnya mengeras, dihembuskan nafas dengan kasar.

Nyali Nabila menciut melihat suaminya marah. Perlahan dia mendekat dan memeluk suaminya dari belakang. Perempuan itu pun terisak di punggung lelaki yang sedang dilanda amarah karena cemburu.

“Dia Kak Alan, anak majikan almarhum orang tuaku, Mas,” jawab Nabila memberi penjelasan.

Ravael bergeming, tetapi degupan jantungnya dapat dirasakan oleh istrinya. Lelaki itu berusaha acuh, tapi nyatanya harga dirinya sebagai suami tercabik saat melihat perempuannya bersama laki-laki lain. Harga diri atau cinta?

Ah, terlalu naif Ravael mengakuinya sebagai cinta. Batinnya memberontak. Amera lah penguasa hatinya, itu yang masih diyakini.

Dia kemudian teringat pacarnya itu, gusar diusapnya rambutnya dengan kasar. Bodohnya dia meninggalkan Amera sendirian di reston. Marahkah dia saat ini? Ravael pun bersiap keluar kamar. Dilepaskan pelukan istrinya tanpa melihat wajah sedih itu.

“Aku keluar sebentar,” ucap Ravael.

“Kau pasti mau menemui perempuan itu kan?” tanya Nabila yang sudah ada di hadapan Ravael.

“Kalau iya, apa perdulimu?” cicit Ravael sambil memalingkan muka.

Nabila mendengkus kesal, hatinya kecewa melihat sikap egois suaminya.

“Aku istrimu, jelas harus perduli,” jawab Nabila kesal.

“Hanya istri 100 hari, ingat itu!”

“Apapun itu, setidaknya kau hargai posisiku saat ini. Kau pikir aku tidak sakit hati melihat kalian makan bersama dengan mesra.”

Tak tatan lagi, dikeluarkan isi hatinya pada lelaki egois di hadapannya. Bening kristalpun meleleh di pipi wanita shalihah ini.

Dia menghempaskan dirinya di kasur. Tangisnya tak dapat ditahan lagi. Ravael yang menyadari keadaan istrinya pun tertegun. Mengapa dia merasakan kepedihan di hati  saat melihat Nabila menangis.

Perasaan apa ini? Lelaki angkuh itupun berjongkok di hadapan sang istri. Diraihnya jemari perempuan di hadapannya lalu meremasnya.

“Maaf,” ucap Ravael.

Nabila tertegun. Untuk pertama kalinya laki-laki itu meminta maaf. Kata yang selama ini seakan langka didengarnya. Dia bahkan tidak pernah mendengar bosnya ini mengucapkan kata itu sebelumnya.

“Aku memaafkanmu, tapi dengan satu syarat,” ucap Nabila disela isak tangisnya.

“Apa itu?” balas Ravael.

“Jangan temui Amera selama waktu pernikahan kita. Jika deadlineku sudah habis, Mas bebas untuk itu,” jawab Nabila dengan tatapan sendu.

Dia berusaha menyelami isi hati pria di hadapannya lewat netranya. Hanya ingin memastikan apakah ada di sudut hati Ravael secuil tempat untuk dirinya.

Ravael terdiam, matanya terpejam. Ada beban yang menghimpit dadanya. Dengan sedikit ragu, dia pun akhirnya bersuara.

“Aku perlu belajar untuk itu. Kuharap kau bisa bersabar,” ucap Ravael.

Deadline Cinta NabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang