Di mana ada Pandji di sanalah Guntur akan langsung menghindar.
Sudah terjadi sejak dia tahu soal siapa Pandji yang sebenarnya.
Ditambah kejadian kemarin membuatnya semakin berhati-hati dan gencar menghindar.
Belum tahu bagaimana harus berhadapan dengan Pandji, setidaknya untuk beberapa saat sampai dia tahu harus bagaimana.
Saat ini pun masih sama.
"Loh? Kok belok Gun?" seru Beyan saat Guntur tidak jadi masuk ke perpustakaan.
Dia malah berbelok padahal pintu masuk sudah di depan mata.
"Guntur! Hey!"
Beyan terus memanggilnya, tapi tidak dia indahkan.
Karena Beyan terdesak tugas, mau tidak mau dia tetap masuk ke perpus tanpa Guntur.
Ting-tung!
Tiba-tiba HP-nya berbunyi.
Beyang langsung membuka pesan yang baru masuk itu.
_________________________________________
Gun-gun
Aku titip buku yang tadi kubilang ya? Pinjemin, nanti kasih ke aku. 12.01
_________________________________________Satu hela napas panjang Beyan tarik sebelum akhirnya dia embuskan sembari meneruskan langkahnya.
Kalau sudah begini tidak ada pilihan lain.
Dengan aura agak suram dia pun masuk dan langsung menuju ke salah satu rak.
Dia akan mencari buku yang Guntur bicarakan dengannya tadi di perjalanan lalu meminjamkan itu atas namanya.
Setelah sampai di rak tujuannya, Beyan mengurut satu per satu buku yang ada sampai akhirnya menemukan buku yang Guntur inginkan.
Setelah mengambil buku yang cukup tebal itu matanya menangkap satu orang dari celah bekas buku yang dia ambil itu.
Matanya terbuka lebar karena agak kaget lalu senyum miring menghias wajahnya yang kini terlihat lebih berwarna lagi.
Orang yang dia lihat adalah Ervan.
Dia ingat kalau Ervan mengambil kelas yang sama dengan Guntur.
Tidak heran kalau sekarang dia bisa menemukan Ervan di area itu.
Beyan terus mengamati Ervan yang berdiri menyamping ke kanan dari arahnya sambil membaca sebuah buku.
Di tengah diamnya mengamati, tiba-tiba saja Ervan menoleh dan langsung mendapatinya di sana.
Dia berjengit kecil, mungkin karena kaget lalu tatapannya pada Beyan berubah seolah berkata, "Sialan, kenapa harus bertemu dia sih?"
Dengan sengaja Beyan malah mengedipkan mata kanannya genit.
Ekspresi Ervan semakin kusut lalu dengan cepat dia berlalu dari sana.
Beyan tertawa tanpa suara melihat ekspresi dan reaksi Ervan yang seperti melihat hantu di siang bolong itu.
Meninggalkan Beyan, di saat yang sama, jauh di tempat lain ....
Guntur mencoba mengatur napasnya yang agak memburu.
Berharap juga perasaan yang kini bergemuruh dalam dirinya itu bisa cepat ternetralisir.
Pandji, sudah pasti orang itu penyebabnya.
Hanya Pandji satu-satunya orang yang bisa mengobrak-abrik perasaan Guntur sampai seperti ini.
Bahkan sampai dia tidak berani mengakui apalagi menghadapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luluh [End, Yaoi/BL Lokal]
Random[Tamat-- Hati-hati baper, smooth BL] Guntur hanyalah salah satu orang dengan sifat dingin dan berpendirian kuat pada hal yang dia pegang teguh sebagai pedoman hidupnya. Namun, bukan berarti orang dengan keras kepala sepertinya tidak mampu luluh sama...