Ting!
Tung!
Ting!
Tung!
Hari ini cukup muram setelah panas terik menguliti seharian kemarin.
Tuut!
"Panggilan Anda sedang dialihkan, cobalah beberapa saat lagi atau tekan satu untuk meninggalkan pesan suara dengan biaya ...."
Beyan benar-benar menekan angka satu di papan panggilan HP-nya.
"Woy! Di mana kamu? Angkat dong teleponnya. Pulsaku abis nih!"
Itu memang bukan pesan suara pertama yang Beyan kirimkan untuk Ervan.
Orang yang sadari kemarin hilang dari radarnya.
"Sial, Guntur pasti lagi lovey-dovey sama itu asisten dosen. Kok aku malah galau sendiri gini ya? Padahal awalnya yang punya konflik batin kan Guntur. Bisa nular gini, mana masalah dia kelar duluan bikin merasa menderita sendiri aja ...."
Dan tidak hentinya dia menggerutu sendirian.
Beyan tidak tahu lagi harus mencari Ervan ke mana.
Ting!
Tung!
Brak! Brak! Brak!
Sambil terus berusaha menelpon Ervan, dia terus menekan bel juga mengetuk pintu rumah sewa yang ditinggali Ervan.
"Hahhh!"
Rumah sewa itu sangat sepi.
Sejak menghilang kemarin, Beyan tahu dari tetangga Ervan kalau pemuda yang dia cari itu masih tinggal di sana.
Namun, sampai hari ini Beyan tidak kunjung bisa menemuinya.
"Oh?! Kamu lagi? Nyari nak Ervan ya? Baru pindah tadi pagi buta Nak!"
Ucapan wanita paruh baya si tuan tanah yang baru saja datang itu langsung berhasil membuat dada Beyan berdenyut nyeri.
"Hah? Pindah ke mana Bu?" tanyanya risau.
"Wah, kalau itu saya kurang tahu ...."
"Ya sudah, makasih Bu. Maaf mengganggu!" seru Beyan cepat lalu pergi begitu saja.
"Dia ada kelas nggak ya siang ini? Tapi kemarin aja nggak kelihatan di kampus ... aaah! Di mana sih?!" batin Beyan resah sepanjang jalan.
Dia menuju rumahnya.
"Mana sarapan aku Yan!"
Terdengar seruan saat dia baru saja masuk melewati tuang tengah.
Itu dari kakak laki-lakinya.
Namun, Beyan tidak mengindahkan seruan itu.
Dia juga tidak mengiyakan permintaan kakaknya yang titip sarapan saat dia akan pergi tadi.
"Woi Bian! Kualat kamu nyuekin kakak sendiri, Yan! Bian!"
"Berisik kamu Gala buntung!" sahut Beyan menyebut nama kakaknya dengan tidak sopan.
Dia melemparkan baju yang baru dia lepas tepat ke arah wajah kakaknya itu.
"Kurang ajar!" kutuk Gala kesal.
Namun, Beyan tidak mau memedulikan itu.
Dia pergi ke kamarnya.
Membersihkan wajahnya dari make up tipis yang selalu dia kenakan untuk keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luluh [End, Yaoi/BL Lokal]
Aléatoire[Tamat-- Hati-hati baper, smooth BL] Guntur hanyalah salah satu orang dengan sifat dingin dan berpendirian kuat pada hal yang dia pegang teguh sebagai pedoman hidupnya. Namun, bukan berarti orang dengan keras kepala sepertinya tidak mampu luluh sama...