Episode 06

3.2K 348 21
                                    

Makasih udah baca sampai sini, jangan pelit vote sama komen yaw^^

Maaf kalau masih ada salah dalam pengetikan.
✙✚✙✚✙✚✙✚✙✚

Pagi ini Guntur kembali bertemu dengan laki-laki itu.

Pandji Lesmana.

Dan ini menjadi kedua kalinya dia dipertemukan dengan Pandji.

Guntur ingat sesuatu saat itu juga dan agak memikirkannya.

Maksudnya, kemarin Pandji mengatakan sampai ketemu lagi, tapi Guntur tidak mengira mereka akan benar-benar bertemu lagi.

Dari kejauhan Guntur sudah mengalihkan perhatiannya.

Meski sudah berkenalan, Guntur enggan untuk menyapa dulu.

Lebih baik pura-pura tidak lihat.

Takutnya saat dia menyapa nanti malah diabaikan.

Meski Pandji tidak terlihat seperti orang dengan kepribadian buruk seperti itu.

Tetap saja Guntur enggan, antisipasi lebih baik daripada mempermalukan diri sendiri.

Pasalnya dulu bukan sekali dua kali dia mendapat respon yang tidak mengenakkan saat menyapa seseorang yang baru dikenalnya.

Guntur memasang headset miliknya tanpa memutar lagu dan mulai pura-pura fokus ke HP-nya.

Berjalan seolah-olah hanya ada dia di sana.

"Selamat pagi Guntur!"

Terdengar sebuah sapaan yang riang.

Membuatnya agak terlonjak karena kaget.

Dalam kasus seperti ini, Guntur memang pura-pura tidak tahu, tapi jika disapa duluan dia pasti akan merespon.

Karena dia tahu rasanya diabaikan itu sangat menyebalkan.

"Selamat pagi juga, Pandji," sahutnya berusaha seramah mungkin.

Terlihat senyum kotak yang manis mengembang di wajah tampan Pandji.

"Mau ke kelas?" tanyanya saat jarak dengan Guntur kian dekat.

"Nggak, aku mau ke kantin dulu. Masih ada waktu sampai jadwal kelas nanti," sahut Guntur seadanya.

"Sarapan ya?"

Guntur mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan itu.

"Kebetulan, aku juga. Ayo pergi sama-sama."

Setelah mengatakan itu, tanpa permisi Pandji langsung menggandeng lengan kanan Guntur dan membawanya ke arah kantin.

Mata Guntur terbuka lebar untuk sesaat.

Selain kaget tentu saja, saat ini ada sesuatu yang lain di jantungnya.

Itu mulai berdetak lebih cepat dan kian cepat.

"Apa ini? Apa ini?" batin Guntur bingung sendiri.

Aneh, mungkin itu karena dia kaget dan dicampur gugup.

Mereka baru kenal dan Pandji sudah berlaku seolah Guntur adalah teman akrabnya sejak lama.

Setidaknya itu asumsi Guntur saat ini tentang apa yang dia rasakan.

Selain itu ....

"Anu, Pandji ... jangan ... tangan ... ini ...."

Guntur ingin mengatakan agar Pandji tidak usah menggandengnya seperti itu.

Namun, yang keluar dari mulutnya sama sekali tidak sinkron dengan otaknya.

Akhirnya dia hanya bisa mengatakan kalimat terpenggal-penggal itu sambil mengangkat tangan kanannya yang digenggaman Pandji.

Luluh [End, Yaoi/BL Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang