Episode 04

4.2K 397 3
                                    

Makasih udah baca sampai sini, jangan pelit vote sama komen yaw^^

Maaf kalau masih ada salah dalam pengetikan.
✙✚✙✚✙✚✙✚✙✚

Waktu istirahat.

Meski tergolong anak yang cerdas, daripada membaca Guntur lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain HP-nya.

Mungkin karena merasa sudah bisa dia jadi malas belajar ekstra.

Walau rasa malasnya yang kadang agak berlebihan itu membawanya pada suatu masalah tersendiri.

Padahal akhir-akhir ini sebenarnya dia dikejar waktu untuk menyelesaikan skripsinya, tapi ya mau bagaimana lagi jika Guntur tidak mau memikirkannya saat ini.

"Hei Gun-Guuun!"

Terdengar sebuah sapaan nyaring.

Itu dari Beyan, teman Guntur sejak zaman SMA.

Cowok periang dan agak feminim itu duduk di hadapan Guntur.

Jangan lupakan nampan makanannya yang terlihat penuh.

Nafsu makannya memang besar.

Kalau ditanya mau jadi apa?

Dengan ekspresi bangga dia akan menjawab, "Food vlogger!"

Seperti itu.

Meski kebenaran di baliknya belum bisa dipastikan.

Mengingat masa-masa saat mereka di usia yang lebih muda dari saat ini, Guntur hanya menganggap jawaban seperti itu dari Beyan hanyalah omong kosong pengalih perhatian yang lebih intensif tentang dirinya.

Saat ini mereka masih di kantin, omong-omong.

"Tumben baru sampai? Biasanya kamu udah duluan di sini," ucap Guntur membuka pembicaraan.

"Iya, kesel banget itu dosen kisut korupsi waktu lagi, hiih," sahut Beyan sambil menyuap makanannya ke dalam mulutnya sendiri.

Guntur hanya terkekeh kecil lalu menyedot es susu kocok rasa stroberinya.

Tatapan kesal Beyan langsung terganti dengan ekspresi semangat saat dia seperti tiba-tiba ingat sesuatu.

"Gun, jadi gimana nih sama dia?" Beyan mulai bertanya sembari mulai mengunyah makanannya.

Dia tahu soal Ervan yang mencoba mendekati Guntur akhir-akhir ini.

Sebenarnya hampir tidak ada yang tidak Beyan tahu soal Guntur dan sebaliknya.

Setidaknya itu yang Guntur rasakan.

"Aku dipukul," sahut Guntur tanpa minat.

Sudut bibir bagian kiri miliknya berdenyut sekali karena harus mengingat soal itu.

Acara mengunyah Beyan terhenti tiba-tiba.

Jelas dia kaget.

"Hah?! Seriusan? Kok ... ya ampun! Ini bekasnya?" pekiknya setelah menelan makanannya dengan kasar.

Dengan rusuh Beyan menunjuk pipi kiri Guntur yang sedikit lebam.

Dia baru menyadarinya.

Beyan meringis ngilu melihat itu.

"Bibirmu agak juga pecah ...."

Dia hanya bisa menggeleng tidak percaya.

"Untung kamu tolak dia ya. Mungkin kamu belum cocok sama cowok. Nah, kalau bisa sama cewek ya sama cewek aja," ucapnya memberi dorongan positif.

Luluh [End, Yaoi/BL Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang