Episode 17

2K 235 5
                                    

"Kenapa nggak telepon atau di-chat aja sih orangnya? Kan capek muterin kampus kayak orang jaga menyan gini Gun, aku jadi bau matahari nih!"

Sedari tadi Beyan terus mengoceh sambil lagi-lagi mengoleskan tabir matahari ke bagian tubuhnya yang tak tertutup pakaian.

"Siapa juga yang minta ditemenin hah? Kamu juga lagi nyari orang kan, makanya ikut," sahut Guntur langsung jadi sekakmat untuk Beyan.

Beyan hanya menunjukkan senyum lebarnya sebagai respon.

Tanpa mau memedulikan Beyan lagi, Guntur meneruskan langkahnya.

"Loh? Kok ke sana lagi Gun? Kan tadi udah dicari di sana nggak ada!"

Beyan kembali bersuara saat melihat Guntur berjalan ke arah perpustakaan.

Mereka memang sudah mencari di sana tadi.

"Siapa tahu udah ada, sana kamu lanjutin pencarian kamu sendiri aja, dah! Nanti aku hubungi kamu," sahut Guntur tanpa menoleh.

Lalu benar-benar meninggalkan Beyan yang hanya diam di tempatnya.

Hari ini Guntur sudah memantapkan hatinya.

Akan membicarakan hubungan antara dirinya dengan Pandji.

Alasannya kembali mencari di perpustakaan adalah karena dia memang melihat Pandji dari luar jendela tempat yang katanya favorit Pandji itu.

Perlahan Guntur berjalan ke dalam perpustakaan dan menuju ke lantai dua.

Tempat di mana dia dan Pandji pertama kamu bertemu dan memulai semuanya.

Jantungnya mulai derdetak lebih cepat.

Gugup langsung menggerayangi tubuhnya.

"Pa-Panji?" panggilannya dengan ragu.

Dengan perlahan Pandji yang sedang fokus membaca buku itu mendongakkan kepala.

Saat matanya menatap pada Guntur, itu terlihat melebar sesaat. Mungkin karena kaget.

Kemudian sebuah senyum manis khas miliknya menghiasi wajah rupawan itu.

Guntur menggigit bibir bawahnya sekali karena gugup.

"Setelah apa yang aku lakukan, dia masih mau senyum kayak gitu ke aku?" batin Guntur yang merasa menjadi orang berengsek di sini.

"Iya?"

Pandji menyahut dengan lembut.

Dia terlihat mencoba menahan diri untuk tidak berbuat hal konyol.

Jelas sekali raut bahagia terpancar dari wajahnya saat Guntur menemuinya dan memanggilnya terlebih dahulu.

Entah karena apa, tapi dia merasakan sebuah pertanda baik.

"Kamu sibuk nggak Sabtu besok?" tanya Guntur dengan agak kaku.

Demi apa pun dia sangat gugup saat ini.

"Nggak sih, kenapa?" sahut Pandji seadanya.

"Jalan yuk?" ajak Guntur dengan mantap.

Akhirnya itu bisa terlontar juga, tanpa ada salah ucap.

Akan jadi kacau kalau di momen ini lidahnya malah selip karena gugup.

Pandji tidak langsung memperlihatkan reaksi yang cukup berarti.

Dia hanya terdiam karena kaget.

Rasanya ini seperti mimpi saja.

"Aaa, oke. Aku jemput kamu besok kayak Sabtu tempo hari, atau kamu mau di waktu yang beda? Jam berapa aja aku bisa," jawab Pandji akhirnya.

Luluh [End, Yaoi/BL Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang