Episode 02

7.6K 582 17
                                    

Makasih udah baca sampai sini, jangan pelit vote sama komen yaw^^

Maaf kalau masih ada salah dalam pengetikan.
✙✚✙✚✙✚✙✚✙✚

Di tengah perjalanannya menuju kelas, langkah tergesa-gesa Guntur perlahan melambat hingga akhirnya terhenti saat dia melihat ada seseorang yang menghadang di depannya.

Seorang mahasiswa yang cukup tinggi, lebih tinggi darinya mungkin selisih sekitar lima sentimeter.

Ini bukan pertama kalinya dia bertemu laki-laki itu, tapi tentang siapa namanya dia sama sekali tidak bisa mengingat itu.

"Hai Guntur, kamu ada waktu sebentar?" tanya laki-laki itu dengan mimik ceria dan bersahabat.

"Siapa?" sahut Guntur malah balik bertanya secara langsung.

Laki-laki itu terlihat tersenyum canggung dan mengusap tengkuknya sesaat sebelum kembali berkata, "Anu, kita ada di kelas yang sama. Namaku Ervan, Ervan Ardiansyah."

Bersamaan saat menyebutkan nama, laki-laki itu mengulurkan tangan kanannya mengajak Guntur berjabat tangan sebagai tanda perkenalan.

Tidak ada ekspresi yang cukup berarti di wajah Guntur, agaknya dia tidak terlalu tertarik dengan orang yang mengaku bernama Ervan itu.

Namun, meski begitu Guntur bukanlah orang yang kurang ajar ataupun berlagak sombong.

Dia tetap menjabat tangan Ervan sambil menyebutkan namanya. "Guntur, Guntur Adhikara."

Ervan tersebut lembut mendengar itu.

Setelahnya jabat tangan mereka pun terlepas, lalu keduanya malah diselimuti oleh kebisuan.

Ervan mendadak terlihat agak gugup entah karena apa dan Guntur bukanlah orang yang bisa membuat topik pembicaraan untuk sekadar basa-basi dengan orang yang belum akrab dengannya.

"Kamu ada urusan apa sama aku? Maaf, tapi aku agak buru-buru," ucap Guntur akhirnya langsung pada intinya.

"Emm, anu ... kalau gitu aku boleh minta nomor HP kamu enggak? Mungkin kapan-kapan kita bisa ngobrol atau nongkrong bareng kalau kamu lagi enggak sibuk," sahut Evan dengan sedikit kikuk lalu dia menyodorkan HP-nya pada Guntur.

Tanpa mau ambil pusing Guntur mengambil alih HP itu untuk kemudian mengetikkan nomornya pada papan panggilan di sana lalu dia kembalikan HP itu setelah selesai.

Dalam benaknya itu bukan masalah besar, toh Ervan sekelas dengannya, bisa saja mereka akan saling membutuhkan atau saling bantu ke depannya nanti.

Senyum puas perlahan tertarik tipis membelah bibir agak pucat milik Ervan.

Di mata Guntur itu terlihat cukup aneh untuk seukuran dua laki-laki yang bertukar nomor telepon.

Guntur bukan orang yang tidak peka, bahkan bisa dibilang kalau dia itu lebih peka dari orang yang terlihat paling peka sekalipun.

Masalahnya hanyalah meski dia tahu akan keadaan seseorang dan memahaminya, dia tidak tahu harus melakukan apa untuk menanggapinya.

Oleh karena itu dia hanya bisa diam seolah-olah tidak tahu apa-apa yang mana orang lain akan menyalahartikan itu sebagai tidak peka.

Luluh [End, Yaoi/BL Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang