Take 21 (Rumah Sakit)

12 0 0
                                    

Sesampainya dirumah sakit,suster membawa Naila keruang UGD.

Andre,Damian,Keenan dan Raka menunggu diluar.Mereka duduk dikursi tunggu.

Andre menyendiri,duduk dibawah pohon yang tidak terlalu rindang.
Laki-laki itu menopang dagunya sejenak lalu mengacak rambutnya frustasi.

Andre:"(mengeram) arggghh!!!!Kenapa sih Naila gak ngomong aja?"

Andre memukul angin.Damian menghampirinya.

Damian:"(menepuk bahu Andre) udah sob.Gak ada gang perlu disesali.Bentar lagi dia mati"

Andre menatap Damian dengan tatapan tajam bak mata elang.Laki-laki yang bertubuh tinggi itupun mencengkeram kerah baju Damian dengan sangat kuat.

Andre:"Mikir woy!!!!(berteriak)3 tahun kita udah bikin dia tertekan.Kita semua,bahkan dia pun gak tau kalau dia punya penyakit itu."

Damian mengibaskan tangan Andre.

Damian:"Lagian dia gak ada pun dunia gak bakalan kiamat."

Andre merasa marah dan menonjok pipi Damian hingga terjatuh.

Raka dan Keenan yang melihat pertengkaran itu pun segera berlari untuk melerai.

Raka memegangi Andre sementara Keenan membantu Damian berdiri.

Keenan:"punya otak gak?Naila lagi berjuang ngelawan penyakitnya,sementara kalian malah berantem disini.Mikir woy ini tempat umum!!(menunjuk otak)"

Raka:"Iya.Kalian temen baik harusnya bisa selesai in baik-baik."

Damian menatap Andre.

Damian:"Iya aku yang salah."
Andre:"(menatap Damian)

Dokter keluar dari ruang UGD dan memanggil mereka.

Dokter:"Naila sudah sadar,kalian boleh masuk."

Ibu Naila datang bersama Rasya.

Dewi:"(menangis) Naila kenapa?"
Raka:"Tadi Naila diculik dan disekap tapi untungnya aku sama Keenan belum telat te."

Dewi merasa kakinya lemas kemudian Rasya menopang tubuh Dewi.

Rasya:"Tante......(menangkap tubuh Dewi)

Rasya menuntun Dewi untuk sementara duduk dikursi agar pikirannya sedikit tenang.

Rasya:"Tante yang sabar ya,Nai pasti gak apa-apa.(mengusap bahu Dewi)"

Dewi hanya menangis.Dan tidak menjawab apapun.Selang beberapa menit kemudian,

Dewi:"Sya,Tante mau masuk."
Rasya:"Iya tante,Rasya bantu"

Dewi dan Rasya masuk kedalam ruang UGD disusul oleh ke-4 laki-laki itu.

Naila diam menatap langit-langit kamar rumah sakit.

Dewi:"Nak (mengusap dahi Naila)"

Naila menoleh kearah Dewi.

Naila:"Iya Buk?"
Dewi:"Bilang,siapa yang nyekap kamu?"

Naila mengedarkan pandangannya dan ia sedikit kaget melihat Andre dan Damian dengan wajah bersalah.

Naila:"ng....nggak buk,bukan siapa-siapa.Naila gakpapa"
Rasya:"mbak bilang aja,jangan takut."
Naila:"(memegang tangan Rasya) nggak papa kok."

Andre tiba-tiba membuka pembicaraan.

Andre:"Buk,yang nyekap Naila saya sama temen-temen."

Spontan Dewi menampar Andre.

Plakkkkkk

Dewi:"Apa kalian gak dididik?Otak kalian berfungsi nggak?"

Naila bangun dari tidurnya.
Naila:"Udah buk,Naila gak apa-apa kok."
Dewi:"Tapi dia udah keterlaluan.Ibuk harus kekantor polisi sekarang."

Semua wajah nampak sangat kaget.

Naila menahan tangan Dewi.
Naila:"Jangan buk,(mulai menangis) apa ibuk mau nanti Naila pergi dengan rasa bersalah?"

Suasana menjadi hening.Rasya memeluk Naila lalu mengusap Kepalanya.

Rasya:"Mbak gak boleh ngomong gitu"

Dewi:"(menatap Naila kemudian Andre)Kalau bukan karena Naila,kalian akan membusuk dipenjara (menunjuk pada Andre dan Damian)"

Keduanya hanya diam dan menunduk.

Regret (HISTORIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang