Namjoon tidak pernah membayangkan bahwa kehidupan pasca kuliahnya akan menjadi sebuah rutinitas yang membosankan dan membuatnya ingin kembali lagi ke masa kuliah.
Dengan tittle sebagai lulusan terbaik, cumlaude, dan berbagai prestasi lainnya tidak akan sulit bagi Namjoon untuk mendapat pekerjaan.
Tapi, ah, semakin diingat semakin membuatnya kecewa.
Ayahnya melarang Namjoon untuk bekerja selain di perusahaannya.
Padahal, ketika ia memutuskan untuk masuk ke jurusan ini, ia sudah membayangkan akan menjadi seorang konsultan bisnis yang bekerja secara freelance.
Sehingga ia tidak harus berangkat pagi pulang petang untuk mencari uang.
Ia sudah pernah magang di agen kunsultan bisnis berskala internasional yang cukup terpandang di Seoul.
Dan dia berhasil melewati 3 bulannya sebagai anak magang dengan baik.
Karena itu ia yakin bisa diterima di salah satu agen konsultan bisnis yang tersebar di penjuru Korea.
Tapi perintah sang ayah tidak bisa diganggu gugat. Apalagi sang ibu juga mendukung keputusan ayahnya.
Hah~ setiap memikirkan masalah ini ia selalu merasa menjadi manusia paling tidak beruntung.
«★✩★»
Huft~
Asap rokok menyebar disekeliling Namjoon, membuat pandangannya sejenak mengabur.
Ia menyandarkan tubuhnya di kursi, menyilangkan kakinya, dan menghisap rokok dengan nyaman.
Suasana malam dari balkon apartemennya memang sangat mendukung kegiatannya saat ini.
Jam menunjukkan pukul 2 dini hari, dan ia belum ada niatan untuk tidur.
Bahkan di malam musim panas tetap saja udara terasa dingin, tapi Namjoon seakan tak peduli dan hanya menggunakan celana panjang tanpa atasan.
Ini sudah batang rokok yang ke, ah, ia sudah tidak ingat. Bahkan asbak diatas meja sudah terlihat penuh.
Ada malam-malam seperti ini.
Saat ia merasa hanya ingin mengasihani diri sendiri.
Ia seorang lelaki, sehat, mampu, namun tidak bisa melakukan apapun untuk meraih impiannya.
Sudah hampir 6 bulan ia bekerja di perusahan ayahnya. Dan ia belum bisa melupakan impiannya untuk menjadi seorang konselor bisnis.
Namjoon menekan kuat sisa rokok ditangannya ke asbak dan beralih membuka kaleng beer ketiganya malam ini.
Suara tegukan kasar menjadi satu satunya suara dimalam sunyi ini. Meski samar-samar suara lalu lintas yang masih tetap sibuk di jalanan Seoul terdengar.
Namjoon kembali mengambil batang rokok yang baru, mengapitnya disela bibir dan meraih pemantik api di atas meja.
Srak...
Namjoon mengerjap kaget saat tiba-tiba rokok di bibirnya hilang begitu saja.
Ia mendongak, mendapati Seokjin tengah berdiri dengan gaun tidur tipis dan selimut yang melingkari pundaknya.
Jangan lupakan rokok miliknya yang ada di genggaman yeoja itu.
"Oppa tidak bisa tidur?" Tanyanya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goals [Namjin]
Short StorySome short story about how Namjoon treats Seokjin Namjin | GS!Seokjin