Jam menunjukkan pukul 3 dini hari.
Seluruh lampu sudah mati, kecuali lampu kecil didepan TV yang masih menyinari seorang yeoja yang masih juga terjaga.
Wajahnya terkena bias cahaya dari laptop didepannya. Tangannya tak berhenti mengetik, membuat suara keyboard menjadi satu satunya yang mengisi keheningan di apartemen itu.
Seokjin, yeoja itu menutup rapat rapat bibirnya. Matanya sudah memerah, bahkan berair.
Entah karena cahaya laptop atau karena hal lainnya.
Suara keyboard menjadi satu satunya suara sebelum akhirnya satu isakan memecah keheningan malam dini hari itu.
Hiks
Hiks
Hiks
Itu Seokjin, yang mengistirahatkan tangannya dari keyboards untuk sekedar menyeka air matanya yang yang sudah membasahi wajahnya.
Ia menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangannya diatas meja.
Ia menangis terisak, membiarkan laptopnya membuka jendela words dengan cursor yang setia berkelap kelip.
Seokjin menangis seorang diri disana, dengan hotpants dan baju tidurnya yang lusuh. Belum lagi ikatan rambutnya yang sudah sangat berantakan.
Penampilannya saat ini membuatnya terlihat lebih menyedihkan.
Hiks
"Na shireo. Gak mau ngerjain huweeee"
Seokjin semakin terisak, membuat seseorang keluar dari kamarnya.
"Sayang?"
Seokjin langsung mengangkat wajahnya, ia menoleh cepat, menatap Namjoon yang berdiri didepan pintu kamar.
"Oppaaaaa~~~ hiks"
Ia menangis lebih kencang lagi.
Membuat Namjoon panik dan langsung mendekat.
"Astaga, sayang. Apa yang terjadi?!"
Namjoon bertanya sembari memeluk Seokjin, yang langsung dibalas sama eratnya.
"Aku tidak mau mengerjakan tugas hiks tidak ada yang bisa aku kerjakan hiks hiks."
"Dosem dosen itu sangat jahat hiks. Mereka pikir aku hanya ikut satu mata kuliah apa?! Hiks Menyebalkaaaannn hiks hiks. Kenapa mereka memberikan tugas secara bersamaan. Aku tidak akan bisa menyelesaikannya oppaaaaaa hiks hiks ottohkeeee"
Namjoon hanya diam. Ia menepuk pelan punggung Seokjin, sesekali mengecup pelipis kiri yeojanya tersebut.
"Sudah? Adalagi?"
Seokjin hanya diam. Ia memilih menenggelamkan wajahnya pada kaos Namjoon, meneruskan isakannya disana.
"Sayang. Tahukan, semester yang kamu ambil ini memang tengah berada dititik hectic. Semua memang perlu proses. Dan ini adalah prosesmu untuk nanti lulus. Oppa selalu yakin kalau kau bisa melakukannya. Kau sudah bisa menyelesaikan semester lalu, kenapa semester ini tidak?"
Namjoon menghentikan ucapannya. Ia menarik tubuh Seokjin dari pelukannya hingga kini keduanya berhadapan.
"Jja, sekarang berhentilah menangis. Ujujuuuu kesayangan oppa aigoooo~"
Namjoon tersenyum jahil dan mencuri kecupan ringan di bibir Seokjin.
"Sekarang kita tidur ya? Besok oppa akan membantumu mengerjakan tugas."
Seokjin menatap Namjoon lekat lekat.
"Sungguh?"
Namjoon mengangguk yakin.
"Iya, tentu saja. Apa yang oppa bantu akan oppa lakukan."
Seokjin tersenyum, "oppa memang yang terbaik. Gomawo, oppa. Dan maafkan aku mengganggu tidurmu."
Namjoon menggeleng, "aniya. Aku memang terbangun saat tidak mendapatimu disisiki. Ayo, sekarang kita tidur."
Namjoon menarik Seokjim untuk berdiri, membiarkan laptop dan biku Seokjin berserakan disana.
"Mau peluk sampe tidur."
Seokjin berucap manja dengan tubuh yang memeluk lengan Namjoon erat.
"Tentu saja. Sampai besok pagipun akan oppa lakukan."
..
.
.
.
.
.
.
.
.
ENDMau satu kayak Namjoon :(
Maafkan saya.
Tugas kuliah membuat saya mual mual.
Dan bener2 pingin nangis :(
Derita tahun ketiga :((
KAMU SEDANG MEMBACA
Goals [Namjin]
Short StorySome short story about how Namjoon treats Seokjin Namjin | GS!Seokjin