That Time (4)

1.4K 99 12
                                    

Kim Seokjin sama sekali bukan tipe seorang Kim Namjoon.

Saat bertemu untuk kali pertama, ia hanya melihat sosok Seokjin sebagai gadis polos yang cukup cantik. Menyenangkan melihat wajahnya yang masih terdapat baby fat di pipinya. Juga gerak geriknya yang terkesan gugup dan tegang sepanjang perjalanan berdua dengannya di dalam mobil.

Selama ini wanita selalu berpura anggun dan mencoba menarik perhatiannya. Ia tak tahu wanita yang lain, tapi wanita di sekelilingnya bersikap seperti itu. Namun sikap yang ditunjukkan Seokjin benar-benar sebuah hal baru bagi Namjoon. Gadis itu tidak berusaha berpura anggun atau mencoba menarik perhatiannya. Dan itu justru yang membuatnya tertarik.

Seokjin bukan tipenya.

Ya, awalnya ia hanya penasaran. Ia ingin mencoba berkencan dengan gadis polos yang selama ini coba ia hindari.

Maaf saja, Namjoon bukan seorang perjaka yang harus malu-malu untuk memegang payudara kekasihnya. Ia seorang pria dewasa yang tentu saja menyukai wanita dewasa, yang tidak perlu ia ajari bagaimana memuaskan gairahnya.

Namun Seokjin adalah yang pertama baginya. Seperti kertas polos yang bisa ia isi sesuai keinginannya. Ia mengajari Seokjin bagaimana cara memuasakannya, bagaimana menjadi kekasih yang 'tidak membosakan'.

Seokjin benar-benar jauh dari tipe wanita yang biasa ia kencani.

Gadis - ah, wanita itu benar-benar pasif. Tipe-tipe wanita polos yang manja dan benar-benar patuh dengan berbagai aturan. Juga tidak berani mengambil resiko. Tidak berani mengkonfrontasi masalah bagi keduanya, berusaha mengalah dan menghindari pertengkaran.

Benar-benar membosankan. Seakan hubungan mereka hanya jalan lurus yang tidak memiliki halangan apapun dan pemandangan di kanan kiri yang tak berubah. Tidak menantang dan justru membuatnya jengah.

Sejujurnya, bukan karena Seokjin membosankan jadi Namjoon berusaha mencari yang lain. Ia tipe yang setia, tentu saja ia tidak dengan sengaja bermain api di belakang kekasihnya.

Namun ia tengah stress. Sangat stress.

Masalah skripsi, juga ayahnya yang memaksa dirinya untuk segera menduduki jabatan diperusahaan keluarga. Benar-benar membuatnya ingin berontak. Apalagi ibunya tidak membantu sama sekali. Wanita yang telah melahirkannya itu justru menyetujui keinginan ayahnya untuk membuat namjoon segera memasuki dunia kerja. Setelah sekian lama tidak bertemu, hanya paksaan yang keluar dari mulut kedua orang tuanya.

Benar-benar membuatnya muak.

Ditambah lagi Seokjin menghindari topik mengenai skripsi saat keduanya bertemu. Mungkin karena yeoja itu tak ingin menekannya untuk segera lulus, namun justru membuat Namjoon semakin stress. Ia jadi ikut merasa tak nyaman untuk membicarakan masalahnya dengan Seokjin. Ia merasa Seokjin tak akan bisa membantunya menyelesaikan masalah yang ia miliki.

Kekasihnya itu terlihat lemah. Ia memang selalu bersikap lembut dengan kekasih-kekasihnya yang lama, namun dengan Seokjin ia tanpa sadar lebih melembutkan sikapnya. Dan ia tak ingin melampiaskan stressnya di depan Seokjin, ia tak ingin memulai pertengkaran diantara keduanya. Ia tak ingin meredakan tangisan drama Seokjin dan menjawab pertanyaan klasik

'Sebenarnya apa yang salah pada kita?'

Jadi ia sebisa mungkin menghindar, mencoba menyelesaikan masalahnya tanpa melibatkan Seokjin. Ia juga tidak ada pikiran sama sekali untuk mengakhiri hubungannya dengan Seokjin, ia terlanjur nyaman dan tidak berniat untuk mencari yang lain. Mungkin ia sudah benar menyukai Seokjin.

Entahlah.

Namun dalam usahanya menyelesaikan masalah yang ia miliki, pertemuan dengan Im Sua tidak ada dalam rencananya. Yeoja itu 2 tahun diatasnya, alumni yang tengah melanjutkan S2 dijurusan yang sama dengan Namjoon. Dam entah kebtulan dari mana, topik skripsi keduanya sama, membuat Namjoon seakan mendapat kunci sukses bagi skripsinya.

Goals  [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang