Sorot lampu itu telah mati, namun gemuruh suara tepuk dan juga siulan masih menggema. Suasana panas masih menyelimuti stadium besar berisi puluhan ribu penggemar. Seseorang berdiri di balik kegelapan itu, masih dengan mic dan napas nya yang terengah. Keringat membanjiri tubuhnya, seberapa keras namanya di teriakkan, saat lampu itu mati hanya ada duka yang menemani perasaannya.
KIM TAEHYUNG!
KIM TAEHYUNG!
KIM TAEHYUNG!
Namanya memenuhi seluruh sudut stadium, teriakan histeris masih bisa tertangkap rungu nya. Namun mata nya masih tertutup rapat, kaki lemas nya tak lagi bisa bergerak, seluruh otot ditubuhnya seperti mati. Hati nya sakit, setiap tarikan napas seperti membawa kematian secara perlahan.
Aku merindukan mu..
Maafkan hyung..
Aku akan menemukan mu, tunggu aku.
"Kim Taehyung, cepat turun!" salah satu staff mengingatkan Taehyung untuk segera turun dari stage. Saat dirinya keluar dari arena stage para staff mengerubungi dirinya, salah satu dari staff menyeka keringat nya yang mengucur, dan yang lain sibuk memberi Taehyung minum dan perlengkapan lainnya.
"Terimakasih, kalian telah bekerja keras." Taehyung membungkukkan tubuhnya memberi hormat dengan nada suara dingin dan wajah datar nya.
Taehyung berlalu dari backstage, meninggalkan sebagian staff yang kebingungan dengan tingkah Taehyung, sebagian yang lain sudah merasa terbiasa dengan perubahan mood Taehyung saat di atas panggung dan di balik panggung.
Jika seharusnya ia merasa bahagia sesaat setelah konser nya usai, merayakannya dengan meminum wine dan juga steak. Lain hal dengan Taehyung yang akan mengurung dirinya di dalam kamar mandi hingga esok pagi. Tak ada yang mengetahui apa yang di lakukan pria 25 tahun itu, hanya saja kau bisa menebaknya saat ia keluar dari kamar mandi esok pagi. Kantung mata besar dan urat mata yang tercetak jelas, seakan ia menyesali hasil panggung nya dan menangis sepanjang malam.
Taehyung menjatuhkan tubuhnya di kasur hotel yang ia tempati sejak tiga hari lalu.
Apakah adikku tidur di alas yang layak?
Air mata nya kembali melintasi pipi tirus nya, seakan menangis semalaman belum cukup menghapus kesedihannya.
Sehari setelah konser ia akan mengurung dirinya di kamar, ia menyebutnya pemulihan setelah pertempuran besar. Tak ada satupun yang berani menganggu nya, bahkan manager nya sekali pun.
Berbagai macam menu sudah tersaji rapi di meja yang terletak di ujung kamar, Taehyung menelan ludah nya pahit.
Apakah adikku sudah mengisi perut nya? Apa aku pantas menikmati semua jamuan ini sedang aku tak tahu bagaimana kondisi perut adikku?
Hidup nya tak pernah tenang, kemegahan yang di milikinya hanya fatamorgana yang menakutkan. Taehyung tak bisa menikmati segala yang ia miliki, keputusan bodoh yang di ambil nya 10 tahun lalu telah menjebaknya, membawa dirinya hingga tersesat, kehilangan jiwa nya. Keputusan bodoh yang menghantui setiap langkah nya. Ini kutukannya, Taehyung terpenjara dalam rasa bersalahnya.
---
Langit sedang menangis, tak begitu deras namun cukup membuat orang berlari mencari tempat berteduh, tapi tidak dengannya. Pria yang memakai pakaian serba hitam, dengan tudung jaket yang menyembunyikan hampir sebagian wajah nya. Tangannya ia dekap di dalam saku jaket, menyembunyikan kepalan yang menghiasi telapak tangannya.
Kaki berbalut sepatu lusuh berdiri tegak, mata merah nya menatap dalam papan iklan di samping halte. Tepukan riuh itu sampai di telinganya, berubah nuansa menjadi jeritan yang mencekam, menggores hati nya dengan ujung belati yang tajam. Luka itu tak pernah pergi, meski sudah 10 tahun lama nya.
Pria itu sedikit mendongakkan kepalanya, ingin melihat wajah yang ia benci meski hanya terlintas dalam mimpi. Mata itu melekuk indah, serupa bulan sabit yang meneduhkan, senyum kotak yang selalu ia banggakan juga terulas tulus. Tangannya melambai mengikuti irama yang di keluarkan oleh para penggemar nya.
KIM TAEHYUNG—SARANGHAE
KIM TAEHYUNG—SARANGHAE
KIM TAEHYUNG—SARANGHAE
"Dia hidup bahagia, hidup nya sangat layak. Si brengsek itu telah melupakanku, melupakan janjinya. Pecundang, dia benar-benar pecundang."
Dengan kebenciannya, pria itu mengambil langkah besar, meninggalkan masa lalu pahit nya.
"Aku sangat membenci mu, Kim Taehyung."
***
This is my new story, masih bertemakan angst.
Semoga kalian suka, enjoy!
11.02.20
KAMU SEDANG MEMBACA
Past
أدب الهواةAku masih mencari, adikku yang telah lama hilang, masa lalu yang masih terasa hangat. Disini terlalu tinggi, aku takut ia tak bisa menatap mata ku. Seperti apa aku dalam pikirannya? Apakah ia masih akan menatapku dengan sorot mata itu? Aku terlalu t...