"Maaf, aku belum menemukannya."
Demi tuhan, Taehyung sudah muak dengan serentet kalimat itu. Taehyung mendesah panjang dengan kelopak matanya yang tertutup. Dada nya sesak, air mata sudah menunggu untuk di tumpahkan. "Keluarlah," ucapnya.
BUGH!!
Taehyung menjatuhkan kepalanya keatas meja beriringan dengan air matanya yang turun setelah Sejin keluar dari kamar nya. Jangan hukum aku terlalu lama, aku menyesali perbuatanku. Kembalilah padaku, Jungkook. Kumohon.. lirih nya tak berdaya, memori nya tak henti memutar kenangannya bersama Jungkook.
Ini juga tak mudah untuknya, meninggalkan sang adik lalu menandatangi kontrak tanpa tahu konsekuensi apa yang sudah menunggu. Taehyung hanya melakukannya demi Jungkook dan tak tahu jika akhirnya ia malah harus kehilangan Jungkook, alasan hidup nya. Taehyung tak pernah bahagia sejak hari itu, hari dimana ia kehilangan hidupnya hanya karena keputusan bodohnya.
Aku terlalu kecil saat itu, begitupun Jungkook. Aku tak berpikir panjang, aku hanya senang karena dia mengatakan aku bisa membawa uang yang banyak untuk adikku.
Taehyung berjuang seorang diri, dengan harapan ia akan kembali membawa kebahagiaan untuk adik kecilnya, memberi kehidupan yang layak untuk sang adik. Setiap hari ia berlatih begitu banyak, ingin segera sukses dan segera menemui Jungkook, hidup bersama dan bahagia selamanya.
Setelah masa trainee yang menyulitkannya, ia berhasil debut, ia di bawa ke beberapa negara karena harus melakukan showcase untuk memenuhi kegiatan promosi nya, hingga kini ia bisa melakukan konser bukan lagi di panggung kecil, pemuda yang terlihat frustasi itu kini bahkan sudah menguasai stadium besar. Taehyung sudah sesukses itu, brand-brand mahal sudah bisa di kuasai nya, Taehyung tidak tahu saja, kehilangan Jungkook adalah harga yang harus di bayar untuk segala kemewahan yang di rasakannya.
Jika saja seseorang memberitahu nya, demi tuhan ia tak akan meninggalkan Jungkook meski bayarannya adalah dunia dan seisinya. Karena hidupnya tak memiliki arti tanpa kehadiran adik kecil nya.
Setelah lama termenung, Taehyung mengeluarkan ponsel nya. Bunda, ini Taehyung. Apakah besok kita bisa bertemu?
***
Hoseok menatap Jungkook yang tertidur pulas, bibir nya sedikit terbuka dengan dengkuran halus yang terdengar. Air mata nya kembali jatuh, Hoseok si periang akhir-akhir ini merasa sangat sensitive, ia kehilangan rasa percaya dirinya, ketakutan jika Jungkook tiba-tiba meninggalkannya. Bukan tanpa alasan, semenjak Taehyung kembali dari USA, semua channel TV tak berhenti menyebut namanya, wajah nya terpampang di mana pun ia berada, bahkan Taehyung sudah menampakkan kehadirannya pada sang Bunda, pemilik panti asuhan dimana Jungkook dan Taehyung di besarkan bersama. Hoseok hanya takut, jika tiba-tiba ia pihak yang lagi-lagi akan di tinggalkan, tak di inginkan, di buang begitu saja.
Dengan telaten Hoseok merawat luka-luka yang tercipta di tubuh Jungkook, saking lelahnya Jungkook tak terbangun meski Hoseok yakin luka-luka itu menyakitkan. Goresan pisau di jari telunjuk nya, lecet di belakang kaki nya, lebam besar di bahu nya, Hoseok tak sanggup menyingkap baju Jungkook lebih banyak.
Hoseok mengusap rambut tak terawat Jungkook. "Hyung akan bekerja lebih keras untukmu, Jung. Bersabar sedikit ya."
--

KAMU SEDANG MEMBACA
Past
FanfictionAku masih mencari, adikku yang telah lama hilang, masa lalu yang masih terasa hangat. Disini terlalu tinggi, aku takut ia tak bisa menatap mata ku. Seperti apa aku dalam pikirannya? Apakah ia masih akan menatapku dengan sorot mata itu? Aku terlalu t...