tujuh - rabu

832 122 50
                                    

Pagi menyongsong, membawa harapan besar dari si pemimpi berwajah tampan. Rabu, kini hari rabu menjadi hari yang sangat ia nantikan.

Semalaman ia berpikir, bagaimana hari ini akan berakhir manis, dengan dirinya yang akan kembali datang ke panti dan melihat Jungkook dari dekat, mengamati kesehariannya, mengobati rasa rindu nya. Hanya dengan membayangkan saja, tubuhnya bergetar menahan kebahagiaan yang datang menyergap.

Tak ingin membuang waktu, Taehyung melesat pergi menuju kamar mandi, membuka lemari tinggi yang menyimpan banyak baju bermerek, memilah pakaian yang akan ia gunakan, karena musim hujan ia membawa dua jaket. Jika hujan datang, aku bisa memberinya jaket ku. Ucap nya merasa bahagia dengan skenario yang tiba-tiba terputar di kepala nya.

Taehyung bersenandung di setiap langkahnya, ia tak pernah merasa sesemangat ini, demi bumi yang mengelilingi matahari!

Melihat Taehyung yang sibuk kesana kemari, Sejin yang baru saja melewati kusen pintu mengeryit. "Kau mau kemana?" tanya nya.

Taehyung menyengir bahagia, satu hal yang sangat jarang terjadi. "Aku ingin melihat adikku," ucap nya ringan sambil menata rambut nya. Senyum nya terulas riang, untuk satu alasan Sejin mersa terhipnotis oleh nya.

"Jungkook?" tanya Sejin.

"Heem," jawabnya.

"Kau sudah menemukannya?" tanya nya kembali.

Taehyung bangkit lalu menyampirkan jaket di sebelah tangannya. "Menunggumu menemukannya, aku tak tahu kau membutuhkan berapa tahun lagi sampai bisa membawa nya padaku," sindir nya.

"Tapi—"

Belum sempat Sejin menuntaskan kalimat nya Taehyung mengangkat tangannya. "Jangan merusak mood ku, semua jadwal ku di hari rabu, batalkan dan reschedule. Aku tak peduli jika beberapa klien meminta pemutusan kontrak. Rabu adalah waktu ku. Aku pergi!" Teriak nya.

Sejin berlari, menahan pintu sebelum tertutup. "Taehyung! Biar aku mengantar mu!"

Taehyung menggeleng keras. "Aku ingin pergi sendiri, aku membawa semua perlengkapan ku. Topi, kacamata, masker bahkan jaket hitam ini. Jangan khawatir."

Sejin mendesah. "Fans akan mengenalimu hanya dari ujung rambutmu! Jangan remehkan mata mereka. Kau akan membahayakan dirimu, Taehyung!" Tegur Sejin.

Taehyung datang mendekat, dengan mata nya yang menyimpan seribu harapan, seribu permohonan, seakan mengatakan bahwa inilah kesempatannya. "Setidaknya kau harus membiarkan ku pergi hari ini atas bayaran dari rasa bersalah mu, bukan?"

Sejin menggaruk tengkuk nya, tak bisa menjawab selain hembusan napas yang di anggap Taehyung sebagai bentuk perizinan. "Aku akan pulang dengan selamat!" Teriak nya.

Dengan hati yang berbunga, Taehyung menyalakan mobil dan melesat menuju keberadaan Jungkook. Jika aku belum bisa menemuimu, setidaknya aku bisa melihatmu, meskipun dari jauh.

***

"Hyung, kau mau ke panti?" tanya Jungkook seraya meloloskan kaos dari tubuhnya, menarik handuk dan berjalan menuju kamar mandi.

Hoseok menghentikan aktivitas nya dari menjemur pakaian. "Huh?" teriak nya dari belakang rumah karena tak terdengar.

Jungkook mendelik sebal. "MAU KE PANTI TIDAK?!" Teriak nya menggelegar.

Hoseok masuk ke dalam rumah, lalu menyimpan ember di ujung kamar mandi. "Hyung tak bisa, masih ada pekerjaan," jawab Hoseok.

"Aku tak perlu teriak kalau tahu kau mau ke dalam," gerutu nya kesal sambil memasuki kamar mandi. "Bunda sudah menanyakan mu, katanya kau jarang sekali ke panti," ungkap Jungkook.

PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang