sebelas

591 65 16
                                    

Pada dasarnya, Jungkook memang bukan miliknya. Ia hanya sebatas teman yang membuat harapan besar tentang mereka.

Hidup bersama dan bahagia.

Mereka bersama untuk beribu hari yang telah terlalui, pahit manis datang silih berganti, menjadi pemanis untuk kelamnya kisah yang dimiliki.

Tak ada sesal yang terucap, sebab meski mereka hidup penuh kesulitan, mereka tetap bahagia. Mereka bersama, apalagi yang lebih berharga dari pada waktu yang telah mereka lalui bersama?

Tapi Hoseok sadar, Jungkook berhak hidup lebih layak. Apa yang ia makan, apa yang ia pakai, lingkungan yang ia tempati seharusnya lebih baik dari apa yang ia dapatkan saat ini.

Hoseok terlalu miskin untuk sekedar memberikan yang terbaik untuk Jungkook. Ia tak mampu, dan ia merasa patah untuk fakta memalukan itu.

'Jungkook berhak hidup dengan layak kan? Aku bisa memberinya'.

Harga dirinya terinjak tak bersisa, sakit kala ia mengakui itu dengan jelas. Tentu saja apa yang tak dimiliki Taehyung saat ini?

Membiarkan Jungkook pergi bagai melepas satu-satunya harta berharga yang ia miliki. Ah, tapi ia baru ingat, Jungkook bukan miliknya, sebab pemilik sesungguhnya baru saja memintanya kembali dan Hoseok tak punya kuasa untuk mengenggam Jungkook lebih lama.

Aku ingin membahagiakan Jungkook, jika kau menyayanginya, kau pasti tahu yang terbaik untuknya. Jika kau tak bisa memberinya, biarkan aku yang melakukannya. Demi kebahagiaan Jungkook, bukan?

Hoseok kalah telak. Benar, ia terlalu miskin untuk memberikan kehidupan mewah untuk Jungkooknya.

***

Tas dilempar kasar, wajah kacau tak terkira, satu gelas air tandas tak bersisa. Jungkook mengamati Hoseok dengan jelas, mengikuti gerak gusarnya dalam diam.

Tak ada sapaan, padahal satu detik yang lalu tatap mereka bertemu. Jungkook masih diam, sengaja memberi ruang, biasanya lima menit waktu yang Hoseok butuhkan untuk ia tumpahkan segala rumitnya masalah jalanan.

Tapi satu jam telah berlalu, tak ada percakapan diantara mereka. Hoseok sibuk dengan ponsel dan isi kepalanya.

"Hyung," panggil Jungkook, membawa sisa roti yang sempat ia bawa dari toko. Entahlah, banyak orang baik akhir-akhir ini, ia selalu diberi buah tangan oleh orang yang tak dikenalnya. Tuhan memang tak mungkin membiarkan makhluknya kelaparan, tak ada satupun makanan yang ia dapatkan untuk ia makan seorang diri, Hoseok selalu menjadi prioritas. Hoseok tak suka makanan bekas, Jungkook akan selalu memberikan yang terbaik untuknya.

"Kau belum makan, pagi tadi kau juga langsung pergi. Ini roti baru, yang paling enak diantara yang lain. Kau pasti suka," ucapnya.

Hoseok mendongak, menerima pemberian Jungkook dengan satu senyum simpul yang jarang ia berikan. Kemana perginya deretan gigi indah milik Hoseok?

Sesuatu pasti terjadi padanya.

"Hyung, sesuatu terjadi?" tanya Jungkook pada akhirnya.

"Tidak."

Dan hari itu, ia tak diberi jawaban atas perubahan sikap Hoseok setelah pertemuan singkatnya dengan seseorang.

***

Dering ponsel mengusik tidurnya, tak biasanya Hoseok pergi keluar hanya untuk mengangkat panggilan. Dengan mata beratnya, Jungkook berusaha abai, ia tak bisa memaksa bila memang Hoseok tak ingin menceritakan apapun padanya.

Getar ponselnya memberi alasan mengapa kini ia terduduk, menunggu Hoseok segera kembali membawa berita.

Kookie, ini Tae hyung. Simpan nomor hyung, bila terjadi sesuatu hubungi hyung ya.

Dahinya mengerut dalam, sedikit jengah tetapi teralihkan oleh pertanyaan yang mengusiknya. "Dari mana si brengsek ini tahu nomor ku?" gumamnya kesal.

Jarinya menari lincah, bukan membalas pesan yang masuk, melainkan mengirim pesan pada satu-satunya orang yang mungkin saja sengaja memberi kontak tanpa seizinnya.

Bunda berikan nomor ponselku pada dia, ya?

Bahkan mengetik namanya pun ia tak sudi.

Hoseok kembali masuk, hendak melanjutkan tidurnya tapi terinterupsi oleh pertanyaan Jungkook. "Hyung, si brengsek menghubungiku. Ck, menyebalkan, sepertinya bunda yang memberikan nomorku padanya."

Hoseok tak langsung merespon, sedikit jeda sebelum ia berucap, "Kenapa? Wajar ia menghubungi, kau adiknya. Memang sudah sepantasnya memiliki kontakmu kan."

Jawaban yang membuat Jungkook dongkol seketika. "Jangan memulai," ucapnya kesal.

"Aku benar. Mungkin ini memang waktunya kau harus mulai berdamai dengan masa lalumu," ucapnya terlalu ringan, menarik kembali selimut tipis dan membelakangi Jungkook yang menatapnya penuh amarah.

Tak bisa menahan emosi, Jungkook menarik Hoseok kasar. "Hyung, kau masih tak mengenal diriku? Berhenti memaksa aku untuk berdamai dengan masa lalu, menerima dia, meninggalkan apa yang aku miliki. Hyung sebenarnya kau kenapa? Pagi tadi kau bertemu siapa?!"

Kecurigaannya memang tidak pernah salah, Hoseok selalu seperti ini jika berhubungan dengan Taehyung. Pagi tadi sebelum berangkat ia berlaku aneh, pulang ia malah semakin aneh. Apa yang ada di kepalanya tak mungkin salah. "Kau tak mungkin bertemu dengan si brengsek itukan?!"

Hoseok menepis tangan Jungkook. "Sudah malam, tidur. Besok kau pergi kerja kan?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan!" teriak Jungkook kesal. Dan Hoseok sama sekali tak menanggapi amukan Jungkook dibalik punggungnya.

***

"Joon, bagaimana?"

"Pekerjaan di Gwangju tidak menjanjikan. Maksudku, kau memang bisa bekerja disini, tapi bayarannya tak begitu besar."

"Tak masalah, tapi aku bisa bergabung kan? Sudah kau pastikan?"

"Hm, si Tuan Park mengenalmu, saat ku rekomendasikan ia merespon dengan baik. Mess disini penuh, kau tinggal dimana?"

"Itu urusan nanti, aku hanya butuh meninggalkan Seoul secepatnya."

"Kenapa? Jungkook bagaimana? Dia ikut bersamamu? Aku belum membicarakan Jungkook pada Tuan Park."

"Tidak, ia tak ikut. Tolong urus perekrutannya dengan cepat ya. Aku akan segera pergi jika sudah ada kabar darimu."

"Kenapa sih? Kau seperti buronan, kau tida sedang di kejar polisi kan?"

"Ck, jangan bercanda. Semua baik-baik saja.Yasudah ku tutup ya."

Pip.

Hoseok menarik napasnya berat. Jika ia pergi, Jungkook mungkin akan kembali pada Taehyung.

Demi Jungkook, demi kebahagiaan adik kecilnya.

Jung, dengan kakakmu kau tak akan kesulitan lagi. Kau bisa memiliki apapun yang kau inginkan. Tak ada lagi makanan sisa, tak ada lagi alas tidur yang terlalu kera, tak ada lagi peluh bercucuran. Semua akan kembali indah untukmu. Maaf, hyung tak bisa tepati janji untukmu.

****

Alohaaaa, kalian tim siapa sih? Jungkook-Hobi atau Jungkook-Taehyung? ^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang