"Jungkook.."
Seketika Jungkook menghentikan langkahnya, keringat yang di hasilkan akibat berjalan berkilo-kilo meter bercucuran melintasi kening nya. Jungkook membalik tubuhnya, untuk melihat seseorang yang memanggilnya.
Sosok itu berdiri disana, terhalang jarak 10 meter dengannya. Dari jarak ini ia bisa melihat siapa seseorang dengan pakaian serba hitam itu. Bagaimana tidak, wajah nya terpampang dimana-mana hingga Jungkook merasa muak. Dan melihat nya dalam wujud asli membuat kebencian Jungkook bertambah ribuan kali lipat. Tak ada kerinduan, yang ada tangannya mengepal erat, menahan agar tak melempar bogem mentah pada wajah sok bersalah nya.
Dia mendekat, sedang Jungkook sudah memberikan tatapan benci nya dengan tanpa ragu. "Berhenti," ucap nya dingin membuat jantung Taehyung bergetar nyaris tak lagi berdetak.
"Kim Jungkook.." panggil Taehyung bercampur dengan isak nya. Air mata nya bercucuran, membuktikan bahwa kini hati nya sedang bergetar hebat, menahan tubuh yang sudah lama ingin mendekap, menahan ambisi untuk segera memberi nya kehangatan.
5 meter jarak yang cukup untuk saling melempar tatapan mata, menyalurkan isi hati dari dua bola mata hitam bercampur emosi, entah itu kerinduan ataupun kebencian. Terlalu tipis, hingga nyaris tak berbeda.
"Kim Jungkook.." lirihnya, kali ini benar menahan gejolak untuk tak berlari dan mengusap rambutnya yang terlihat kasar.
"Aku tak lagi memiliki marga itu, ucapkan namaku dengan benar. Untuk apa kau kemari?" tanyanya dingin tak bertele-tele. Tak ingin menghabiskan banyak tenaga untuk menahan lebih lama emosi yang tiba-tiba saja memuncak, tak peduli pada Taehyung yang kini merasa kehilangan seluruh tenaga nya, rasa ngilu menyerang setiap sendi tubuhnya hingga menyentuh sudut hati nya, menciptakan bulir yang kian tak terbendung.
Taehyung memilin tangannya yang bercucuran keringat. "Ini hyung.. hyung pulang.. Jungkook, hyung sekarang sudah disini. A-ada apa dengan sikap mu?"
Hhh- Jungkook mengerling sebal dengan tawa meremehkan. "Apakah aku harus merentangkan tanganku untuk menyambut kedatangan mu, Tuan Kim? Yang benar saja."
Bibir Taehyung bergetar, terkejut dengan sikap Jungkook yang benar-benar berbeda dengan Jungkook yang di ingatnya 10 tahun lalu. Taehyung tiba-tiba menggeleng tak percaya, lalu berujar rendah meyakinkan dirinya. "Kau bukan Jungkook, kau bukan adikku. Adikku tidak akan mungkin seperti itu," racau nya.
"Cih- membuang waktu ku saja," ucap Jungkook seraya hendak masuk ke dalam rumah nya sebelum Taehyung berlari dan menahan tangannya. Sontak Jungkook menepis tangan Taehyung kasar dan mendorong nya hingga terjatuh. "Jauhkan tangan kotor mu itu dari tubuhku, brengsek!"
Mata nya memerah, dengan deru napas yang terdengar jelas. Jungkook jadi ingin tertawa, melihat raut wajah nya yang berubah seketika. Taehyung bangkit dengan sisa tenaganya.
PLAK!
Satu tamparan keras mendarat di pipi tak berisi Jungkook hingga menyebabkan Jungkook berdesis menahan rasa sakit.
"Perlakukan aku dengan sopan, aku hyung mu. Siapa yang mengajarkan mu bersikap buruk begitu?!" teriak Taehyung dengan mata nya yang menyalang, tak lagi bisa menahan emosi yang kian memuncak melihat perlakuan buruk adiknya. Sedetik kemudian, rasa bersalah menggerogoti hati nya. Bukan, bukan seperti ini rencana ku.
"M-maaf. Maaf hyung tak bermaksud untuk memukul mu. Kau tidak boleh bersikap seperti itu p-padaku. Aku, kakakmu Jungkook."
Jungkook mengangguk paham sambil menyentuh sudut bibirnya yang sedikit robek. Mungkinkah karena asesoris yang menghiasi jari panjang kakak nya? Jungkook menaikkan pandangan, menatap bola mata Taehyung yang bergetar. "Haruskah?" sarkas nya, sambil menatap Taehyung remeh. "Haruskah aku bersikap baik padamu? Jangan gila," ucap nya sambil tertawa di ujung kalimat, persis seperti orang gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past
FanfictionAku masih mencari, adikku yang telah lama hilang, masa lalu yang masih terasa hangat. Disini terlalu tinggi, aku takut ia tak bisa menatap mata ku. Seperti apa aku dalam pikirannya? Apakah ia masih akan menatapku dengan sorot mata itu? Aku terlalu t...