Setiap manusia memiliki jalan hidup yang sudah digariskan. Ada orang yang terus berharap agar takdir hidup nya menjadi baik, ada orang yang hanya bekerja keras untuk menjalani takdir hidup nya, tanpa protes, tanpa berharap lebih. Dan Kim Jungkook, tak pernah berharap hidup nya berubah. Ia menikmati segala kesengsaraan yang ia hadapi, karena ia memiliki banyak orang yang bisa menerima nya dengan lapang hati. Bunda panti, Soo Hyun-Noona dan Jung Hoseok. Jungkook merasa cukup dan ia bahagia.
***
Peluh membanjiri tubuh, sejak tadi Jungkook tak berhenti memeriksa jam usang yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ingin segera pulang dan merebahkan tubuhnya.
Hari ini hari yang cukup berat untuknya, sebelum mengeluh Jungkook ingin bersyukur terlebih dahulu, karena hari ini ia mendapatkan cukup banyak pekerjaan, meski bayarannya adalah tubuh yang kini hampir hancur. Tak apa, setidaknya Jungkook memiliki uang lebih untuk memberi makan adik-adik nya di panti.
Aroma bumbu bertemu wajah memenuhi indera penciumannya, membakar perut yang sejak siang tak sempat terisi. Suara gelinding troli mengundang desahan lelah Jungkook. Apa yang di lakukan manusia itu di luar sana? Ini sudah jam 10 malam mengapa mereka masih berkeluyuran di luar?
"Piring kotor datang!" Teriak salah satu pegawai sebelum membuka tirai yang memisahkan area depan dan belakang.
Jungkook tersenyum lalu menarik troli itu mendekat padanya. "Apakah di luar masih belum aman?" Tanya Jungkook. "Ini sudah jam 10, kenapa Tuan Choi belum menutup nya?" keluh Jungkook dengan nada yang di atur seminim mungkin.
Ae Ra ikut menggeleng kesal, lalu membuka tirai cukup lebar agar Jungkook bisa melihat kondisi di luar. "Tuan Choi tak akan melewatkan kesempatan ini, tentu saja."
"Awas saja, ku penggal kepalanya jika gaji kita tak naik!" amuk Ae Ra di hadapannya.
Memaki pun tak akan ada hasilnya, Jungkook melanjutkan pekerjaannya meski tangannya sudah hampir menciut karena terlalu banyak bermain dengan air. Mata nya tiba-tiba berkilat saat melihat beberapa piring menyisakan makanan. Ae Ra memang the best, ia memisahkan piring dengan makanan bersisa di tumpukan paling atas, alhasil Jungkook bisa menyimpannya untuk ia makan nanti.
Membersihkan tangan dengan cepat, Jungkook segera mencari box nasi yang tak pernah lupa ia bawa. Memilah makanan yang masih layak untuk di makannya dan membuang sisa makanan pada tong sampah. Tiba-tiba pertengkarannya dengan Hoseok pagi tadi berputar begitu saja, membuat ia mendesah panjang.
Jika mendapat uang lebih, aku akan membeli satu porsi untuk Hoseok hyung.
"Jungkook biarkan piring kotor itu, bantu kita di depan!" Teriak Tuan Choi dari depan, membuat Jungkook tersenyum senang.
"Hoho, selamat tinggal piring-piring kotor, lihatlah tangan ku yang menjadi jelek ini karena mu!" decih nya pada setumpuk piring kotor yang teronggok tak berdaya.
"Neee, aku kedepan sekarang!" Teriak nya.
Jungkook meraih apron coklat nya, sedikit tergesa untuk ikut bergabung dengan tim pelayan, karena tentu saja ia tak bisa di terima di tim koki. Jungkook tak begitu lihai memasak.
"Ada apa? Bukan tahun baru atau hari besar lainnya, kenapa hari ini ramai sekali?" komentar Jungkook dengan tangan yang sibuk merapikan rambut nya. Setidak nya ia harus terlihat tampan jika ingin berada di depan, bukan?
Tak ada yang menyahut nya, semua orang terlalu sibuk dengan aktivitas nya masing-masing. Jungkook langsung ambil posisi, mengambil catatan yang tersampir di sebelah hidangan. Secepat kilat, mengabaikan rasa sakit di pergelangan kaki dan juga bahu nya, Jungkook mengantar pesanan dengan sigap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past
FanfictionAku masih mencari, adikku yang telah lama hilang, masa lalu yang masih terasa hangat. Disini terlalu tinggi, aku takut ia tak bisa menatap mata ku. Seperti apa aku dalam pikirannya? Apakah ia masih akan menatapku dengan sorot mata itu? Aku terlalu t...