Rindu yang telah menggebu terkubur begitu dalam dengan fakta besar yang baru saja menampar nya. Kewarasannya seakan tercabut paksa, menghasilkan ia yang kini bersimpuh malang di depan pintu rumah yang terlihat begitu hangat.
Taehyung menjatuhkan tubuhnya, tak lagi sanggup memaksa kedua lutut untuk menahan bobot tubuh yang begitu lemas, tangis nya pecah tanpa suara, namun air mata tak pernah berhenti untuk mengalir, menyampaikan kesakitannya.
"Siapa namamu?"
"Kim Taehyung."
"Apa alasan mu datang kemari?"
"Adikku. Aku ingin memberikan kehidupan yang layak untuk adikku."
"Hanya itu?"
"Ya."
"Hidup di dunia ini keras. Banyak orang yang mengakhiri hidupnya karena badai disini terlalu kuat."
"Ini untuk adikku, nyawa pun akan ku pertaruhkan."
"Kau tak ingin ketenaran?"
"Jika dengan itu aku bisa mneghasilkan banyak uang dan bisa membuat adikku bahagia, maka itu yang menjadi tujuan ku datang kesini bersama nya."
"Apa yang akan kau berikan untuk agensi kami? Bakat apa yang kau bawa untuk kami?"
"Tekad kuat ku untuk menjadikan Kim Jungkook orang yang paling bahagia telah menjadi adik manisku. Aku akan melakukan yang terbaik, untuk apapun yang telah kalian rencanakan demi kesuksesan agensi ini."
Taehyung masih ingat dengan setiap kata yang terlontar dari bibir pucat nya malam itu, menjadikan hari-hari nya hari paling sulit dengan kenyataan ia telah meninggalkan sang adik untuk menggadai hidup nya, kembali dengan keadaan yang lebih baik. Tak ada hari tanpa peluh dan tubuh kaku. Semua nya terlalu berat, semua nya terlalu memuakkan, namun semua terobati saat ia kembali mengingat tujuan utama menginjakkan kaki di gedung itu. Kehidupan yang layak untuk adik kecil nya.
Maka, seberapa kaku semua otot di tubuhnya, ia tak mengeluh. Seberapa kasar setiap orang memperlakukannya, ia tak pernah merengek. Seberapa lelah dirinya, ia tak pernah menyerah. Saat ia terjatuh sakit karena 12 jam tak berhenti berlatih koreografi, saat tenggorokannya terbakar karena 8 jam diam di studio, saat mukosa lambung nya terkikis hebat karena melewatkan makan, ia tetap berdiri tangguh layak nya karang yang tak memandang sedikitpun ombak. Ia melakukannya hanya untuk Kim Jungkook.
Namun kini, disana telah ada seseorang. Yang mengetuk pintu hati Jungkook dan mendekam di dalam nya. Menemani setiap malam nya, memberikan sentuhaan penuh kehangatan. Posisi nya telah terganti. Tatapan itu sudah hilang, tak ada lagi senyuman manis yang menghiasi wajah nya, amarah hanya satu-satunya emosi yang terpancar dari wajah dewasa sang adik.
Ia rindu rengekan Jungkook, rindu Jungkook yang selalu menggelayut manja setiap malam minta di bacakan dongeng karya nya sendiri, rindu mengelus kepalanya, dan mendekap erat tubuhnya.
Apa aku yang salah? Apa aku berhak untuk di salahkan? Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk adikku.
Gelak tawa di dalam menghunus jantung Taehyung, membuat setiap tarikan napas serupa neraka untuk nya. Macam imajinasi berputar di pelupuk matanya, mengejek ia yang menangis lemah tak berdaya.
Jungkook, bagaimana pun kau adikku. Kau hanya berhak hidup bersama ku. Kakak yang selalu menyayangi mu. Aku akan memperbaiki segala nya, tunggu aku dan tolong, jangan benci aku. Karena aku telah mengorbankan seluruh hidupku hanya untukmu.
***
"Jungkook, hyung pulang!"
Semburat senyuman datang dari wajah lelah Jungkook, menyambut kehadiran Hoseok yang sejak tadi di nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past
FanfictionAku masih mencari, adikku yang telah lama hilang, masa lalu yang masih terasa hangat. Disini terlalu tinggi, aku takut ia tak bisa menatap mata ku. Seperti apa aku dalam pikirannya? Apakah ia masih akan menatapku dengan sorot mata itu? Aku terlalu t...