enam - sesal

706 106 7
                                    

Usai pulang dari panti, tempat nya dulu dibesarkan, Taehyung kembali menuju rumah mewah nya, jalannya tertatih, setiap tarikan napas membawa friksi kesakitannya sendiri, segenap usaha ia lakukan untuk memperbaiki perasannya yang kacau. Gagal, semua usaha nya tak bernilai, karena semakin banyak ia berusaha menyamankan perasaannya, penyesalan akan keputusannya dahulu semakin besar, menggerogoti akal sehatnya.

"Dari mana saja kau?" tanya Sejin setelah seharian ini sibuk mencari keberadaan Taehyung.

Taehyung melewati Sejin tanpa berniat menyapa manis. "Jangan ceramahi aku sekarang," ujar nya dingin tak ingin di ganggu.

"Kau mengacaukan jadwal mu, Taehyung. Pemotretan mu, harus nya pagi tadi di gelar dan kau menghilang begitu saja, kau sangat tak bertanggung jawab."

Taehyung mengepalkan tangannya lalu menatap Sejin dengan tatapan menyalangnya. "Tak bisa kah kau mengerti? AKU INGIN SENDIRI, PERGI!!" Teriak Taehyung pada akhir nya.

Sejin mendengus. "Seperti ini lagi, apa ini tentang adikmu? Kubilang lupakan saja adik mu jika itu akan mempengaruhi karir mu. Kau selalu seperti ini jika memikirkannya," ucap nya tak memedulikan perasaan Taehyung.

Tiba-tiba Taehyung tertawa keras, hingga bulir air menggantung di ujung mata nya. Perut nya kram karena merasa ucapan Sejin begitu lucu sedang hati nya merasa ditusuk ribuan belati. Taehyung menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang dengan sisa tawa nya. "Brengsek. Ini hidupku kau tak berhak mencampuri urusan pribadi ku. Siapa kau menyuruhku untuk melupakan satu satu nya orang yang berharga dalam hidupku?" desis nya tajam. Tawa itu telah menghilang tergantikan dengan tatapan penuh amarah.

"Kau menipuku, agensi itu telah menipuku," lanjut Taehyung hingga urat-urat leher nya menonjol.

Sejin melepas kacamata nya. "Menipumu? 10 tahun lalu aku menjajikan kesuksesan untukmu. Kini kau telah sukses, best Korean singer, bahkan namamu terkenang di Grammy. Apalagi yang kurang? Sepatutnya kau tahu siapa yang telah membuat namamu sebesar ini, Taehyung!"

Taehyung tertawa sarkas. "10 tahun lalu aku bilang, aku ingin kembali pada adikku, secepat mungkin. Aku bahkan mengatakan bahwa aku ikut pada agensi untuk adikku, memberikan kehidupan yang lebih baik untuknya. Kau dan agensi sama saja, seakan lupa apa alasan ku ada disini. Kalian memanfaatkan ku, menggunakanku untuk keuntungan perusahaan. Aku tak diijinkan untuk pulang, kalian membawaku ke berbagai negara, menjauhkan ku dari Jungkook. Demi tuhan bukan itu tujuanku, bukan itu keinginan ku! Kalian telah menghancurkan hubunganku dengan adikku!" ucap Taehyung terisak, ingin ikut menyalahkan orang lain atas keputusan bodoh nya masuk agensi.

Sejin mengusap wajah nya. "Ini memang konsekuensi nya."

"Dan kau tak pernah mengatakannya padaku. Jika saja dari awal kau memberitahuku tentang semua ini, demi Tuhan aku tak akan mengambil langkah ini. Aku tak akan menjual adikku untuk kesuksesan ku. Hati ku sakit.. dengan kenyataan bahwa untuk menjadi sesukses ini aku harus mengorbankan adikku, satu-satu nya yang berharga di hidupku. Aku sudah tak memiliki apapun, aku kehilangan alasan hidup ku," ucap Taehyung lemas dengan air mata yang tak henti keluar.

Sejin mendekat, ingin memberikan kekuatan pada Taehyung. "Sekarang semua sudah sejauh ini, namamu sudah sebesar ini, fans mu sudah sebanyak ini. Kau tak bisa mundur begitu saja, Taehyung ah."

Taehyung menaikkan pandangannya untuk melihat Sejin, tersimpan banyak luka yang mampu membuat Sejin ingin meminta maaf seribu kali karena keegoisan agensi. "Dengan mengorbankan Jungkook? Untuk kedua kalinya?" tanya Taehyung pedih.

Sejin datang untuk memeluk Taehyung. "Aku melihat seberapa besar perjuangan mu untuk ada di posisi ini, mundur bukan sebuah solusi. Kita akan mencari jalan untuk memperbaiki hubunganmu dengan Jungkook. Ia akan mengerti, jika ia mendengar alasanmu, ia pasti akan memaafkan mu, Taehyung."

Dan percakapan itu berakhir dengan Taehyung yang menangis dalam pelukan Sejin.

***

10 years ago

Ingin memberikan yang terbaik pada seorang adik adalah hal yang wajar bagi sang kakak. Dan ketika kau tak bisa melakukannya, ada ego yang tak bisa di kalahkan. Ya, tak ada kakak yang ingin membuat adik nya hidup susah, layaknya seperti orang tua pada anak nya. Kondisi Taehyung saat ini seperti itu. Taehyung pengganti orang tua bagi Jungkook, melihat Jungkook hidup seperti ini menyakiti perasannya.

"Mau kah kau menjadi penyanyi? BigHit Entertaiment sedang membuka audisi, aku bisa melihat aura mu, percayalah padaku kau akan sukses menjadi penyanyi."

Kala itu, Taehyung membulatkan mata nya, dengan jantung nya yang bertalu Taehyung bertanya. "Apakah aku akan mendapatkan banyak uang setelah menjadi penyanyi sukses?"

Pria tinggi berambut hitam itu tertawa tulus. "Tentu saja, bahkan kau bisa pergi kemana pun kau mau, kau akan mendapatkan uang yang sangat banyak."

Usai pertemuannya dengan pria tinggi itu, Taehyung banyak berpikir. Dengan kartu nama yang terus di genggam nya.

"Hyung!" Jungkook berlari memeluk Taehyung yang sedang duduk dari belakang, hingga Taehyung terhuyung kedepan.

Taehyung sontak tertawa dan mengacak rambut Jungkook. "Kau membuat hyung terkejut, kook!"

Jungkook terkikik lalu ikut duduk di sebelah Taehyung, malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, bintang pun enggan menampakkan dirinya. "Kenapa hyung diam di luar?" tanya Jungkook tak henti mematai kakak yang paling di sayangi nya.

Taehyung menggeleng ringan. "Hanya ingin saja, kenapa kau keluar?"

Jungkook mendekatkan diri pada Taehyung karena sensasi dingin yang menyapa tubuhnya. "Karena hyung ada di luar. Hyung melamun, ada apa hyung?" tanya Jungkook sambil cemberut.

Taehyung mengalungkan tangannya di pundak Jungkook lalu mencium pangkal kepala nya lembut. "Hyung memikirkan kookie.."

Jungkook mendongakkan kepala nya dengam mata yang membulat. "Kookie ada di dalam dari tadi, kenapa harus melamunkan Kookie? Hyung bisa masuk ke dalam dan bicara dengan kookie," ujar nya menggemaskan. "Kookie tidak bisa tidur kalau tidak bersama dengan hyung," adu nya dengan bibir yang maju ke depan.

Taehyung terkekeh. "Kau sudah besar, harus belajar tidur tidak bersama dengan hyung.."

Merasa kesal Jungkook melepaskan tangan Taehyung dari tubuh nya. "Memangnya kenapa kalau sudah besar? Aku kan ingin terus bisa bersama hyung!" marah nya.

Ucapan Jungkook seperti menampar nya, bagaimana Jungkook tak ingin di tinggal. Jika ia memilih masuk agensi, akankah Jungkook bisa menerimanya?

Taehyung kembali mendekat, lalu mengusap punggung Jungkook lembut. "Kookie.." panggil nya

Jungkook yang masih setengah marajuk bergumam, "Hm?"

"Jika hyung pergi, apa yang akan kau lakukan?" tanya Taehyung ragu.

Mata Jungkook tiba-tiba tidak fokus, ketakutan. "Kenapa hyung bertanya begitu?" cicit nya menahan tangis.

"Hey, hey.. tidak, jangan menangis. Hyung kan hanya bertanyaa.." Taehyung memeluk erat Jungkook.

Tak lagi bisa menahan, Jungkook terisak sambil memeluk Taehyung erat. "J-jangan pergi, hyung tidak boleh pergi. Hyung tidak boleh berkata seperti itu lagi. Hyung jangan memikirkan itu. Huaaa, tidak mau Taehyungie hyung pergii.."

"Sttt..stt maafkan hyung. Tidak, hyung tidak akan meninggalkan Kookie. Hyung janji akan selalu bersamamu. Maaf yaa.." Semalaman Taehyung berusaha menghentikan Jungkook yang menangis tersedu.

-

Menjaga janji adalah hal tersulit, bagaimana kondisi mendorong seseorang untuk mengingkari janji nya. Karenanya jangan banyak berjanji, jika tak seribu kali kau pertimbangkan.

-

Alohaaa, lama tidak update aku kembali dengan chapter 6. 

Semoga kalian sukaaaa ya, jangan lupa kasih vote dan komen sebagai bentuk apresiasi untuk penulis amatir yang butuh dukungan dari kalian inii wkwkw.


See yaaaa!!!

PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang