/1/
Entah sudah berapa ribu Kamis tegar berdiri menggugat negara yang sengaja lupa terhadap dosa-dosa.
Darah yang tumpah dalam periode angkara dari nyawa yang dihargai murah lebih dari cukup untuk mengguyur kalimat dari gaung suci: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia menjadi amis dan merah.
Tentu saja kami akan menjelma teguh batu karang, di seberang istana hingga sepenjuru mata angin, di Kamis dan hari-hari lain, berteriak maupun bergerak.
Tentu saja agar negara ingat bahwa manusia bukan lalat yang bisa dibunuh seenak jidat. Tentu saja agar negara ingat dan tak lagi menjadi bejat.
Tentu saja agar dosa masa silam tak luput dari usut.
/2/
Menggugat dan mengenang perjuangan penjemput keadilan yang tubuhnya dimakan hantaman dan tikaman oleh alat negara pada masa malam kelam.
Mengingat tabah menghadang kesakitan aktivis '98 yang dikebumikan paksa di bumi yang hilang.
Merayakan ulang perjuangan Munir, Marsinah, Salim Kancil, dan sederet patriot lain penjemput kemanusiaan walau tahu badannya akan robek menjelma tumbal kelahiran keadilan.
/3/
Bulat kami menggugat agar negara ingat. Agar kemanusiaan rekah dan beranak pinak dari rahim gulita yang pekat.
XXX/I/MMXX